TIGA TUJUH⚔

522 37 1
                                    

Kini, media sosial tengah riuh mengenai drama Miracle. Banyak yang terpukau dengan ketampanan Kane dan kecantikan Pamela. Selain itu, mereka juga penasaran dengan artis pendatang baru yang sedikit asing bagi mereka.

"Wah, siapa itu yang jadi Agatha?"

"Aku tidak tahu, Aku belum pernah melihatnya."

"Gila, bagaimana dia bisa secantik itu?"

"Aku dengar dia masih SMA?"

"Yang benar?! Pantas saja kelihatan muda sekali."

"Ah, senyumnya manis sekali!!"

Walau beberapa ada yang berkomentar kurang baik sebab ragu dengan kemampuan akting Ina. Tetapi, masih ada yang membelanya dengan kata-kata bahwa drama belum rilis jadi jangan berasumsi negatif terlebih dahulu.

"Ina, kamu terkenal sekarang," ucap Lia pada Ina.

"Ya? Terkenal? Dramanya saja belum dimulai," balas Ina bingung.

"Iya, tapi di sosial media sudah banyak yang membahasmu, loh. Masa kamu tidak tahu," kata Lia heran.

"Ah..." Ina terdiam sejenak. "Aku tidak punya telepon genggam," ucap Ina lirih dengan senyum tipis.

Bukannya mengejek sebab di jaman sekarang ada orang yang tidak memiliki handphone, Lia malah membalas santai dengan sedikit tak enak hati, "Lagipula kamu juga tidak terlalu membutuhkannya karena kamu pintar."

"Hahaha, Lia pandai memuji juga, ya."

Di saat Lia dan Ina berbicara akrab, beberapa orang mulai mendekati mereka pelan-pelan. Teman-teman sekelas yang awalnya berusaha tidak terlibat dengan Ina sekarang ingin memiliki hubungan yang baik dengannya. Lagipula kemampuan Ina jelas lebih diakui daripada Julia. Dan lagi kini Ina sudah memiliki koneksi. Akan lebih baik bagi mereka merekatkan hubungan pertemanan dengannya.

"A-anu... Ina, Aku tidak menyangka kamu mengikuti casting, pasti sangat sulit, kan?" ucap seorang gadis dengan rambut terikat.

"Sebenarnya awalnya Aku sangat gugup. Aku juga tidak menyangka akan diterima," balas Ina rendah hati.

"Oh ya, kudengar kamu dapat peran yang bagus," kata seorang laki-laki.

"Sepertinya begitu. Hemm, Aku cukup beruntung kali ini," balas Ina seraya tertawa kecil.

"Apa? Jangan begitu. Kamu diterima kan karena berbakat! Tidak perlu merendahkan diri," tukas Lia menekan seraya melirik kelompok Julia yang kini sedang kepanasan.

"Iya, itu benar," timpal yang lain.

"Menurutmu tuan Mathew itu seperti apa? Katanya dia cukup pemarah."

"Beliau sangat baik, kok. Memang agak sedikit tegas, tapi kalau kita mendengarkan dengan baik, dia cukup ramah," jawab Ina ringan.

Sudut mata Ina melirik Julia yang pergi keluar kelas dengan ekspresi kesal. Ina tetap tersenyum ketika menjawab pertanyaan dari teman sekelasnya. Dia bahkan tidak perlu memprovokasi Julia hanya untuk membuatnya marah. Dia merasa ini masih permainan kecil.

***

Ina sedang membaca buku di kamarnya. Dia membalikkan halamannya dengan perlahan. Tak lama telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

Brakk

Pintu terbuka dengan keras menampilkan sesosok gadis. Ina bahkan tak mengalihkan pandangannya dari buku. Sebagai tambahan, dia selalu mengunci pintu kamarnya. Hanya saja kali ini dia tak menguncinya seakan tahu bahwa orang yang kini memasuki kamarnya akan datang.

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang