Sereina mengajarkan bela diri kepada Xavier dan Xaria. Sedangkan Noah mengambil inisiatif untuk mengajari mereka cara membaca, menulis, berhitung serta semua yang ia dia tahu. Xavier sangat ingin belajar langsung dari Arthur namun dia tidak bisa mengutarakan keinginannya.
"Lakukan seperti ini."
Ina mencontohkan cara meninju dengan benar. Xavier maupun Xaria mengikuti dengan serius. Di sisi lain Noah tetap dengan bukunya. Matanya bahkan tak bisa lepas dari benda segi empat itu.
"Sekarang waktunya istirahat."
Mendengar ucapan Ina, Xavier segera menjatuhkan bokongnya merasa lelah. Di sisi lain Xaria dengan keringat bercucuran mendekati Ina.
"Ini... minumanlah, Kak." Xaria memberikan segelas air pada Ina penuh perhatian.
"Terimakasih."
"Kakak sangat hebat," ucap Xaria memuji seraya tersenyum lebar.
Ina tak menjawab hanya mengelus puncak kepala Xaria yang lebih muda dua tahun darinya. Mendapat perlakuan seperti itu, senyum Xaria semakin melebar. Baginya Ina adalah sosok idolanya. Dia selalu berusaha mendapatkan perhatiannya.
"Apa cita-cita Kakak?" tanya Xaria tiba-tiba.
"Cita-cita?" beo Ina. Ina terdiam sejenak lalu tersenyum tipis. "Entahlah, Aku tidak terlalu memikirkannya."
"Oh, begitu ..."
"Lalu apa cita-citamu?" tanya Ina balik.
"Hemm, cita-citaku?" Dahi Xaria berkerut tampak berpikir keras. "Aku ingin selalu bersama Kakak!" Xaria tertawa lebar.
"Cita-cita yang aneh." Ina menggelengkan kepalanya namun ikut tersenyum tipis.
"Apa kakak tahu? Xavier kelihatannya sangat terobsesi menjadi kuat. Bahkan setiap malam dia berlatih diam-diam," keluh Xaria.
"Itu bagus."
"Ah? Kakak senang mendengarnya? Kalau begitu Aku akan lebih kuat darinya," kata Xaria membara. "Hey, kau! ayo kita bertanding!" Xaria segera menendang Xavier yang menatapnya bingung.
"Kenapa tiba-tiba?"
Walau begitu Xavier tetap meladeni permintaan Xaria. Alhasil mereka berdua saling adu pukul. Ina melihat dari kejauhan dengan tatapan puas. Kemudian dia berjalan ke rumah Arthur ingin mengatakan sesuatu. Ketika sampai di pintu, dia melihat sosok Arthur yang duduk membelakanginya. Ina ingin menyapa, namun dia segera berhenti.
"Uhuk! Uhuk!" Arthur terbatuk-batuk membuat Ina enggan mendekat.
Walau Ina tidak dapat melihat wajah Arthur karena posisinya, dia tahu bahwa Arthur sedang tidak baik-baik saja. Setelah batuk Arthur mereda, dia melihat ke belakang dan terkejut melihat Ina di samping pintu.
"Ada apa?" tanya Arthur sedikit menelisik.
Ina tetap memakai ekspresi acuh tak acuhnya seperti biasa membuat Arthur berasumsi Ina baru saja datang.
"Tak terasa musim dingin akan segera tiba," kata Ina mendekat.
"Kamu benar. Waktu sangat cepat berlalu." Arthur mengingat Ketika pertama kali berjumpa dengan Ina tubuh muridnya ini sangat kurus seperti ranting pohon.
Ina melihat ke perapian. "Sepertinya anda lupa untuk mengumpulkan kayu hari ini," ujar Ina.
"Hari ini belum terlalu gelap." Arthur meminum teh yang Ina sajikan.
"Apakah perlu saya mencarinya?" tawar Ina.
"Tidak perlu, pulanglah. Semakin malam akan semakin dingin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sereina
FantasíaBELUM REVISI (18+ banyak adegan kekerasan dan manipulatif. Diharapkan untuk tidak meniru maupun melakukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata. Cerita ini hanya fiksi semata.) Seorang anak harus menyaksikan kematian tragis dari kedua orang tuanya. Da...