DUA⚔

1.7K 100 3
                                    

PERINGATAN!
Cerita ini mengandung unsur kekerasan. Cerita ini juga hanya imajinasi semata. Apabila ada adegan yang kurang baik, harap jangan ditiru. Dan mohon jangan disamakan dengan kehidupan di dunia nyata. Bayangkan saja anda sedang membaca cerita Ironman.🐔

Hari ini adalah hari pertama untuk Sereina masuk sekolah. Dia berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Sekolahnya cukup jauh dari rumah yang ia tinggali. Sesampainya di sekolah, Ina segera pergi ke ruang kepala sekolah.

Tok Tok Tok

"Masuk," ucap seseorang dari dalam.

Ina memasuki ruangan. Terlihat seorang pria paruh baya yang tampak kurus duduk di tempat kepala sekolah.

"Kamu murid baru yang belum lama ini mendaftar?" tanya Kepala Sekolah dengan sangat ramah.

Ina mengangguk kecil. Setelah itu Kepala Sekolah mengajak Ina ke kelasnya berada. Ina mengamati sekitarnya. Sekolah itu cukup sederhana dari dalam maupun dari luar. Sampai di depan kelas, Kepala Sekolah langsung masuk. Sedangkan Ina tetap berdiri di luar.

Kepala Sekolah tampak berbicara dengan seorang guru perempuan yang sedang mengajar. Ia lalu menyuruh Ina masuk ke dalam kelas. Saat dirinya berdiri di depan kelas, semua mata tertuju padanya. Kepala Sekolah kembali berbisik kepada guru itu lalu pergi.

"Sekarang perkenalkan namamu kepada semuanya," ucap Guru itu tak kalah ramah dari kepala sekolah.

Ina berbicara dengan tenang. "Sereina." Dia kemudian menutup mulutnya.

"Silakan kamu jelaskan darimana asalmu dan ceritakan sedikit tentang kehidupanmu sehari-hari."

"Aku berasal dari luar kota," ucap Ina singkat.

"Luar kota yang mana?" bisik salah satu siswa.

"Mungkin tidak jauh dari sini?"

"Entahlah."

"Ermm ... Tidak ada yang ingin kamu sampaikan lagi?" tanya Guru itu bingung.

Ina menggelengkan kepalanya. Bu Guru sudah diceritakan sedikit mengenai kisah Ina dari kepala sekolah. Emma memang berkata bahwa Ina baru saja mengalami kejadian kurang menyenangkan. Akibatnya dia masih terguncang dan belum bisa kembali seperti sedia kala.. Emma tidak mengatakan lebih dari itu.

"Silakan duduk di kursimu," kata Bu Guru.

Ina berjalan santai menuju meja yang berada di pojok barisan paling belakang serta di dekat jendela. Sampai di sana ia langsung menatap keluar jendela. Tanpa Ada yang tahu, dirinya sedikit menarik sudut bibirnya.

Akan ku lakukan sesuai kemauanmu batinnya.

***

Kringggg

Tanpa terasa bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa berlari keluar kelas. Dari awal tidak ada yang mau berbicara dengan Ina setelah perkenalannya. Mereka semua enggan karena menurut mereka Ina adalah gadis yang aneh dan misterius. Ina sedikit mengernyit heran melihat suasana yang mulai aneh. Dia melirik para siswa maupun siswi yang lari ketakutan. Ina melihat ada seorang siswa memakai kacamata yang sedang diganggu anak-anak nakal di kelas.

"Berikan uangmu," perintah anak laki-laki gendut yang berdiri di barisan paling depan.

Anak berkacamata terlihat sudah terbiasa dengan keadaanya saat ini. "Aku tidak punya."

"Kamu berani membantah ucapanku?!"

Buugghhh

Anak gendut itu memukul wajah anak berkacamata. "Hey! Kamu kan punya banyak uang. Masa tidak mau berbagi sama teman," decaknya terus mengajar tanpa ampun.

"Dia sudah meremehkanmu," ucap anak di sebelah anak gendut memprovokasi.

Semua itu terus berlangsung sampai anak berkacamata lemas. Ina tetap memperhatikan dari jauh. Dia lantas berjalan melewati anak berkacamata yang berbaring di lantai dengan acuh. Matanya sengaja tak sengaja bertemu mata anak itu. Dia tetap berjalan seakan tidak melihat kejadian tadi.

***

Hari demi hari berlalu. Ina tetap dijauhi bahkan semua teman sekelasnya semakin takut padanya karena sikapnya itu. Dan entah dari mana asalnya, dirinya dijuluki boneka setan karena aura yang ia pancarkan sangat menyeramkan.

Seperti biasa Ina akan menonton anak berkacamata yang dia ingat namanya adalah Noah sedang diganggu preman kelas. Dia duduk di kursinya sampai preman itu pergi. Setelahnya dia akan berjalan melewati Noah yang babak belur.

"Sebenarnya apa maksudmu?" tanya Noah ketika Ina kembali melewatinya.

"Apa?" tanya Ina balik.

"Kenapa kamu bersikap seperti itu?" tanya Noah lagi.

"Seperti apa?"

Noah sedikit kesal karena Ina terus menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan. "Kenapa kamu bersikap biasa saja? Kenapa kamu tidak takut? Tidak merasa kasihan? Tidak berusaha untuk membantuku? Kenapa kamu tidak terkejut sejak pertama kali melihatnya?" Noah mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Mengapa Aku harus melakukannya?" balas Ina santai.

Noah kembali terperangah. Semua teman sekelasnya selalu merasa kasihan padanya. Ada yang pernah melaporkan tetapi dia malah dikeluarkan oleh orang tua anak gendut itu karena orang tuanya termasuk kaya di kota ini dan kasusnya malah berbalik dengan tuduhan pencemaran nama baik serta fitnah. Sehingga sampai sekarang tidak ada yang berani melapor lagi.

"Kamu sangat aneh."

"Ya," balas Ina tidak menyangkal.

"Lalu untuk apa kamu menunggu sampai mereka pergi?"

"Kamu mau jadi temanku?" kata Ina tidak menjawab sesuai keinginan Noah.

"Hah?" Noah melebarkan matanya kembali heran. "Apa kamu melakukannya supaya Aku tertarik padamu?"

Ina tersenyum yang lebih mirip menyeringai. "Tidak heran kamu peringkat pertama di sekolah ini," tukasnya.

"Bagaimana kamu bisa tahu?!"

Ina baru beberapa hari di sekolah. Dia tidak dekat dengan orang-orang, namun tahu kalau Noah merupakan peringkat pertama di sekolah. Noah terus menatap anak perempuan di depannya dengan raut bingung.

Ina melirik sekilas. "Itu tidak penting."

"Kenapa Aku harus menjadi temanmu?"

"Karena kamu cukup dibutuhkan."

Noah lagi-lagi ternganga kala tidak mengerti setiap perkataan Sereina.

"Teman bagaimana yang kamu maksud?"

"Kamu akan segera mengetahuinya." Ina kembali berjalan meninggalkan Noah sendirian di dalam kelas.

***

Walau Ina dan Noah sudah berteman, mereka tetap melakukan aktivitas layaknya orang asing. Lama-kelamaan semua orang menyadari bahwa mereka berdua cukup dekat karena Ina yang selalu menunggu Noah saat berurusan dengan Theo. Mereka semua heran mengapa Ina membiarkan Noah dipukuli, namun tidak berani bertanya. Noah juga tampaknya tidak marah melihat sikap Ina.

"Ina!!" teriak Noah menyusul Ina. Kakinya sedikit pincang akibat anak buah Theo.

"Rumahmu dimana?" tanya Noah berbasa-basi.

Beberapa menit Ina hanya diam. "Aku tidak punya rumah," balasnya.

"Lalu kamu tinggal dimana?"

"Disana," jawabnya tanpa penjelasan.

Dahi Noah mengernyit. "Kenapa kamu selalu bertindak aneh?"

"Belum waktunya."

"Heh! Bisa tidak kamu menjawab sesuai dengan apa yang ku tanyakan?!" Noah geram melihat gerak-gerik Ina.

Sereina berhenti berjalan diikuti Noah yang masih kesal. "Untuk sekarang jangan terlalu dekat denganku." Ina berjalan mendahului Noah yang masih terdiam.

"Hah?!"

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang