TIGA EMPAT⚔

596 38 0
                                    

Entah bagaimana akhir-akhir ini Ina sering sekali bertemu dengan Benjamin. Entah itu di danau, taman, bahkan restoran. Kini Ina sedang singgah di kursi taman kota. Menikmati semilir angin ditemani burung merpati yang berkumpul di depannya sebab seseorang memberikan mereka biji-bijian. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Benjamin. Dia tampak asyik memberikan makan para burung merpati.

"Anda nampaknya cukup senggang," kata Ina sebab seringnya dia berpapasan dengan Benjamin.

"Memangnya apa yang biasanya kakek tua lakukan. Memberi makan burung adalah pekerjaan yang membuatku sangat sibuk," balas Benjamin.

Bagaimana orang seperti Benjamin memiliki waktu untuk memberikan makanan pada burung dan berleha-leha selama beberapa minggu. Ina sangat menyadari bahwa orang di sampingnya ini tidak akan melakukan sesuatu yang membuang-buang waktu. Tetapi dirinya hanya menutup mata melihat kelakuannya.

Di sisi lain, Benjamin sebenarnya sudah mencari tahu latar belakang Ina. Seorang anak yatim piatu dari desa terpencil yang datang ke kota untuk bersekolah. Sebenarnya tidak ada yang aneh dari dirinya. Hanya saja entah mengapa catatan Ina dimulai ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tidak ada yang tahu bagaimana masa kecil Ina. Dan sikap Ina menunjukkan bahwa gadis itu bukanlah gadis biasa. Benjamin merasa agak tertarik dengan gadis aneh di sebelahnya. Untuk itu tanpa dia sadari dia selalu mengikutinya dan mengamatinya. Walau Ina tampak cuek, dia cukup seru diajak mengobrol.

"Hey, nak. Apakah kamu punya kerabat?" tanya Benjamin penasaran.

"Kenapa anda penasaran dengan kerabat saya?" tanya Ina balik.

Sensitif sekali bocah ini.

"Hanya penasaran. Tapi kalau kamu tidak mau bilang ya tidak apa-apa," jawab Benjamin tergesa-gesa.

Ina terdiam beberapa detik. " Saya sudah lama tidak berhubungan dengan mereka," jawab Ina.

Kemudian Ina dan Benjamin tanpa sengaja menyaksikan pertengkaran dua orang anak perempuan. Awalnya seorang anak berambut pendek sedang asyik bermain ayunan sendirian. Kemudian, datanglah anak berambut panjang yang dengan sengaja mendorong anak berambut pendek sampai tersungkur ke depan. Anak berambut panjang kini mengambil alih ayunan. Anak berambut pendek terkejut dan tidak terima dengan perbuatan anak berambut panjang padanya.  Dia berusaha merebut ayunan itu kembali. Namun, anak berambut panjang tetap tidak mau bangkit dari ayunan itu bahkan mendorongnya lagi. Saat mereka sedang bertengkar, muncul seorang perempuan dewasa. Tampaknya dia adalah ibu dari anak berambut panjang. Ina maupun Benjamin memang tidak bisa mendengar percakapan mereka, tetapi mereka bisa menebak apa yang terjadi. Perempuan itu tanpa bertanya apa yang terjadi malah langsung memarahi anak berambut pendek. Dia bahkan menunjuk-nunjuk pada anak tersebut. Anak itu terlihat sangat ketakutan. Lalu dia pun pergi dengan tubuh gemetaran seperti sedang menangis.

"Cih, perempuan zaman sekarang," decak Benjamin. "Tadi Aku mau bilang apa ya.." Benjamin lupa mau berkata apa karena fokus menyaksikan peristiwa tadi.

"Menurut anda, hukuman apa yang pantas anak itu dapatkan," ujar Ina masih menatap anak berambut panjang yang masih menikmati ayunan yang baru dia curi.

Benjamin tak menyangka Ina akan bertanya lebih dulu. Dia lantas menjawab, "Perilaku anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua mereka. Jadi, orang tua lah yang harus diberikan pemahaman."

Kini Ina terseyum. "Kalau begitu, bukannya sang anak juga harus diberikan pelajaran?"

"Tentu saja," tukas Benjamin.

Ina semakin tersenyum lebar. "Tuan Benjamin, apakah anda ingin berteman dengan saya?

***

Perundungan yang dilakukan Julia pada Ina semakin sering dilakukan. Yang awalnya hanya verbal bertambah menjadi non verbal. Saat ini sudah memasuki jam makan siang. Wajah Ina terlihat pucat dari biasanya. Lia yang berada di sebelahnya tentunya segera menyadari hal itu.

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang