TOK TOK TOK TOK
Di sebuah kamar yang lumayan besar, terlihat seorang pemuda berambut pirang masih terlelap di ranjang nya padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Namun perlahan kelopak mata itu bergerak pertanda sang empu mulai bagun dari tidurnya.
Kelopak mata itu terbuka menampilkan iris mata biru shafir layaknya warna air laut yang menyejukkan.
TOK TOK TOK TOK
Suara ketukan pintu kembali terdengar di indera pendengaran nya. Ia lantas bergegas bangun dari tidurnya dan berjalan kearah pintu.
CEKLEK
Mendengar suara pintu yang dibuka, orang yang mengetuk pintu tadi lalu merapikan sedikit pakaiannya. Dia adalah salah satu pelayan dikeluarga Namikaze, Samui.
"Ada apa?"
Samui yang ditanya oleh tuannya sebisa mungkin untuk menyembunyikan kegugupannya.
"S-saya disuruh oleh Sarah-Sama untuk membangunkan anda tuan karena hari sudah siang. Sarah-Sama khawatir jika anda kenapa-napa" Ujarnya sambil menundukkan wajahnya. Sebuah semburat merah muncul di kedua pipinya saat melihat Naruto.
Bagaimana tidak, wajah tampan tanpa luka, tubuh tinggi tegap, ditambah badan atletis disertai otot-otot bak roti sobek berjumlah 6. Namun yang membuatnya merona adalah tuannya tidak memakai atasan alias bertelanjang dada.
Naruto yang melihat pelayannya menundukkan kepalanya hanya bingung.
"Samui." Panggilnya.
"H-hai tuan,"
"Bisa kau ambilkan sarapan untukku, dari kemarin aku belum mengisi perutku."
Mendengar itu Samui mengangguk dan pamit dari kamar Naruto menuju dapur. Naruto lantas kembali masuk ke kamarnya lalu membersihkan diri.
Skip Time.
Setelah mandi dan mengisi perutnya, Naruto kini berjalan menuju tempat dimana ia sudah berjanji kepada seseorang. Setelah berjalan sekitar 10 menit ia telah sampai dikamar tempat kakeknya dirawat.
CEKLEK
Mendengar ada orang yang masuk kedalam ruangan, sontak membuat dokter yang ada didalam langsung menoleh. Terlihat Romani sedang duduk di meja kerjannya sambil memperhatikan beberapa dokumen.
Melihat Naruto yang datang, Romani langsung tersenyum.
"Bagaimana perkembangannya Dokter?" Tanya Naruto.
"Sementara aku belum bisa memberikan kabar baik. Kondisi Jiraiya-Sama kian hari kian memburuk. Kondisi tubuh yang membatu semakin bertambah parah, namun merambat dengan sangat lambat. Jika Exilir yang sedang ku kerjakan sudah selesai, mungkin kondisinya akan semakin membaik." Jelasnya sambil berdiri disebelah Naruto yang sedang memperhatikan kakeknya yang terbaring di ranjang.
"Berapa lama Exilir itu jadi?"
"Untuk obat semacam itu harusnya dilakukan ujicoba dulu sebelum benar-benar bisa digunakan. Namun karena subjek yang menjadi bahan percobaan tidak ada, dengan terpaksa tidak dilakukan uji coba. Kondisi seperti ini hanya terjadi pada Jiraya-Sama saja, segera setelah Exilir itu jadi kita langsung ujikan padanya."
Naruto nampak diam sambil berfikir. Memang benar, untuk membuat obat harus dilakukan beberapa tahapan sebelum benar-benar bisa digunakan.
"Dengan mengambil beberapa uji, mungkin seminggu dari sekarang Exilir itu sudah bisa digunakan." Lanjutnya.
"Satu minggu? Apa tidak bisa dipercepat?"
Sebuah helaan nafas keluar dari mulut Romani.
"Hah... Jujur saja, untuk ukuran Exilir seperti itu dibutuhkan waktu berbulan bulan untuk bisa menciptakannya, bahkan untukku sendiri dibutuhkan waktu lebih dari seminggu. Namun karena hal ini sangat mendesak, kupercepat pembuatannya menjadi satu minggu. Semoga saja tidak ada kendala"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reink4rnasi Penuh Fantasi
FantastikTerbangun ditempat yang asing dengan karakter yang memusingkan kepala. 18+ Rate : M NB: banyak adegan kekerasan, seksualitas, asusila, pembantaian dll. Yang gak suka skip aja dosa ditanggung sendiri