Chapter 4

741 54 0
                                        

"Pelayan kami juga tidak kalah terampil, pasti sesuai dengan standart Nona Edith."

"Apa Duchess Ludwig tidak membawa satu pun pelayan saat menikah?"

"Itu...."

Dari sudut mana pun, pembicaraan ini berpihak pada Count Rigelhoff. Dia akan bisa mengirim Sophia bersama Edith.

Count Rigelhoff melirikku lagi, kali ini dengan tatapan penuh kasih sayang seolah akan menyerah dengan negosiasi ini. "Edith-ku sayang, Duke Ludwig tidak mengizinkanmu membawa pelayanmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa."

Aku merasa sekujur tubuhku gemetar, rasanya aku ingin menangis, tapi aku harus tetap menjaga kewarasanku. Keputusan kali ini akan menentukan hidupku.

"Tidak apa... Saya tidak perlu membawa pelayan."

"Huh....? E-Edith.....?"

"Lagipula, pelayan keluarga Ludwig sebagus pelayan kita, dan saya tidak ingin membuat pelayan keluarga kita harus meninggalkan rumah hanya karena saya, jadi ayah tidak perlu mengirim pelayan untuk saya."

Duke beserta kedua anaknya mengawasiku dengan tajam. Sepertinya mereka mengira aku mundur selangkah untuk menuntut hal yang lebih besar. Tapi, aku ini tidak berbahaya, wahai Tuan-Tuan.

"Tolong lupakan permintaan Ayah saya, Yang Mulia. Beliau sangat cemas karena akan segera menikahkan saya yang masih muda ini."

"Ya, tidak apa...." Duke Ludwig terdengar kesulitan.

Aku tidak boleh lemah hati sekarang!

"Sebagai menantu dari keluarga Ludwig, saya tidak ingin dipandang sebagai Nona yang manja. Saya akan datang seorang diri, dan saya yakin Duchess akan memberi saya pelayan yang baik." Aku berusaha tersenyum seramah mungkin. Tapi, ujung mata Edith agak memincing ke atas jadi sulit bagiku untuk terlihat polos.

Duke dan Duchess mengangguk setuju, walau terlihat sedikit sebal, di sisi lain wajah Count Rigelhoff mengeras.

Begitu kami di dalam kereta kuda, jauh dari kediaman Ludwig, Count Rigelhoff meledak. "Apa kau sudah gila?!"

Aku takut dia akan menamparku, tapi syukurlah dia tidak melakukannya. Mulai sekarang, aku harus berakting dengan segenap jiwa. "Ayah, apa tadi anda tidak melihat ekspresi Duke Ludwig?"

"....Apa?"

"Dia menyadari rencana anda saat anda membahas soal membawa pelayan. Apa yang bisa saya lakukan ketika ayah membuat permintaan yang begitu lugas?"

Kelopak mata Count Rigelhoff berkedut mendengar perkataanku. Pasti aneh mendengar anak perempuannya, yang selalu diam mematuhi perintahnya tiba-tiba mengatakan sesuatu di luar kebiasaan. Tapi aku tidak bisa mundur sekarang.

"Apa gunanya memasukkan pelayan ke sana tapi malah menimbulkan kecurigaan? Malah semakin menambah mata yang akan mengawasi, oleh karena itu lebih baik saya melakukannya sendiri, Ayah."

"Itu.....!"

"Apa ayah lupa tujuan dari pernikahan ini? Yaitu untuk menghilangkan kecurigaan mereka. Pertama-tama, kita harus menumpulkan dulu pisau kewaspadaan mereka yang terarah pada kita."

Ya, beginilah yang terjadi kalau kau dari departemen pemasaran bagian pembicara di semenanjung Korea yang selalu mempraktekkan presentasi sejak kuliah.

Seolah diberi aba-aba, ekspresi Count Rigelhoff melembut. "Lalu, selanjutnya apa yang akan kau lakukan...?"

"Untuk sekarang, saya akan masuk ke sana sendiri, dan ketika kecurigaan mereka menurun, saya akan membuat alasan, entah karena rindu rumah atau semacamnya, kemudian saya akan membawa pelayan saya ke sana "untuk sementara waktu". Mereka tidak akan bisa menghentikan saya melakukan hal tersebut."

Isekai Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang