"Maaf, Lize. Kau sudah mendengar kata-kata kasar karena aku. Sungguh, aku... baik-baik saja."
"Edith!" Lize mendekat dan menggenggam tanganku.
Mata Killian menyipit, dia seperti ingin menggali isi pikiranku.
Yah, dia pasti curiga karena aku terus mengoceh tentang betapa baiknya kondisiku.
"Aku tidak percaya."
Tidak mengejutkan, Cliff tidak mempercayaiku dengan mudah. Dia tampak tersinggung karena Lize telah difitnah.
Cliff menatap tajam ke arahku dan Sophia, lalu memanggil beberapa pelayan, menyuruh mereka mengeledah kamarku.
"Apa-apaan ini!" Sophia meloncat berdiri, tapi dia tidak sebanding dengan kegalakan Cliff.
Jujur saja, aku tidak begitu peduli. Sophia pasti sudah menyembunyikan racunnya, mustahil mereka akan menemukannya di kamarku...
"Apa ini?"
... Mampus aku!
Mereka menemukan sebuah botol kecil berisi cairan bening. Sekali lihat saja botol itu sangat mencurigakan, bahkan di badan botolnya tertempel secarik kertas bergambar tengkorak.
'Di lihat dari sudut mana pun jelas sekali kalo itu racun.'
Cliff pun berpikiran sama, pandangannya langsung tertuju padaku.
"Itu... bukan... punyaku..."
"Menarik. Lalu, menurutmu siapa yang menyembunyikan ini di vas keramik yang ada dalam kamarmu?" Tanya Cliff sarkastik sembari menggoyang botol kecil itu di depanku. Mulutnya tersenyum, tapi tatapannya seolah ingin mencekikku.
Untunglah Lize memeganginya.
"Cliff! Edith masih sakit, apa yang kamu lakukan pada seorang pasien!"
"Tapi, Lize!"
"Edith bilang itu bukan miliknya! Kenapa kamu menyalahkan pasien? Mungkin botol itu cuma berisi riasan atau obat darurat."
Lize membelaku dengan gigih, tapi aku yakin botol yang dipegang Cliff memang berisi racun yang tadi kukonsumsi sebab raut muka Sophia terlihat gelisah.
'Dia menaruh botol itu di kamar? Ugh... lihat, sekarang siapa yang lebih pantas disebut tolol?'
Seharusnya dia langsung menyingkirkan botol itu.
Tapi tentu saja, epidode ini tidak akan berjalan begitu.
Episode ini akan jadi panjang jika botol racun itu tidak segera ditemukan. Terlebih akan sulit untuk menemukan pelakunya bila botol tersebut dibuang. Penulis memilih jalur termudah.
Aku menghela napas panjang dan memejamkan mata. Sekarang bahkan tatapan Killian terasa membebani.
Esok sore, botol itu terbukti berisi racun yang menyebabkan sakit perut dan muntah-muntah. Yah, persis seperti yang kuduga. Masa depanku pun jadi terlihat suram.
Cliff mengamuk karena mengira aku dengan sengaja menyakiti diriku dan menyalahkan Lize atas hal tersebut. Faktanya, bukan hanya Cliff, tapi semua orang berpikir begitu.
"Gila! Dia langsung menggeledah kamar...! Menyebalkan!"
Sophia, pelaku sebenarnya, marah-marah di sebelahku.
"Kau sok pintar, tapi tidak becus melakukan apa pun," gerutuku sambil berbaring di tempat tidur. Sophia memelototiku dengan ekspresi bengis sebelum meninju perutku. "Akh!" Aku memekik. Perutku yang habis mengalami pendarahan akibat racun serasa akan meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Yang Berbeda
RomanceSeorang pekerja kantoran biasa meninggal dibunuh kakaknya yang gila judi. Setelah meninggal dia bangun di dunia novel yang dibacanya kemarin, yaitu novel "Menolak Obsesimu". Awalnya dia senang karena dia mengira itu kompensasi yang sepadan atas kema...