“Ini bukan ulah Anda, kan?”
“Sepertinya kau menganggapku lebih rendah daripada binatang.”
“S– syukurlah jika bukan Anda yang melakukannya. Bagaimana dia bisa sampai seperti ini...”
“Jangan coba-coba mencari tahu kebenarannya. Kau harus menghargai nyawamu.”
“I– iya...” Terkejut, dokter itu pun duduk tegak dan mulai memeriksa Edith. “Untunglah, tidak ada tulang yang patah. Mulai sekarang, setiap pagi dan sore, kompres tubuhnya dengan air hangat sebelum mengoleskan salep yang saya berikan.”
“Itu saja? Tidak ada obat atau semacamnya?”
“Saya baru bisa memberikan obat setelah memeriksa kondisinya setelah dia bangun. Sepertinya dia tidak istirahat dan makan dengan benar, jadi untuk sementara dia harus istirahat total.”
“Baiklah, aku mengerti.”
Meski telah diberitahu dua kali bahwa memar-memar itu bukan masalah besar dan hanya terlihat parah, Killian meminta Dokter untuk menunggunya di dalam rumah.
Namun beberapa saat kemudian, Duke Ludwig memanggil Killian dan Cliff, katanya dia ingin mendengar apa yang terjadi di penjara.
Killian mengertakkan gigi dan beranjak berdiri. “Jagalah Edith sementara aku ke sana, Anna.”
“Jangan khawatir, Tuan Muda. Jika Anda butuh kesaksian saya, saya sanggup bicara berjam-jam sekalipun, panggil saja saya kapan saja.”
“Terima kasih.”
Killian pun berjalan menuju ruang kerja Duke, dia merasa memiliki kekompakan dengan pelayan yang tidak pernah dia perhatikan sebelumnya.
Ketika dia sampai di sana, Duke sedang mengelap tangannya yang berlumur darah dengan handuk. Tampaknya semua Riegelhoff beserta antek-anteknya telah selesai dieksekusi.
“Duduklah.”
Begitu Killian duduk, Cliff tiba.
Merasakan suasana dingin di antara kedua anaknya, Duke menghela napas panjang dan kembali duduk di kursinya.“Aku harus tanya pada siapa...?” Duke bergumam dengan lelah.
Tanpa melirik kakaknya, Killian berkata, “apa ada yang ingin Kakak katakan tentang kejadian tadi...?”
“......”
“Kalau begitu biar aku yang menceritakannya, Ayah. Aku sedang agak kesal, jadi mungkin aku akan sedikit kasar, Ayah bisa mengoreksiku nanti.”
“Baiklah.”
Untuk pertama kalinya Duke memberikan panggung pada Killian, bukan pada Cliff.
Hari itu di ruang kerja Duke, terjadi percakapan panjang tentang kebenaran yang tidak mereka tahu.❇ ❇ ❇ ❇
Hangatnya.
Aku tidak lagi merasakan dingin menusuk tulang yang membuatku menggigil.
‘Aku... masih hidup...’
Perlahan aku membuka mata, mengelus permukaan lembut dari seprei dengan telapak tanganku.
Ketika pandanganku yang buram mulai terang, aku sempat tegang sesaat karena sekelilingku terlihat asing tetapi juga familiar, lalu aku segera sadar bahwa ini merupakan kamar Killian.
‘Di mana Killian?’
Aku duduk, bergerak sedikit saja tubuhku terasa sakit, kemudian aku melihat sekitar, tidak ada siapa-siapa, bahkan Killian.
‘Aku takut...’
Tiba-tiba aku merasa takut. Jangan-jangan aku sudah mati, tubuhku jadi merinding.
Aku mengerang saat turun dari tempat tidur. Tidak ada yang bisa kupakai di atas gaun tidurku, tapi aku tidak bisa menunggu lebih lama untuk bertemu orang lain selain diriku.
“Killian...” aku memanggil Killian dengan ragu-ragu, dan membuka pintu kamar tidur yang terhubung ke ruang tamu kamar.
Pandangan tiga orang yang duduk di ruang tamu serentak mengarah padaku. Di sana ada Killian, Anna, dan seseorang yang tampaknya seorang dokter.
“Edith!” Terkejut, Killian berdiri dan bergegas menghampiriku, tangannya mengambang di udara seolah bingung harus meletakannya di mana. “Apa yang kau lakukan? Kau kan belum benar-benar pulih,” ujar Killian lirih sebelum akhirnya meletakkan tangannya di pundakku dengan sangat hati-hati, dan memperhatikan wajahku.
Seketika aku merasa kecemasan yang membuncah dalam diriku mereda.
“Aku takut karena tidak ada siapa-siapa di sana. Kukira aku sudah... mati.”
Mendengar itu, Killian terdiam seperti video yang dijeda, dia menatapku. “Maaf, seharusnya salah satu dari kami berjaga menemanimu...”
“Tidak apa, aku hanya baru bangun dan memikirkan hal aneh.”
“Maaf, maafkan aku karena meninggalkanmu sendirian dan ketakutan.”
Killian memberiku pelukan singkat. Dia tampak sangat berhati-hati, seolah khawatir menekan tubuhku terlalu kuat.
Aku bertanya-tanya kenapa dia begitu protektif, dan kemudian aku sadar bahwa dia berhati-hati agar tidak sampai menyentuh lenganku.
‘Dia pasti sudah melihat lukaku.’
Lukaku pasti sangat mengejutkan. Aku sendiri juga terkejut saat melihat memar-memar di tubuhku saat pertama kali berganti pakaian, rasanya sangat asing.
Aku melirik memar keunguan di lengan dan pahaku sambil bertanya-tanya apakah kulitku bisa kembali ke warna asalnya.
“Pertama-tama, ayo berbaring lagi, aku akan menemanimu,” Killian menenangkanku dengan suara yang membuat hatiku tergelitik, lalu setelah menyuruh Anna tetap di sana dan mencatat perkataan dokter, dia mengantarku kembali ke kamar tidur.
“Killian, sekarang hari apa? Berapa lama aku tertidur?”
“Jangan khawatir, kau tertidur ‘hampir’ selama tiga hari.”
“Kenapa ‘hampir’?”
“Karena kadang-kadang kau bangun, walau sepertinya kau tidak ingat.”
“Huh? Benarkah?”
Aku tidak ingat sempat terbangun seperti kata Killian.
“Kau makan sup sekali, minum air beberapa kali, dan ke kamar mandi sekali.”
“Aku tidak ingat semua itu.”
“Aku sudah menduganya karena kau terlihat setengah sadar.”
Aku mengangguk. “Apa boleh aku... berbaring di sini?”
“Apa maksudmu?”
“Maksudku, mungkin Yang Mulia Duke akan marah... karena kau membawaku keluar dari penjara,” ujarku, benar-benar cemas.
Killian tampak menahan amarahnya. “Kau tidak perlu cemas soal Ayah dan Kakak lagi. Sebaliknya, mereka malah harus memperhatikanmu.”
“Memangnya apa yang terjadi?”
Killian menatap mataku untuk waktu yang lama, lalu menghela napas panjang dan menceritakan semua yang terjadi.
❇ ❇ ❇ ❇
Ketika Edith dimasukkan ke penjara dan eksekusi dimulai, Count Riegelhoff adalah orang pertama yang disuruh berlutut.
“Apa kau punya kalimat terakhir?” tanya Duke Ludwig sebagai bentuk belas kasih terakhir.
Namun Count Riegelhoff yang telah dikuasai amarah, ketakutan serta kegilaan, mendelik pada Duke Ludwig dengan mata merah sambil menyeringai. “Kalau aku mati, kau juga harus membunuh anakku Edith. Akan menjadi sebuah aib baginya untuk tetap hidup ketika kami semua mati.”
Killian menyahut, “konyol, dia istriku, bukan anakmu.”
“Hahaha! Sejak kapan kau begitu peduli padanya sampai bersikap seperti ini?”
“Aku tidak mengerti kenapa kau baru peduli pada putrimu yang sudah kau abaikan sekarang.”
“Kapan aku mengabaikannya?”
“Jika kau tidak ingat sudah mengabaikannya, berarti sejak awal kau tidak pernah menganggapnya sebagai anak.”
Ekspresi Count Riegelhoff mengeras mendengar hal tersebut. Suasana hati Killian memburuk ketika perkataannya ternyata tepat sasaran.
Count Riegelhoff berteriak, “Pengkhianat tidak boleh dibiarkan hidup. Itulah aturan keluarga Riegelhoff!”
Duke Ludwig, yang mendengar di sebelah Killian, menatap Count Riegelhoff dengan tajam seraya berkata dengan nada bosan, “Itu masalah keluarga Riegelhoff.”
“Kau bahkan tidak bisa menghormati tradisi keluarga lain...!”
“Kalimat terakhirmu terlalu panjang... laksanakan eksekusinya sekarang!”
Kemudian Penjagal mengangkat kapak tajam mereka.
“Aaaaahhhh! Sayang!”
“Ayah!”
Teriakan para Riegelhoff menggema di penjuru arena eksekusi.
Saat kapak membela udara dingin, sepasang mata yang tadinya menatap tajam Duke Ludwig menjadi kosong dan darah segar menciprat ke udara.
Itu adalah akhir yang mengenaskan bagi pria yang membiarkan iri dengki menguasai hidupnya.
Setelah eksekusi Count Riegelhoff, keluarga yang lain menyusul satu per satu.
Leher Shane, secara khusus, dipenggal sendiri oleh Cliff dengan ‘pelan-pelan’.
Meski arena eksekusi dipenuhi jeritan ngeri dan kematian, pikiran Killian hanya tertuju pada Edith yang mungkin menggigil di dalsm penjara.
‘Aku tidak boleh membawanya ke dalam rumah?! Apa ayah masih meragukannya? Apa ayah tidak mempercayaiku?’
Killian tidak mengerti kenapa Duke bersikeras memasukkan Edith ke penjara, padahal dia sudah menjelaskan bahwa Edith juga disekap di vila Wellesley dan hampir mati.
Menit demi menit berlalu, kini giliran Sophia.
“Bajingan ini..!” mata Killian berkilat dengan amarah ketika dia melangkah maju.
Tepat saat itu, seorang pengawal yang menjaga arena eksekusi berlari tergesa-gesa dan melapor pada Duke.
“Yang Mulia! Sir Renan Filch mengatakan bahwa ada yang harus dia sampaikan kepada Anda!”
“Renan? Dia sudah bangun?”
“Saya yakin dia langsung berlari kemari begitu dia bangun.”
Renan dipukul hingga pingsan oleh tentara bayaran saat berusaha menghentikan penculikan. Dia biasanya bukan orang yang gampang panik dan tidak sabaran, jadi jika dia langsung berlari kemari begitu sadar, pasti ada hal yang sangat penting yang harus segera dilaporkan.
“Biarkan dia masuk.”
Atas perintah Duke Renan pun dibawa masuk, kepalanya dibalut perban, wajahnya tampak cemas ketika melihat para tahanan yang tersisa.
“Renan, ada apa?”
“Di mana Nona Edith?”
“Edith? Kenapa kau mencari Edith?”
“Saya dengar Nona Edith ditangkap dan dibawa ke arena eksekusi.”
“Lalu?”
“Nona tidak bersalah! Jangan bilang, Nona sudah dieksekusi...?!” berteriak membuat kepalanya sakit lagi, dia pun terhuyung ke belakang dan memijat tengkuknya.
Killian membantu Renan berdiri. “Renan, kau tahu sesuatu?” Killian sangat mengharapkan seseorang bisa membuktikan bahwa Edith tidak bersalah.
Melihat Killian yang tampak tenang, Renan langsung tahu bahwa Edith masih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Yang Berbeda
RomanceSeorang pekerja kantoran biasa meninggal dibunuh kakaknya yang gila judi. Setelah meninggal dia bangun di dunia novel yang dibacanya kemarin, yaitu novel "Menolak Obsesimu". Awalnya dia senang karena dia mengira itu kompensasi yang sepadan atas kema...