"Sophia, saat kau ada di kediaman Ludwig, perhatikan kegiatan Lize Sinclair, cari tahu apa yang dia sukai mulai dari hal terkecil, lalu laporkan padaku lewat surat. Jangan beritahu ayahku soal ini. Mengerti?"
Perintah rahasia Shane masih terngiang di kepala Sophia.
Ketika Tuan muda yang Sophia damba-dambakan menyebut nama Lize dengan telinga memerah, Sophia tahu kalau Shane telah jatuh hati pada gadis itu.
Saat itu juga Sophia ingin sekali mencabik-cabik Si anak haram jalang dari keluarga Sinclair.
Sophia tidak berani bermimpi menjadi istri Shane, namun dia tidak rela jika seorang anak haram yang lahir dari rahim seorang pelayan rendahan merayu tuan mudanya.Dan kini, meski dia tinggal di kediaman Ludwig, tapi Lize Sinclair berada jauh di luar jangkauannya, dia tidak bisa menembus perlindungan di sekitar Lize.
Biarpun begitu, Sophia pantang menyerah.
'Tidak akan kubiarkan Si Jalang ini lepas begitu saja...'
Meski pikiran Sophia membayangkan berbagai hal keji, namun dia tetap membungkuk hormat sebelum berlalu dari hadapan Lize. Dengan acuh tak acuh dia melewati seorang pelayan sembari menyelipkan secarik kertas pada pelayan itu.
— Killian Ludwig akan menerima wilayah Ryzen, belum diketahui apa dia akan membawa Edith bersamanya.
Prajurit bayaran lain yang menjadi mata-mata di kediaman Ludwig melakukan pekerjaannya dengan baik.
'Bahkan cacing seperti itu saja membayar makanannya, tapi Edith sangat tidak berguna, makanya dia pantas kelaparan dan pantas diabaikan suaminya. Dasar menyedihkan.'
Sophia yakin dia bisa lebih baik seandainya dia juga putri seorang Count.
Sophia mengasihani diri sendiri karena harus memanggil seseorang yang lebih rendah daripada dirinya dengan sebutan Nona.
Dia lalu mengambil makan malam Edith untuk dirinya dan memikirkan cara untuk menyiksa Edith yang kelaparan.
°•°•°
Setelah lima hari kelaparan, di pagi hari yang bisa kupikirkan hanyalah makanan.
Sayangnya aku bahkan tidak bisa makan camilan karena Renan sedang dalam perjalanan bisnis untuk beberapa hari.
'Lapar...'
Sophia merampas jatah makanku dan menyantapnya tepat di hadapanku.
Itu saja sudah cukup membuatku gila, tapi dia masih selalu mencari gara-gara.
Sophia melempar sepotong roti sisa makan malam kemarin ke lantai dan berkata, "kalau kau lapar sekali, makan saja itu."
Jujur, andai Sophia tidak memperhatikan, aku mungkin sudah mengambil dan memakan roti tersebut.
Tapi aku tidak melakukannya, tidak ketika harga diriku sudah hancur lebur.
"Bagaimana mungkin manusia sepertiku memakan makanan anjing?"
Sophia tertawa mendengarnya, dia menganggapku cuma seekor anjing keras kepala yang tidak berguna.
Aku tidak ingin dipermalukan, jadi aku pun keluar kamar selagi Sophia makan. Seandainya dia kembali melempar roti saat makan siang, aku mungkin akan mengambilnya.
Semua orang sedang sibuk memasak, aromanya menguar di udara. Aku mencari tempat di mana aku bisa menghindari aroma itu, dan kemudian aku teringat aula besar, aku pun bergegas ke sana.
'Lapar... lapar...'
Bukannya aku tidak berpikir untuk bersembunyi dan menyuruh pelayan lain membawakan makanan diam-diam. Nyatanya, aku sudah pernah melakukan hal itu di hari pertama sambil menertawakan Sophia. Tapi, begitu aku kembali ke kamar, Sophia memaksaku memuntahkan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Yang Berbeda
RomanceSeorang pekerja kantoran biasa meninggal dibunuh kakaknya yang gila judi. Setelah meninggal dia bangun di dunia novel yang dibacanya kemarin, yaitu novel "Menolak Obsesimu". Awalnya dia senang karena dia mengira itu kompensasi yang sepadan atas kema...