Chapter 102

531 48 12
                                        

"Perasaanku...?"

"Ya..."

Selama beberapa saat keheningan menyelimuti mereka.

Killian sudah menyangka bahwa Lize tahu tentang perasaannya. Tetapi mengatakannya dengan lantang adalah hal yang sepenuhnya berbeda.

Lize tampak tenang namun juga sedikit sedih.

"Aku pura-pura tidak tahu," katanya, "tapi karena aku hanya anak haram... aku tidak punya apa-apa untuk diberikan pada Killian."

Killian terkejut.

'Lize... maksudmu kau juga mencintaiku?'

Seandainya itu benar, maka Killian telah terlibat dalam pernikahan yang sangat tidak adil.

"Tapi kau dan... Cliff..."

"Aku bersyukur Cliff menganggapku menggemaskan, meski terkadang itu membuatku sedikit takut..."

"Ha..." Killian meletakkan tangan di dahinya, kepalanya serasa berputar.

Berbagai momen terlintas dalam benaknya, momen yang seharusnya bisa menjadi bentuk sinyal dari Lize.

"Seandainya aku bukan anak haram, menurutmu... apa semuanya akan berbeda?"

Pertanyaan itu dipenuhi kesedihan, dan Killian mematung, tidak tahu harus berbuat apa.

Sebenarnya, jika Lize bukan haram, jika dia tidak begitu tidak percaya diri, jika dia bisa menerima cintanya dengan lebih terbuka, apa semuanya akan berbeda?

"Aku khawatir kamu akan terluka dalam perang wilayah ini."

"Jangan khawatir, ini bahkan tidak layak disebut perang."

"Tapi jika kamu terluka... aku..."

Air mata berlinang di mata Lize.

Namun, pada saat itu, pikiran Killian teringat pada Edith.

"Aku tidak ingin menjadi janda di usia segini."

Edith bilang dia mengkhawatirkannya, tetapi karena alasan yang sangat konyol. Namun, Killian malah menemukan respon bercanda Edith lebih menyentuh daripada kekhawatiran Lize yang berlinang air mata.

Di saat yang sama, kenangan masa lalu berputar dalam pikiran Killian.

Ada banyak momen ketika dia mengira Lize mencintainya, tetapi ada lebih banyak momen ketika dia menyadari bahwa dia salah sangka.

Senyum Lize lebih cerah saat bersama Cliff daripada saat bersamanya, mereka berdua jauh lebih intim tanpa dirinya, dan bahkan saat mereka berkumpul bertiga, kadang-kadang dia merasa diabaikan.

'Dan dia mencintaiku? Itu gila...'

Kemudian Killian menyadari, ternyata lagi-lagi dia salah sangka. Lize tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintainya, dia hanya berkata, 'aku tahu perasaanmu.'

'Aku hampir membuat kesalahan bodoh lagi. Tidak, jangan-jangan, itulah tujuan Lize...?'

Killian menggeleng, keningnya sedikit mengernyit.

Namun ketika Lize mendekatinya, bahkan Killian yang berkepala dingin pun tidak bisa tidak panik.

"Lize...?"

"Sebelum kamu pergi, tidak bisakah kamu menciumku sekali saja?"

Itu adalah godaan yang sulit ditolak oleh siapa pun. Semua tentang Lize begitu menggoda: matanya yang lembab, bahunya yang terekspos, tangannya yang ada di lengan Killian.

Untuk pertama kalinya cahaya yang dia idam-idamkan selama lima tahun terakhir akhirnya menyinarinya, dan sekarang cahaya itu juga menginginkan dirinya. Lize menginginkannya.

Isekai Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang