"Aku juga ingin membicarakan hal itu dengan putriku. Sudah lama aku tidak melihatnya, dan aku ingin tahu kabarnya."
"Itu membuat saya semakin curiga, ini hampir seolah kalian bekerja sama untuk berbagi informasi tentang keluarga kami."
"A- apa maksudmu? Haha!" Count Riegelhoff tertawa canggung, tapi Killian sedikit pun tidak mengendurkan ekspresinya.
"Anda hanya ingin mengetahui kabar Edith, tapi kenapa anda perlu berbicara empat mata dengannya? Apa yang sebenarnya ingin anda ketahui?"
"Oh, bukan begitu maksudku..."
Count Riegelhoff bergerak gelisah, tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat. Namun, dengan gestur matanya dia masih seolah terus memerintah diriku agar bertindak.
Mungkin dia berharap aku akan melakukan sesuatu.
Namun, apabila hal ini benar-benar meenyebabkan Killian kembali mencurigaiku, maka aku akan berada dalam masalah, jadi aku pun menjawab dengan cepat, "saya baik-baik saja, malah saya tidak pernah sebaik ini sejak saya dilahirkan, jadi... tidak perlu khawatir."
Sedari tadi saat berurusan dengannya, aku tidak pernah sekali pun memanggilnya "ayah." Sebab aku tidak bisa lagi memanggil pria itu sebagai ayahku.
Sekilas ekspresi Count Riegelhoff mengeras seolah dia menyadari bahwa aku sepenuhnya bersikukuh mengabaikan perintahnya, tapi dengan cepat dia tersenyum dan mengangguk.
"Yah, aku mengerti. Baiklah, Edith, kalau begitu... sampai jumpa." Dia mengangguk sopan pada Killian lalu beranjak pergi.
'Keparat. Dia kira dia masih bisa memerintahku seenaknya.'
Aku bisa merasakan kebencian serta kemarahan dalam matanya ketika dia menatapku, dan aku bisa menangkap maknanya dengan jelas, "dasar jalang tidak tahu terima kasih!"
Namun lebih dari itu, aku baru menyadari kalau diriku gemetaran.
Ingatan lama Edith yang terlambat datang padaku dipenuhi dengan kekerasan.
Kekerasan fisik dan mental sejak masa kecilnya tumpang tindih dengan ingatanku, walau bukan aku sendiri yang mengalaminya, tanganku yang memegang ujung lengan baju Killian basah oleh keringat dan tenggorokanku kering.
'Tidak ada alasan untuk gemetar sekarang, dasar bodoh!'
Aku malu karena gemetaran dan memegang ujung lengan baju Killian, alih-alih berdiri dengan berani di hadapan pria itu.
Meski Sophia memukuliku sampai seperti itu aku masih dapat menghadapinya dengan berani, jadi kenapa baru kali ini aku merasa begitu gugup...
"Edith... kau baik-baik saja?" Killian memanggilku.
"Kil- Killian..."
"Kenapa kau gugup sekali?"
"Tidak, bukan begitu..."
Tidak, sebenarnya, aku tahu. Aku terus mengertakkan gigi dan menahannya, tapi aku tidak pernah baik-baik saja.
"Ayo keluar mencari udara segar."
Killian mengajakku, yang tidak mampu merespon, ke luar balkon yang terbuka.
Dan keputusannya ini cemerlang.
Semilir angin dingin menerpa pipiku sehingga aku mampu mengendalikan diriku yang berada dalam ambang kepanikan.
Aku mengambil napas panjang sebelum aku kembali dapat menggerakkan mulut.
"Kau pasti sangat terkejut, ya? Maaf aku bertindak bodoh."
"Sepertinya kau sudah lebih baik sekarang. Apa-apaan yang tadi itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Yang Berbeda
RomanceSeorang pekerja kantoran biasa meninggal dibunuh kakaknya yang gila judi. Setelah meninggal dia bangun di dunia novel yang dibacanya kemarin, yaitu novel "Menolak Obsesimu". Awalnya dia senang karena dia mengira itu kompensasi yang sepadan atas kema...