"Astaga, Killian, apa kau sedang menungguku?"
"Kau habis dari mana?"
"Dari mengunjungi Lize."
Mendengarku habis mengunjungi Lize, Killian menganggukkan kepala. Apa itu berarti aku dapat nilai tambahan?
Killian lalu membicarakan sederet hal remeh-temeh. Mulai dari cuaca, Duke dan Duchess, yah, hal-hal semacam itu. Kemudian secara halus dia menggiring pembicaraan ke arahku.
"Omong-omong... bagaimana kalau kau sedikit berolahraga agar tetap sehat? Kudengar kau sering jalan-jalan di pagi hari, tapi akan lebih bagus lagi jika kau mencoba mengitari taman sekali sehari setelah makan."
"Oh, ya?"
Memang sih, aku makan agak lebih banyak sejak mulai bisa makan lagi setelah kelaparan waktu itu, bahkan "fantasi" dalam novel rofan tidak dapat mencegah berat badanku bertambah.
Tubuhku memang sedikit gemukan di bagian samping...
"Berkeliling taman akan meningkatkan suasana hati dan mencegah berat badanmu bertambah."
"Apa aku kelihatan gemuk?"
"Mmm, iya. Kau terlihat sedikit lebih gemuk daripada biasanya."
Perkataan Killian membuatku terkejut. Jika Killian yang bahkan tidak memperhatikanku sampai berpikir aku bertambah gemuk, berarti berapa banyak berat badanku bertambah?
Aku pun meloncat berdiri.
"Kalau begitu, mungkin aku memang harus berjalan-jalan."
"Aku akan menemanimu."
"Ya...?"
"Aku akan menemanimu jalan-jalan, sebagai pengawal?"
Bulu kudukku berdiri. "Ah... tapi kalau kupikir lagi, perkataanmu tadi sedikit membuatku tersinggung, kau seperti menyuruhku berolahraga karena berat badanku naik..."
"Ah, tidak, aku tidak bermaksud begitu!"
"Aku tidak mau jalan-jalan hari ini. Aku akan melakukannya lain kali."
Aku bisa melihat Killian mengertakkan gigi. Wah, nyaris saja aku jatuh dalam perangkapnya. Semisal tadi aku berkata iya, dia pasti memberiku tatapan dingin.
"Kurasa kau salah mengartikan perkataanku. Maksudku berat badanmu bertambah lebih daripada sebelumnya, bukan kau bertambah gemuk dan harus menurunkan berat badanmu."
"Oh, begitu ya, maaf sudah salah paham, tapi aku sedang tidak ingin keluar. Tentu, aku menghargai perhatianmu akan kesehatanku, Killian."
Aku hanya perlu mengucap banyak-banyak terima kasih. Ini respon standart, ya kan?
"...Baiklah, sampai jumpa nanti."
"Sampai jumpa. Semoga harimu menyenangkan!"
Aku melambaikan tangan pada Killian dan memasang senyum ala jasa pelayanan.
'Waaahh, aku berhasil melewati ujian hari ini!'
Aku menari kegirangan saat Anna tidak melihat ke arahku, tapi aku berhenti saat teringat tatapan mata Killian tadi. Tatapannya seolah mengisyaratkan sesuatu akan meledak sewaktu-waktu.
'Daratan sudah dekat!'
[T/N : daratan yang dimaksud seperti tujuan, hasil yang akan diraih.]
Keraguannya akan segera berakhir.
Killian pasti mengujiku dengan pikiran, "tidak mungkin, Edith pasti langsung meloncat jika ada kesempatan," tapi aku tidak bertindak seperti dugaannya, jadi dia pun meragukan pikirannya sendiri.
'Jika aku berhasil melalui ujian ini, apa nanti aku bisa minum teh bersama Killian? Aku ingin sekali makan dan jalan-jalan dengannya...'
Saat Killian sadar bahwa aku bukan wanita murahan dan genit seperti rumor yang beredar, akankah dia memperlakukanku selayaknya manusia?
Aku putus asa sekali. Hiks.
❇❇❇
Aku selalu siaga selama ujian Killian berlangsung, aku hanya bisa bersantai saat berada di ruang kerja Renan.
Bahkan saat musim panas, ruang kerjanya merupakan salah satu tempat favoritku di kediaman ini. Ruangan ini sejuk dan dipenuhi aroma kertas. Dan lebih dari semua itu, yang paling kusuka adalah kesunyiannya yang hangat.
Berbeda dari kesan pertamaku tentang Renan, awalnya kupikir dia orang yang pelit memberi pujian, tapi ternyata dia lebih sering memujiku daripada yang kusangka.
Mengategorikan berkas sesuai tanggal dan merangkum data-data yang campur aduk ke dalam satu halaman sebenarnya tidak sulit, namun terkadang Renan mengatakan kalau pekerjaanku bagus dan rapi.
Kata-katanya menghiburku, perkataannya tidak berlebihan tapi mengapresiasi kerja kerasku.
Akan tetapi, hari ini ada yang berbeda.
"Killian, kenapa kau di sini?"
Saat aku tiba di ruang kerja Renan, aku menemukan Killian duduk di dalam sana.
"Apa ada alasan yang membuatku tidak boleh ke sini?"
"Bukan begitu... hanya saja, aku terkejut. Aku belum pernah melihatmu kemari sejak aku bekerja di sini."
"Kadang aku kemari, tapi kau sedang tidak ada di sini."
"Oh, begitu... apa ada yang perlu kau diskusikan dengan Renan?"
"Ya, benar..."
Meski merupakan anak kedua Duke, namun Killian juga turut membantu pekerjaan Duke, jadi tidak heran kalau dia muncul di ruang kerja Renan, mungkin ada hal yang perlu dia urus mengenai perpajakan.
"Kalau begitu kalian silakan mengobrol, aku akan mengerjakan pekerjaanku." Aku tersenyum dan duduk di mejaku, tapi aku jadi kepikiran, jangan-jangan Killian kemari untuk memata-mataiku.
'Baiklah, akan kutunjukan betapa giatnya diriku.'
Aku pun berkonsentrasi mengerjakan bagianku, benar-benar berkonsentrasi. Aku sama sekali tidak melirik ke arah Killian, dan hanya fokus menyusun dokumen. Dalam hati aku penasaran apa dia sedikit kagum akan kerja kerasku.
Setelah beberapa menit berlalu dalam sunyi, tiba-tiba Killian bersuara.
"Menurutmu apa tidak lebih baik menambah karyawan lagi, Renan?"
Rupanya bukan cuma aku yang merasa pertanyaan Killian sama sekali tidak terduga.
"Tiba-tiba saja...?"
"Maaf akhir-akhir ini aku tidak memperhatikanmu. Sekarang setelah melihat langsung, tampaknya perkerjaanmu banyak sekali."
Kini aku mengerti apa maksud perkataan Lize saat dia bilang kalau Killian itu terkesan cuek di luar tapi sebenarnya penuh perhatian. Meski sedang mencemaskan Renan, tapi cara bicara Killian terdengar ketus.
"Saya memahami kekhawatiran anda, tapi sudah ada Nona Edith yang membantu saya, jadi semuanya bisa terkendali."
"Seberapa banyak Edith membantumu?"
"Dia lebih kompeten daripada semua karyawan yang pernah bekerja dengan saya. Dia membuat pekerjaan saya jauh lebih mudah."
Awh! Rasanya agak memalukan saat dipuji di depan Killian. Aku malu tapi tidak bisa menyembunyikan perasaan puasku.
'Tapi apa-apaan ekspresinya itu?'
Alis Killian mengernyit saat mendengar Renan memujiku.
Awalnya kukira dia tidak suka mendengar Renan memujiku, namun kemudian aku sadar kalau mau tidak mau dia harus mengakuinya sekarang, dengan begitu dia akan melepaskan keraguannya tentangku.
'Tegakkan kepalamu sampai akhir, Edith, ayolah!'
Aku pura-pura tidak mendengar percakapan mereka dan bekerja kerasa mengurus dokumen-dokumen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Yang Berbeda
RomantizmSeorang pekerja kantoran biasa meninggal dibunuh kakaknya yang gila judi. Setelah meninggal dia bangun di dunia novel yang dibacanya kemarin, yaitu novel "Menolak Obsesimu". Awalnya dia senang karena dia mengira itu kompensasi yang sepadan atas kema...