Killian memandangku, tampak agak terkejut, lalu kembali bertanya, "Hubert? Maksudmu pria yang punya banyak uang?"
"Terlepas dari ceritanya, Laszlo itu bajingan keparat."
"Apa?"
"Dia menguji cinta Odelette meski tahu situasi yang dialami Odelette, dan dia bahkan tidak mengungkap identitas aslinya, dasar brengsek."
Killian terlihat terkejut mendengar makian yang kulontarkan. Tapi aku tidak berniat meralatnya.
Setelah mengatasi keterkejutannya, dia bertanya lagi, "tapi jika kau mencintai seseorang, apa kau akan goyah hanya karena godaan harta?"
"Killian. Kau tidak tahu rasanya tidak punya uang, ya kan?"
"Itu... tidak."
"Banyak hal yang bisa diselesaikan dengang uang... jadi itu bukan sekadar tentang uang." Aku sangat megerti bagaimana rasanya, karena itulah aku memahami Odelette dan tidak bisa memaafkan Laszlo. "Terlebih, kehormatan keluarganya jadi taruhan dalam pernikahan itu, makanya Odelette tidak bisa mengabaikan semuanya begitu saja demi cinta."
"Tapi..."
"Kau sendiri pasti sangat paham hal itu, Killian."
Killian membeku mendengar jawabanku, mungkin bertanya-tanya apakah aku sengaja mengorek lukanya, jadi aku pun segera mengganti topik pembicaraan.
"Pertunjukan itu membuat Hubert seolah-olah pria yang jahat, tapi kenyataannya, dialah yang benar-benar mencintai Odelette."
"Dia merebut Odelette yang sangat mencintai pria lain dengan iming-iming uang, bukan begitu?"
"Iya. Dia tahu Odelette mencintai pria lain, tapi dia tetap maju berusaha untuk mendapatkannya. Dia kan orang kaya, kalau dia mau, dia bisa saja mendapatkan wanita lain yang secantik Odelette untuk menikah dan mencintainya."
"Itu..."
"Mungkin kalau saja Laszlo tidak muncul kembali seolah ingin balas dendam pada Odelette, Hubert dan Odelette bisa hidup normal sebagai pasangan yang bahagia."
Untuk pertama kalinya, Killian mengangguk setuju.
"Jadi sayang sekali Odelette bunuh diri di akhir pertunjukan. Jujur saja, aku berani mempertaruhkan leherku, kemungkinan besar penulis skenarionya adalah seorang pria."
"Kau cenderung terlalu sering menpertaruhkan nyawamu, tapi kau benar, penulisnya memang seorang pria."
"Makanya dia mengira perempuan akan menyesal sampai rela bunuh diri, padahal perempuan itu, asal kau tahu saja, lebih kuat dari yang kau bayangkan." Aku tersenyum, namun Killian hanya diam menatapku.
'Apa aku terdengar terlalu agresif?'
Aku merasa seperti isi perutku teraduk. Mungkin aku berbuat kesalahan karena menyenggol lukanya tadi. Di saat seperti ini aku harus cepat-cepat mencairkan suasana. "Haruskah kita keluar sekarang?"
"...Ya."
Kami pun berjalan berdampingan keluar dari Opera House. Perasaanku masih meluap-luap. Aku merasa kupu-kupu menari dalam perutku karena kami terlihat seperti sepasang kekasih biasa yang sedang berkencan.
Ketika kami sampai di jalan, rupanya matahari belum terbenam.
Killian menoleh menoleh ke arahku dan bertanya, "haruskah kita pulang sekarang atau kau ingin berjalan-jalan di sekitar sini?"
Huh? Dia mau menemaniku jalan-jalan lebih lama lagi!
"Aku mau jalan-jalan dulu!"
"Tunggu, apa kau belum pernah jalan-jalan di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Yang Berbeda
RomanceSeorang pekerja kantoran biasa meninggal dibunuh kakaknya yang gila judi. Setelah meninggal dia bangun di dunia novel yang dibacanya kemarin, yaitu novel "Menolak Obsesimu". Awalnya dia senang karena dia mengira itu kompensasi yang sepadan atas kema...