Dangerously VII

1.5K 153 104
                                    


Petang menyambut orang-orang. Kegelapan mengiringi langkah Felix melewati tumpukan sampah. Kakinya yang tak memakai alas telah lecet dan perban yang melilit lehernya pun memerah menandakan darahnya merembes, namun pemuda manis itu tak menghiraukannya dan tetap berjalan pelan hingga sampai di depan rumah bercat biru.

Tak mengetuk ataupun memanggil pemiliknya, Felix hanya berdiri di depan pintu dengan kepalanya yang menunduk. Terpaan angin dingin menerbangkan rambutnya juga menyapu air mata yang makin mengering di wajahnya.

Cklek

"Astaga! Kau membuat kakek terkejut!"

Kakek Jo yang baru saja membuka pintu untuk membuang sampah terperanjat kaget melihat Felix dalam kondisi mengenaskan berdiri di depan rumahnya.

"Felix, apa yang terjadi padamu?"

Tepat ketika kakek Jo menyelesaikan kalimatnya tubuh remaja itu tumbang. Jatuh ke tanah menimbulkan suara debuman yang menyadarkan kakek Jo bahwa anak manis itu tak baik-baik saja.

Pukul 9 malam Felix masih terlelap di kamar tamu rumah kakek Jo. Kaki dan lehernya sudah diobati, dokter panggilan kakek Jo juga sudah memeriksa kondisi Felix dan memastikan bahwa pemuda manis itu hanya pingsan biasa. Namun sudah beberapa jam ditunggu Felix masih tak juga sadar membuat kakek Jo memutuskan untuk kembali memanggil dokter kenalannya.

Seorang lelaki datang dengan peralatan dokter. Sesaat lelaki itu diam di ambang pintu kamar sebelum kemudian kakinya melangkah mendekati ranjang dimana Felix masih terpejam.

"Bapak kenal anak ini darimana?" Tanya lelaki itu sembari memeriksa denyut nadi Felix.

"Dia seorang anak yang dulu dibesarkan di tempat prostitusi dekat sini."

"Kenapa dia bisa ada disini dalam keadaan begini?"

"Bapak tidak tau, dia belum bercerita apa-apa ketika sampai disini."

Lelaki itu melakukan pemeriksaan dasar sebelum kemudian kembali menyimpan peralatannya ke dalam tas.

"Dia hanya tidur, sepertinya dia kelelahan sehingga sama sekali tidak terganggu dengan sekitarnya."

Kakek Jo dapat bernafas lega kemudian lelaki itu mengajak sang dokter untuk mengobrol di ruang tamu.

"Bagaimana pekerjaanmu di rumah sakit, Chan?" Tanya kakek Jo sayup-sayup dapat Felix dengar.

Ya, Felix sudah bangun namun pemuda manis itu tak berniat membuka mata karena ia belum ingin ditanya apapun tentang masalahnya. Ia ingin istirahat sejenak dari kehidupannya yang melelahkan.











Kakek Jo terbangun oleh suara berisik dari dapur. Pria tua itu meraih kacamatanya sebelum kemudian berjalan menuju dapur dimana seorang anak remaja tengah memasak disana.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Tanya kakek Jo sembari mendekati Felix yang sedang menumis sayuran.

"Baik," jawab Felix dengan singkat tanpa menoleh ke arah kakek Jo.

"Kenapa kau kemari? Diusir dari rumah barumu?"

"Apa kakek punya pekerjaan untuk anak tanpa pendidikan sepertiku?"

"Kau mau bekerja? Bagaimana dengan keluarga barumu?"

"Apa sebuah pertanyaan harus dijawab dengan pertanyaan lainnya? Aku butuh jawaban," ucap Felix dengan dingin membuat kakek Jo mendengus mendengarnya.

"Jika kau mau kau bisa membantu kakek berjualan koran di persimpangan biasanya. Itu kalau kau sanggup untuk tidak mengeluh karena panas dan asap kendaraan."

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang