Love Me, Love Me Not III

786 126 43
                                    


Lewat tengah malam Felix keluar dari kamarnya ketika keadaan di luar sudah sangat sepi. Pemuda manis itu berjalan menuju dapur untuk minum hingga ia bertemu dengan Chan yang baru keluar dari kamar mandi.

"Belum tidur, Fel?" Tanya Chan berbasa-basi.

"Terbangun karena tenggorokanku sakit."

Chan memperhatikan mata Felix yang bengkak kemudian pemuda itu mengambilkan minuman dingin di kulkas untuk diberikan pada Felix.

"Aku minta maaf soal tadi kak," ucap Felix sembari menunduk merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, jangan dipikirkan. Namanya juga permainan. Aku tidak mempermasalahkannya."

"Sepertinya aku mau menyerah saja," ucap Felix sembari menunduk sedih.

"Kau yakin?"

"Aku sudah lelah mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin aku gapai. Aku sudah sadar bahwa harapanku sia-sia. Mungkin memang kami tidak ditakdirkan untuk bersama."

"Kau belum mengungkapkan perasaanmu kan? Memangnya kau tau bagaimana perasaan Changbin padamu?"

"Lebih baik aku mengubur perasaanku dan tetap menjadi temannya. Membayangkan kehilangannya membuatku sakit kak. Aku tidak bisa."

Felix kembali menangis membuat Chan tanggap memberikan pelukannya untuk memberi ketenangan.

"Sudah-sudah, sesuai janjiku besok kita pergi seharian sampai kau melupakan rasa sedihmu."

"Hiks.."

Felix menangis sesenggukan dan Chan dengan setia menenangkan. Mereka tak sadar bahwa sedari tadi ada orang lain yang turut mendengar percakapan mereka.










Pagi sekali Felix sudah mandi, ia juga sudah menyiapkan baju untuk perjalanannya selama sehari semalam bersama Chan. Pemuda manis itu mematut diri di depan cermin, matanya masih terlihat bengkak namun ia mencoba memaksakan senyum agar harinya menjadi lebih baik.

Tok tok

"Felix."

Suara Chan terdengar membuat Felix segera mengambil tasnya dan membuka pintu kamarnya. Sebuah tas punggung tersampir di pundak Chan, pemuda itu tersenyum sebelum kemudian memberikan tepukan pelan di kepala Felix.

"Senyumnya mana?" Ucap Chan membuat Felix menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Anak pintar. Ayo berangkat."

Felix mengunci pintu kamarnya sebelum kemudian mengikuti Chan keluar menuju sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan depan kontrakan.

"Naik mobil?" Tanya Felix yang kebingungan.

"Iya, pinjam omku. Mana tasmu."

Felix menyerahkan tasnya yang setelahnya Chan letakkan di bangku penumpang belakang. Sebelum masuk ke mobil, Felix lebih dulu menoleh ke arah kontrakan yang tampak sepi karena jam masih menunjukkan pukul 5 pagi.

"Tidak pamit dulu kak?" Tanya Felix pada Chan yang sudah duduk di bangku pengemudi.

"Mau rencanamu berantakan lagi?" Tanya Chan yang dijawab gelengan oleh Felix.

"Ya sudah cepat masuk."

Felix mematuhi Chan. Pemuda manis itu segera masuk dan memasang sabuk pengamannya.

"Ponselmu mana?"

"Ini."

"Sudah pamit orangtuamu?"

"Sudah."

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang