After Rain

1.2K 122 42
                                    

Terkadang kita terlalu sibuk dengan masalah yang terjadi sampai kita mengabaikan orang lain yang benar-benar peduli. Keegoisan, ketidak pekaan, dan juga sikap menutup diri selalu menjadi penghalang mencapai kebahagiaan. Sendiri menenangkan, namun bukankah berdua berbagi keluh kesah akan sedikit membantu hati mendapatkan ketenangan?

Di satu sudut perpustakaan kota seorang pemuda tengah duduk sendiri dengan beberapa buku di hadapannya. Layaknya perpustakaan pada umumnya, disana begitu tenang dan hanya terdengar suara kertas yang dibuka oleh orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka. Felix menjadi salah satu orang yang menghabiskan waktu akhir pekannya disana. Duduk sendirian dengan berbagai buku fiksi menumpuk di depannya. Hampir dua jam dan ia sudah berhasil membaca setengah dari salah satu buku romansa yang cukup tebal.

Kegiatannya selalu berulang tiap akhir pekan. Dibanding menghabiskan waktu di rumah Felix lebih suka duduk di sudut perpustakaan kota bersama buku-buku fiksinya. Disana tenang dan menyenangkan seakan membuatnya lupa bagaimana kondisi rumah ketika ia meninggalkannya di pagi hari. Terkadang ada pecahan kaca atau tetesan darah dari kejamnya pertengkaran orangtua. Felix tak ingin membereskannya, toh akhirnya akan kembali berantakan seperti sebelumnya.

Tak

Felix menatap sebuah kaleng minuman yang baru saja diletakkan di hadapannya. Seorang laki-laki dengan rompi pekerja perpustakaan berada disana sembari menatapnya. Laki-laki itu menunjuk kaleng minuman itu kemudian berbisik pelan nyaris tak terdengar.

"Untukmu," katanya.

Felix menunjuk dirinya sendiri dan petugas perpustakaan itu mengangguk mengiyakan.

"Gratis," bisik laki-laki itu sebelum kemudian pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Felix menatap kaleng minuman di hadapannya kemudian pemuda manis itu kembali melanjutkan membaca seakan tak ada yang terjadi sebelumnya. Pikirannya sederhana, ia hanya ingin tenggelam di dalam cerita tanpa memikirkan soal keberantakan hidupnya.

Hari semakin gelap, matahari yang telah bekerja selama seharian penuh mulai beristirahat dan bergantian dengan bintang dan bulan yang kini mengambil alih seluruh langit. Felix melangkah keluar dari perpustakaan seorang diri, sudah tak ada orang lain disana selain petugas perpustakaan yang akan mengunci pintunya.

"Hei kau!"

Felix menoleh ke belakang dan mendapati laki-laki yang memberinya minum tadi mendekat ke arahnya.

"Kau melupakan minumanmu," ucap laki-laki itu sembari menyerahkan sekaleng minuman yang diberikannya tadi.

"Untukmu saja," ucap Felix dengan pelan sebelum kemudian berjalan menembus dinginnya malam musim dingin.

Pemuda manis itu melangkah tak tentu arah demi menghabiskan waktunya di jalanan yang ramai. Tiap akhir pekan ia selalu pulang larut atau bahkan memilih menginap di sebuah kedai yang buka 24 jam. Ia tak ingin cepat pulang karena akhir pekan keadaan di rumahnya semakin kacau.

Ketika hari semakin larut Felix masuk ke sebuah kedai ayam goreng yang terlihat cukup sepi dan pemuda manis itu memesan sebotol minuman soda juga setengah ekor ayam. Ah ia terlalu asik membaca hingga ia melupakan kebutuhan pokoknya untuk makan.

"Silahkan pesanan anda," ucap seorang pelayan sembari meletakkan pesanan Felix.

Felix menunduk berterima kasih dan dengan segera pemuda manis itu membuka sodanya untuk segera mencicipi rasanya.

"Biar aku yang menuangnya," ucap si pelayan sembari mengambil alih botol soda di tangan Felix.

Felix mendongak menatap seorang pelayan yang sedang menuang soda ke gelasnya dan seketika keningnya berkerut melihat si pelayan adalah orang yang sama dengan laki-laki pekerja perpustakaan tadi.

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang