Chaotix X

444 73 38
                                    


Changbin menatap jam yang melingkar di tangannya. Sebentar lagi jam istirahat akan berakhir tapi Felix belum keluar juga membuatnya berinisiatif menyusul pemuda manis itu masuk. Sebelumnya ia hanya mengantar Felix sampai ke pintu utama rumah sakit dan ia pergi makan siang, namun mau tak mau ia harus menyusul karena tak ingin terlambat kembali ke kantor.

Sebelumnya Changbin mendengar ruangan tempat teman Felix dirawat jadi ia bisa dengan mudah menemukannya. Pintu itu tampak tertutup jadi Changbin masuk begitu saja hingga baik dirinya maupun dua orang di dalam sama-sama terkejut. Terutama Felix, pemuda manis itu refleks berdiri ketika melihat Changbin.

"Pak."

Changbin menatap datar ke arah Felix kemudian lelaki itu kembali pergi tanpa mengucapkan apapun. Terdengar derap langkah di belakang hingga ia merasakan seseorang menahan tangannya.

"Pak tunggu."

"Waktu istirahat akan segera habis," ucap Changbin sembari menghempas tangan Felix dan berjalan makin cepat mendahului pemuda manis itu.

Felix tampak panik. Pemuda manis itu terus mengikuti langkah kaki Changbin hingga mereka sampai di tempat dimana Changbin memarkirkan mobilnya.

"Pak."

Felix menahan Changbin yang akan masuk ke dalam mobil dan lagi-lagi yang ia dapatkan hanyalah tatapan datar lelaki itu.

"Saya bisa jelaskan."

"Tentang?"

"Ciuman itu."

"Bukan urusanku," ucap Changbin yang kemudian masuk ke dalam mobil.

Felix bergegas menyusul dan pemuda manis itu masih tak menyerah mengajak bicara lelaki itu. Jelas Felix kebingungan dan panik. Changbin memergokinya tengah berciuman dengan temannya di dalam kamar rawat. Tak benar-benar bisa dibilang sebagai ciuman, tapi tetap saja. Ah, ia sudah melakukan kesalahan kan?

"Kami tidak memiliki hubungan apapun melebihi teman."

"Apa aku bertanya?"

Changbin melajukan mobilnya. Fokusnya hanya ke depan, seberapa banyakpun Felix bicara lelaki itu tetap tak menanggapinya dengan baik.

"Kenapa Pak Changbin marah? Kita juga tidak memiliki hubungan apapun selain partner sex, bukankah Pak Changbin hanya melarang saya melakukan sex dengan orang lain?"

Niat Felix hanya ingin memancing Changbin untuk bicara lebih banyak mengenai perasaannya, tapi ternyata salah. Caranya salah. Changbin menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan lelaki itu menatap Felix dengan tatapan dingin yang membuat pemuda manis itu merasa takut.

"Bukankah sudah aku katakan bahwa itu bukan urusanku? Jikapun kau melakukan sex di belakangku juga aku tidak akan pernah tau. Memang apa yang bisa diharapkan dari seorang pelacur?"

"Saya sudah berhenti!"

Changbin tampak sangat marah. Lelaki itu memukul roda kemudinya sebelum kemudian kembali melajukan mobilnya tanpa bicara sepatah katapun lagi. Felix mencoba membuka obrolan berkali-kali tapi semuanya percuma, Changbin sama sekali tak menanggapinya dan bahkan menganggapnya tak ada.

Hal itu berlangsung sampai sisa hari itu selesai. Felix tak tenang di tempatnya, pemuda manis itu seringkali menggerutu dan mengacak rambutnya secara tiba-tiba. Jelas hal itu menarik perhatian Hyunjin. Ketika lagi-lagi Felix mengacak rambutnya Hyunjin menggeser kursinya mendekat untuk mencolek lengan pemuda manis itu.

"Apa kau sedang mengalami pubertasi kedua?"

"Berisik!"

Hyunjin memegangi dadanya. Pemuda itu memasang ekspresi sok tersakiti, tapi sudah dimarahi begitu Hyunjin tak menyerah dan kembali melanjutkan sesi ingin taunya.

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang