Chaotic XII

537 80 30
                                    


Changbin sampai di apartemennya setelah 40 menit mencoba berbasa-basi dengan Chan. Lelaki itu bergegas membuka pintu unitnya, tak sabar untuk menyelesaikan masalah bersama seseorang yang entah sejak kapan mengisi hatinya. Ketika pintu terbuka tiba-tiba saja lelaki itu diserang. Tidak, bukan perampokan atau semacamnya. Tiba-tiba saja bibir Changbin diserang. Dicium dengan buru-buru hingga lelaki itu perlu bersusah payah menahan orang yang baru saja menyerang tanpa aba-aba.

"Felix."

Sesaat Changbin tak dapat berkata-kata. Lelaki itu menatap Felix yang berdiri di hadapannya dengan mengenakan pakaian yang sangat seksi. Sebuah celana dalam dengan tali yang bisa terlepas kapan saja, juga lingerie tipis berwarna merah yang tak ada gunanya karena Changbin dapat melihat kulit putih bersih pemuda manis itu.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Changbin ketika Felix kembali ingin menyerangnya.

"Sex and make up."

Changbin melepas jaketnya kemudian lelaki itu memakaikannya pada Felix sebelum menarik pemuda manis itu untuk duduk di sofa ruang tengah.

"Kita harus bicara lebih dulu," ucap lelaki itu dengan tegas tanpa mau dibantah.

Changbin laki-laki normal. Ia pasti tertarik jika digoda tapi ia bersikeras mengesampingkan nafsunya untuk meluruskan segala masalah yang terjadi pada mereka.

Felix tampak menunduk. Pemuda manis itu mengeratkan jaket Changbin di tubuhnya hingga wajahnya mendongak ketika Changbin menyentuh pipinya.

"Kenapa kau melakukan ini hm?"

"Agar kita berbaikan."

"Kenapa?"

"Aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa memberikan service yang lebih baik daripada pelacur baru Pak Changbin."

Changbin menangkup pipi Felix. Lelaki itu mengusap kedua pipi pemuda manis itu sebelum kemudian mendaratkan sebuah kecupan di keningnya.

"Kau bukan pelacur. Kau tidak perlu melakukan apapun hanya untuk berbaikan denganku. Aku yang salah, aku yang seharusnya meminta maaf."

"Pak Changbin sendiri yang terus mengatakan aku pelacur. Dulu iya, tapi sekarang tidak lagi," ucap Felix dengan mata berkaca-kaca.

"Maaf, tidak seharusnya aku berkata seperti itu. Aku salah, aku tidak akan pernah menganggapmu seperti itu lagi jadi jangan membandingkan dirimu dengan pelacur. Kau berharga bagiku," ucap Changbin yang kemudian kembali memberikan kecupan di kening pemuda manis itu.

"Aku juga ingin meminta maaf soal kejadian di rumah sakit. Jika masalah itu tidak terjadi kita tidak akan bertengkar seperti ini."

"Sungguh Lee Felix."

"Ya?"

"Jangan diulangi. Aku sangat cemburu," ucap Changbin membuat pipi Felix merona malu.

"Apa maksud Pak Changbin?"

"Kau bertanya alasanku marah saat itu. Itu semua karena aku cemburu, aku tidak suka seseorang yang aku anggap sebagai milikku disentuh orang lain. Bodohnya aku terlambat menyadarinya dan justru melakukan kebodohan lain hingga membuatmu menjauhiku."

"Apa... Pak Changbin... Um... Menyukaiku?"

Changbin mendekat, mengecup bibir Felix, kemudian berbisik lembut di depan pemuda manis itu.

"Tidak, lebih dari itu, ku rasa aku mencintaimu."

Changbin kembali diserang, namun kali ini tak ada penolakan. Lelaki itu menerima ciuman Felix dengan baik. Keduanya bercumbu mesra, meluapkan rasa rindu akan satu sama lain. Sentuhannya, ciumannya, juga kehadiran satu sama lain yang membuat hati mereka terasa penuh.

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang