Changbin tak pernah membayangkan bahwa di hidupnya akan terjadi sebuah kisah aneh yang tidak bisa diterima nalar. Pagi itu ia berangkat kerja sebagai seorang arsitek seperti biasanya. Rutinitas membosankan dimana ia harus membuat rancangan bangunan, juga pertemuan dengan klien yang terkadang membuatnya mengelus dada. Namun hari itu ada yang berbeda. Tepat sebelum waktu makan siang ia kedatangan seorang tamu. Pemuda berparas manis yang ia ingat pernah menghabiskan malam panas bersama sekitar sebulan yang lalu. Ya, seorang partner one night stand yang hanya pernah ditemuinya sekali.Pemuda manis itu datang dengan ekspresi marah yang tentunya membuat Changbin tak bisa menebak akan maksud kedatangannya ke kantornya.
"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Changbin dengan sopan meski pemuda itu tengah menatapnya gahar.
"Sudah aku bilang jangan keluarkan di dalam!" Bentak pemuda manis itu sembari melempar sebuah benda kecil berwarna putih ke atas meja kerjanya.
Seorang anak buah Changbin yang ada di ruangan itu hanya diam sebelum kemudian perlahan undur diri ketika Changbin memberinya isyarat melalui tatapan.
"Bisakah kau menjelaskan maksud kedatanganmu kemari?"
"Lihat itu!"
Changbin mengambil benda kecil tadi. Sebuah testpack yang kelihatan sudah dipakai karena menunjukkan dua garis di tengahnya.
"Oke, siapa yang hamil?" Tanya Changbin dengan tenang.
"Aku."
"Maksudnya?"
"Anakmu."
"Hah?"
Changbin menggaruk belakang kepalanya. Jika yang datang seorang wanita ia pasti akan menunjukkan reaksi yang serius, tapi masalahnya ini laki-laki, sama seperti dirinya yang tentu tak bisa hamil. Lalu maksud ucapannya tadi apa?
"Kau harus tanggung jawab," ucap pemuda manis itu dengan berapi-api.
Changbin kembali mendapat tatapan tajam dari Felix setelah keduanya keluar dari ruang dokter. Siang itu juga Changbin membawa Felix le dokter kandungan untuk membuktikan ucapannya hingga ia dibuat terkejut mengetahui bahwa pemuda manis itu sungguhan bisa hamil.
"Itulah pentingnya alat kontrasepsi," sindir Felix yang masih dendam akan semua hal yang terjadi padanya.
Malam itu, malam minggu dimana Felix tengah berlibur di tengah kesibukannya sebagai seorang influencer. Keduanya bertemu di sebuah bar hingga mereka menghabiskan malam panas karena tuntutan nafsu. Felix ingat betul bagaimana ia merengek pada Changbin untuk menggunakan kondom namun lelaki itu bersikeras tak memakainya karena itu adalah kali pertamanya seks dengan laki-laki yang menurutnya tak akan bisa hamil. Felix yang berada di bawah pengaruh alkoholpun berakhir mengalah, meski begitu ia tetap mewanti-wanti agar Changbin tak mengeluarkan spermanya di dalam. Tapi nasi sudah jadi bubur, kala itu Changbin kelepasan hingga ia menyemburkan sperma suburnya di dalam tubuh si pemuda manis. Begitulah awal mula mereka terjebak dalam kejadian hari ini.
"Orangtuamu sudah tau?" Tanya Changbin, agak frustasi memikirkan bahwa hidup bebasnya akan berubah sebentar lagi.
"Belum."
Changbin tau bahwa mau tidak mau ia tetap harus bertanggung jawab dengan menikahi pemuda manis itu. Hadapi resikonya sebagai seorang lelakj sejati. Itulah yang harus ia lakukan sekarang.
"Biar aku yang menjelaskan pada mereka," ucap Changbin dengan yakin.
Singkat cerita Changbin dan Felix menikah dengan sebuah pernikahan yang diadakan secara sederhana. Beberapa orang terdekat Changbin terkejut mengetahui bahwa pasangan Changbin adalah seorang laki-laki mengingat pemuda itu tak pernah terlihat dekat dengan laki-laki manapun. Pun dengan teman-teman Felix yang tak menyangka bahwa si influencer yang terkenal suka tebar pesona ternyata seorang gay, menjadi pasangan arsitek yang cukup terkenal pula. Meski begitu Changbin dan Felix menutup telinga, tak mau menanggapi omongan di sekitar karena kini mereka memiliki fokus utama yang harus dipikirkan. Ya, anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 7 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : August 3rd, 2023 ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearry10. Saya hanya meminja...