Chaotic IX

426 78 19
                                    


Hari Minggu merupakan hari bersantai. Felix menghabiskan hari itu dengan bermain game di komputernya. Headphone terpasang di kapalanya, itu artinya tak ada seorangpun yang bisa mengganggunya, termasuk mamanya yang sedang sibuk merangkai bunga ke dalam vas.

"Mati kau monster jelek," gumam Felix sembari mengklik mouse-nya dengan brutal.

Cup

Seketika Felix menoleh kaget ketika seseorang tiba-tiba mengecup pipinya. Tak berhenti disitu, pemuda manis itu semakin dibuat kaget ketika ada Changbin yang berdiri di belakangnya. Iya, lelaki itu berada di dalam kamarnya.

"Sejak kapan Pak Changbin datang?"

"Satu jam yang lalu," jawab Changbin sembari berkeliling kamar Felix untuk memindai isinya. Beberapa piala dan juga medali tampak ditata di salah satu sudut membuat Changbin tertarik melihat-lihat tulisan yang tertera disana.

"Kau sungguhan pandai menari," ucap Changbin yang kemudian beralih ke jendela untuk melihat pemandangan di luar dari dalam kamar pemuda manis itu.

Felix ingin memaki karena kedatangan Changbin membuatnya kalah tapi ia juga ingin bertanya mengapa lelaki itu datang tanpa memberitahunya lebih dulu.

"Kenapa Pak Changbin ada disini?"

"Aku diundang ibumu untuk makan malam disini."

"Kapan mama mengajak Pak Changbin?"

"Tadi pagi," jawab Changbin sembari mendudukkan dirinya di ranjang Felix.

"Bagaimana caranya mama menghubungi Pak Changbin? Lagipula bukankah ini terlalu awal untuk makan malam?" Tanya Felix setelah melihat jam yang menunjukkan pukul 5 sore.

"Bagaimana cara menghubungiku itu tidak penting dan aku datang lebih awal karena aku ingin menemani ibumu memasak, tidak seperti putranya yang sibuk bermain game seharian penuh."

"Ini pertama kalinya saya bermain game lagi setelah satu bulan."

"Tepat ketika ibumu jauh-jauh datang dari luar negeri," sindir Changbin membuat Felix terdiam seketika.

Setelahnya Changbin menatap Felix dalam diam, yang ditatap jelas merasa heran dan juga berdebar tanpa alasan yang jelas.

"Kenapa menatap saya seperti itu?"

"Ingin," jawab Changbin dengan cuek tanpa melepaskan pandangannya dari Felix yang kini berusaha menghindari tatapan lelaki itu.

"Jangan menatap saya seperti itu, Pak."

"Tidak ada larangan tertulis."

"Saya merasa tidak nyaman."

"Aku merasa nyaman."

Felix mendekati Changbin kemudian pemuda manis itu menutup mata Changbin dengan tangannya agar lelaki itu berhenti menatapnya. Changbin tak terganggu, lelaki itu justru dengan mudah menarik tubuh Felix hingga duduk di pangkuannya.

"Pak, disini ada mama," bisik Felix sembari mencoba bangun yang sayangnya tak diizinkan oleh Changbin.

"Aku tau, aku tidak akan melakukan hal lebih dan yang terpenting aku sudah mengunci pintu kamarmu."

Akhirnya Felix mengalah dan membiarkan lelaki itu memangkunya. Entah untuk apa Changbin melakukannya, ia sendiri tak mau ambil pusing dengan sikap Changbin yang memang seringkali tak jelas. Keduanya larut dalam keheningan. Tak ada satupun yang bersuara hingga suara ketukan pintu terdengar.

"Felix, mama keluar sebentar untuk membeli bahan yang kurang."

"Biar aku saja, Ma."

"Tidak perlu, kau temani Changbin mengobrol saja."

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang