Wild Flower II 🔞

1.9K 121 39
                                    

Warn! Violence





Kekuasaan menjadi hal yang diidamkan oleh banyak orang. Memiliki status yang mentereng, uang yang melimpah, dan pastinya tak ada yang menganggap remeh. Bisnis gelap menjadi salah satu jalan keluar. Perdagangan obat terlarang dan juga pencucian uang di balik citra perusahaan hiburan yang berkelas menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan.

"Kau mendapatkannya?"

Changbin menyesap wine-nya dengan tenang. Sarung tangan hitam yang selalu membalut tangannya dilepas dan diletakkan di samping meja tanda bahwa ia sedang merasa aman.

"Ya, secara tak sengaja."

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

Changbin menatap lawan bicaranya. Seorang lelaki paruh baya dengan wajah yang mirip dengannya duduk diam menatapnya dengan tangan yang terpasang jarum yang menyalurkan cairan infus ke tubuhnya.

"Mengeksekusinya."

Lelaki paruh baya itu terkekeh pelan mendengar jawaban dari seorang laki-laki yang merupakan putranya sendiri. Darah dagingnya, hasil didikannya yang telah berkecimpung di banyak bisnis ilegal lainnya selama masa hidupnya.

"Kau tak sabaran. Benar-benar mirip denganku."

"Bukankah ayah mendapatkanku dengan cara yang sama?" Tanya Changbin dengan tenang.

"Kau tidak boleh lengah. Ingatlah bahwa orang-orang seperti mereka adalah sampah yang tak berguna."

"Ayah tenang saja, aku tak akan mengulang sejarah kelam."

"Ya, ayah harap juga begitu."










Changbin pulang tepat tengah malam. Jasnya telah ditanggalkan dan kemeja yang sebelumnya dikancing rapi kini hanya tersisa beberapa kancing di bagian bawah menampakkan dada bidangnya yang terpahat apik berkat latihan fisik yang berat.

"Mana anjingku?" Tanya Changbin pada salah seorang anak buahnya.

"Di ruang khusus, tuan."

Changbin melangkah memasuki sebuah kamar dimana beberapa jam yang lalu ia mengundang seseorang untuk datang kesana. Kini orang itu terbaring menyedihkan dengan tubuhnya yang dirantai. Tampak pemuda manis itu memberikan respon terhadap suara langkah kakinya pertanda bahwa pemuda manis itu masih terjaga.

"Sayang sekali Lynch tidak membiarkanmu melolong di malam hari," ucap Changbin sembari memasukkan tangannya ke dalam kantong celananya.

Untuk beberapa saat lelaki itu hanya berdiri di samping ranjang memperhatikan tubuh lemah milik pemuda malang yang terjebak bersamanya.

"Menyedihkan."

Felix mengerang sakit dengan tangannya yang mengepal menahan rasa sakit dari lakban yang dilepas dengan kasar. Ia tak bisa melihat apapun hingga ia lebih sensitif terhadap pergerakan apapun di sekitarnya, termasuk sebuah benda basah yang menyapu bibirnya. Ya, lelaki yang tak dikenalnya itu kini menjilat bibirnya seperti sebuah es krim. Sungguh menjijikkan.

"Sudah cukup meditasinya, anjingku. Bicaralah dan biarkan aku mendengar gonggonganmu."

"Kau.. brengsek," maki Felix yang justru mendapat respon santai dari Changbin. Lelaki itu terkekeh pelan sembari mengusap pipi Felix yang memar sisa pukulan dari penagih utang.

"Oh aku tersanjung mendengarnya. Jadi, bagaimana kita akan memulainya? Apakah dari sini?"

Tangan Felix makin mengepal ketika Changbin menyentuh selangkangannya. Tubuhnya yang panas seperti terbakar membuatnya tak fokus dan terus berusaha berpegangan pada sesuatu untuk menahan perasaan asing itu. Ia merasa pusing, dadanya terasa sesak, dan seluruh tubuhnya merasa panas. Apakah ini efek dipukuli habis-habisan dan kelelahan karena terus berlari? Ia belum sempat istirahat sejak tadi.

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang