He's My Husband IV

1K 144 90
                                    


Felix tau Changbin adalah orang yang mudah cemburu. Jika lelaki itu memergokinya akrab dengan seseorang yang Changbin tidak kenal maka setelahnya lelaki itu akan mengintrogasi Felix dengan berbagai macam pertanyaan. Felix sudah menerimanya dengan pasrah, tapi untuk masalah yang ini Felix tidak tau harus bereaksi seperti apa. Ia marah, ia tak suka, tapi ia tidak tau bagaimana cara mengungkapkannya. Sebuah perasaan yang mengganggunya. Bukan rasa terganggu ketika Changbin cemburu, tapi sebaliknya, ia terganggu karena ia yang cemburu.

Felix kebagian tugas mengumpulkan buku di meja milik guru Bahasa Inggris dan saat sampai di ruangan matanya langsung tertuju ke meja Changbin dimana lelaki itu tengah bercengkrama dengan seorang guru wanita. Lagi, perasaan itu kembali muncul. Perasaan tidak suka dan cemburu meski Felix pernah mendeklarasikan diri sebagai orang yang tidak cemburuan.

"Sudah semua, Felix?" Tanya guru Bahasa Inggrisnya mengalihkan perhatian Felix.

"Sudah bu."

"Terima kasih ya."

"Sama-sama bu, kalau begitu saya permisi dulu."

Felix tersenyum kemudian pemuda manis itu keluar dari ruang guru dengan mengambil jalan lain. Sengaja ia melewati meja Changbin hingga lelaki itu sadar keberadaannya dan segera menghentikan obrolannya dengan si guru wanita. Oh bagus, seperti sedang kepergok selingkuh ya.

Felix tidak mengerti kenapa Changbin mengajaknya melakukan pendekatan jika lelaki itu masih terjebak di masa lalunya. Jika terus begini ia hanya akan merasa dipermainkan dan tak mau melanjutkan perjodohannya. Masalah ini membuat Felix kepikiran hingga ia jadi sering melamun beberapa hari ke belakang.

Hari itu Felix ada pelajaran matematika. Dengan tak minat ia mendengarkan penjelasan Changbin hingga namanya dipanggil untuk mengerjakan soal di depan. Dengan terpaksa pemuda manis itu bangun dari duduknya dan mulai mengerjakan soal di depan dengan sebisanya.

"Salah."

Felix menghela nafasnya. Ia sudah sering salah menjawab soal tapi kali ini terasa lebih menyebalkan dari biasanya karena suasana hatinya yang sedang buruk. Pemuda manis itu mundur, menyerahkan spidol pada Changbin sebelum berbalik untuk kembali ke tempat duduknya.

"Saya belum memintamu duduk."

Felix menghentikan langkahnya. Kembali menghadap Changbin ia menatap lelaki itu dengan tak minat.

"Apa kau tidak ada niat mengikuti kelas saya?" Tanya Changbin membuat Felix mengerutkan keningnya. Apa sekarang Changbin mencoba mencari masalah dengannya?

"Niat pak."

"Daritadi saya perhatian kau tidak fokus pada pelajaran."

Keempat teman Felix saling pandang. Mereka tau Felix sedang suntuk dan mereka sangat paham bagaimana pemuda manis itu ketika moodnya sedang jelek. Lain dengan Changbin yang belum benar-benar memahami sifat Felix, teman-teman pemuda manis itu biasanya sebisa mungkin tidak menyinggung Felix karena itu sama saja menyulut api untuk membesar.

"Maaf pak," ucap Hyunjin mengangkat tangan dengan berani untuk mencegah terjadinya perang.

"Ya, Hyunjin?"

"Felix sedang tidak enak badan, itu kenapa dia tidak fokus."

"Kalau sakit harusnya ke UKS dan bukan memaksakan ikut pelajaran," ucap Changbin dengan dingin membuat Felix makin tak suka mendengarnya. Hanya karena rasa sungkan pada gurunya saja ia menahan kekesalannya, jika ini di rumah mungkin Felix sudah berani melawan lelaki itu.

"Jika kau pingsan di kelas siapa yang akan bertanggung jawab? Jangan merepotkan teman-temanmu."

Ini keterlaluan. Felix belum pernah dimarahi oleh siapapun di depan umum seperti ini. Ditegur sudah biasa tapi ucapan Changbin kali ini benar-benar menyakitinya, terlebih dengan perasaan kesal yang beberapa hari ini bertumpuk di hatinya.

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang