Saat itu Felix kira ia mendapatkan sebuah tangkapan besar dengan mendapatkan seseorang yang mau mengisi kekosongan di ranjang, sayangnya kenyataan tak berjalan sesuai yang diinginkan. Masalahnya hanya satu, mental Felix. Pemuda manis itu tak segarang kelihatannya. Pada awalnya ia berani menantang atasannya, tapi akhirnya ia juga yang susah payah bermain kucing-kucingan karena malu pada lelaki itu."Apa yang kau lakukan?"
Felix yang sedang bersembunyi di belakang mesin fotocopy terperanjat kaget ketika seorang rekannya muncul dan berdiri tepat di belakangnya.
"Ah tidak, itu, aku menjatuhkan sesuatu. Ngomong-ngomong apa Pak Changbin sudah lewat?" Tanya Felix sembari mengintip keluar ruang fotocopy untuk melihat keadaan.
"Aku lihat beberapa hari ini kau tampak ketakutan ketika melihat Pak Changbin. Apa kau baru saja terkena amukannya?"
Bukannya sombong, tapi Felix merupakan karyawan yang cukup disiplin dan baik jadi ia tak pernah dicaci maki oleh lelaki itu. Masalahnya bukan soal pekerjaan, tapi kehidupan pribadi mereka, jelas ia tak mungkin bisa menjelaskannya pada siapapun di kantor kan?
"Ya, kurang lebih," ucap Felix mengiyakan agar aksinya tak menimbulkan kecurigaan.
"Ah begitu... Memang menyeramkan sih," ucap karyawan tersebut sembari mulai melakukan pekerjaannya.
"Jadi, Pak Changbin sudah lewat atau belum?"
"Sudah."
"Oke," jawab Felix sembari keluar dari ruang kecil itu.
"Tapi aku tidak yakin."
Bruk
Felix yang sebelumnya menoleh ke arah rekannya yang bicara mengerang pelan ketika ia menabrak sesuatu dengan cukup keras. Pemuda manis itu memperhatikan orang yang baru saja ia tabrak hingga ia harus menelan ludah ketika orang yang dihindarinya berdiri tepat di hadapannya.
"Maaf Pak," ucap Felix sembari membungkuk sebelum kemudian bergegas pergi menuju mejanya.
Selalu begini, tiap kali Felix merasa berhasil kabur dari atasannya maka secara kebetulan lelaki itu tiba-tiba muncul dan mengejutkannya.
Hampir seminggu berlalu sejak kesepakatan antara Changbin dan Felix terjalin. Hari itu merupakan hari Jumat yang artinya esok hari Felix dapat terbebas dari rasa was-was bertemu dengan Changbin. Sebenarnya selama berhari-hari itu ketakutannya tak berdasar. Jangankan mengajaknya bersetubuh, meliriknya barang sedetik saja tak lelaki itu lakukan. Hanya saja Felix tetap merasa takut dan malu. Harusnya ia sudahi saja hubungan panasnya dengan sang atasan, toh ia masih bisa mencari pelanggan lain kan?
Menunggu waktu benar-benar menjengkelkan. Hanya tersisa 10 menit tapi Felix sudah tak nyaman duduk di tempatnya dan berharap untuk segera pulang. Ia tak siap. Ini akhir pekan yang artinya cepat atau lambat Changbin akan menghubunginya untuk menghabiskan malam bersama. Sebelumnya Felix begitu bersemangat tapi sekarang keberaniannya sudah musnah diterpa angin.
"Felix."
"Ya?"
"Kau diminta ke ruangan Pak Changbin."
Oke, apa lagi sekarang? Bukankah 10 menit lebih baik digunakan untuk bersiap pulang? Lantas kenapa lelaki itu memintanya datang ke ruangannya? Tidak mungkin Changbin akan meminta jatahnya kan?
"Oh tidak."
"Ada apa? Apa kau melakukan kesalahan?"
"Bukan, tidak, tidak apa-apa."
Felix bergegas bangun dan pergi menuju ruangan manajer. Tak apa. Ia harus berani. Ia bisa berkelit nanti.
Tok tok
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 7 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : August 3rd, 2023 ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearry10. Saya hanya meminja...