Hari pertama masuk sekolah menjadi hal yang ditakuti beberapa orang. Termasuk Felix, pemuda desa yang baru saja pindah ke kota untuk mengejar pendidikan yang lebih baik. Ayahnya yang seorang tuan tanah di desa memiliki pemikiran visioner dimana beliau ingin Felix mengenyam pendidikan dengan lingkungan yang mumpuni agar mampu melanjutkan dan mengembangkan bisnis pertaniannya di desa. Pikiran yang baik dari seorang ayah, tapi Felix yang seumur hidupnya tinggal di desa memiliki ketakutannya sendiri untuk keluar dari zona nyamannya.
Kepindahan Felix dari desa pun mempengaruhi tingkat percaya dirinya hingga menurun. Felix khawatir bahwa ia tak bisa bergaul dengan anak-anak kota yang pergaulannya berbeda. Di desa saja ia sering dikucilkan oleh beberapa orang karena dianggap kemayu, bagaimana jika di kota ia makin dijauhi?
BRUK
"Kalau jalan pakai mata!"
Siswa itu berteriak pada Felix yang baru saja ditabraknya sebelum kemudian berlari pergi dari hadapan Felix tanpa sedikitpun meminta maaf atas kesalahannya. Felix mencari keberadaan kacamatanya yang terlempar hingga suara retak terdengar dari arah belakangnya. Pemuda manis itu menoleh hingga ia terbelalak melihat lensa kacamatanya yang retak karena terinjak oleh seseorang.
"Milikmu?" Tanya siswa itu sembari mengambil kacamata Felix yang berada di tanah.
"Iya."
Felix mengangguk pelan. Tangannya memainkan tali tasnya ketika siswa itu mendekatinya. Ia takut dibentak lagi, tapi siswa yang ini berucap dengan nada lembut.
"Maaf aku tidak sengaja menginjaknya. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan menggantinya."
Felix mengangkat kepalanya. Seorang siswa dengan tampilan rapi berdiri di hadapannya. Menarik, itu yang pertama kali terlintas di pikiran Felix ketika melihat perawakan siswa di depannya. Di sekolahnya dulu tidak ada siswa yang gagah begini, jadi Felix merasa kagum pada siswa tersebut.
"Hei, kau baik-baik saja?"
"A– ah itu tidak perlu. Tidak perlu repot. Aku tidak apa-apa. Itu salahku yang menjatuhkannya," ucap Felix dengan wajah memerah karena malu kepergok melamun di depan siswa itu.
"Aku sungguh minta maaf. Apa ini kacamata minus? Bagaimana kau akan mengikuti pelajaran jika tidak ada kacamata?"
"Sebenarnya itu kacamata biasa."
"Eh? Kenapa kau memakainya?"
"Tidak ada alasan khusus," ucap Felix yang kembali memainkan tali tasnya.
Sebenarnya ada, Felix memakai kacamata itu karena ia pernah diejek karena matanya. Katanya matanya itu terlihat seperti seorang gadis yang sedang memelas. Felix dianggap bencong. Dianggap lemah hanya karena parasnya yang cantik. Mereka pikir sebagai laki-laki harus punya badan yang tegap, yang kokoh, juga wajah maskulin yang Felix tidak mengerti bagaimana maksudnya.
Suara bel masuk terdengar membuat para siswa yang masih berada di luar gerbang bergegas lari masuk sebelum satpam menutupnya. Felix sendiri ingin segera pergi ke ruang kepala sekolah tapi siswa di depannya lebih dulu menahannya.
"Siapa namamu? Kau dari kelas apa?"
"Felix dari kelas XI-3."
"Aku akan ke kelasmu ketika jam istirahat, kita bicarakan soal ganti rugiku nanti. Bye."
Siswa itu berlari lebih dulu dan Felix juga ikut berlari menuju ruang kepala sekolah yang pernah ia datangi ketika pertama kali orangtuanya memindahkannya kesana.
Felix duduk di bangku kedua dari belakang. Seorang siswa berpenampilan menarik duduk di sampingnya. Kelihatannya siswa itu orang yang serius tapi Felix terpana ketika siswa itu tersenyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 7 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : August 3rd, 2023 ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearry10. Saya hanya meminja...