Wild Flower

1.6K 134 38
                                    

"BERHENTI KAU BAJINGAN KECIL!"

Kaki penuh luka itu berlari cepat menyusuri jalanan. Tiga orang pria bertubuh besar tengah mengejarnya dengan brutal. Rentenir, sejak awal harusnya ia tak berhubungan dengan mereka jika itu berarti mempertaruhkan hidupnya. Wajahnya yang lebam berdenyut tiap kali angin menerpanya namun ia tak berhenti demi menghindari hajaran para penagih utang.

"Sialan gesit sekali larinya."

"Terus kejar!"

Pemuda berparas manis itu gentar menatap sebuah hutan yang berada di depan. Suara derap langkah di belakang memaksanya untuk terus berlari hingga ia memasuki tempat terkutuk itu.

Terletak di tengah kota namun tak ada satupun orang yang pernah memasukinya. Jalan setapak yang tertutup daun kering ia susuri dengan kaki telanjangnya. Berbalik tak mungkin. Ia tak mau mati malam ini.

"Kemana perginya bocah sialan itu?"

Suara salah seorang penagih utang samar ia dengar tapi ia tak dapat menemukan keberadaan pria besar berwajah buruk itu. Bagus, setidaknya ia bisa bebas untuk sekarang. Besok ia harus mencari pekerjaan tambahan lain agar ia bisa melunasi bunga bulan ini.

Suara daun kering yang terinjak olehnya menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Gedung pencakar langit menerangi hutan dari kejauhan membantu pemuda manis itu menemukan jalannya tanpa perlu bersusah payah meraba sekitarnya. Ia hanya perlu menunggu sebentar lagi dan ia akan segera kembali untuk pulang ke flatnya

"Jadi seperti ini dalamnya?" Gumamnya sembari menatap sekeliling yang tampak seperti hutan pada umumnya.

"Grrr.."

Matanya melebar. Kepalanya melongok ke segala arah ketika mendengar suara hewan buas di dekatnya. Ketakutannya diperparah ketika suara dari semak yang bergerak terdengar makin mendekatinya. Apa ini akhirnya? Apa ia memang ditakdirkan mati hari ini? Entah itu di tangan rentenir atau hewan buas, hidupnya berakhir hari ini.

"GGRRR!!"

"AAKHHH!"











Felix membuka matanya. Lampu gantung yang begitu megah menjadi pemandangan utamanya ketika sadarkan diri. Begitu megah, mewah, namun suasana disana membuatnya tak nyaman.

"Aku dimana?" Gumamnya sembari mengubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang berukuran sangat besar. Ia perkirakan ranjang itu sebesar kamar flatnya. Sungguh kemewahan yang tak pernah ia lihat dan rasakan sebelumnya.

Suara pintu dibuka mengalihkan perhatiannya. Seorang lelaki berambut silver memasuki kamar itu dengan ekspresi yang tampak sangat tenang.

"Saya Lynch, saya yang akan bertugas merawat dan mendampingi anda selama disini."

Felix tampak bingung. Apa maksudnya itu semua? Apa ini surga? Apa ia telah mati setelah dimangsa oleh hewan buas di hutan?

"Ini dimana?" Tanya Felix mencoba mencari petunjuk dari pria di depannya.

"Anda berada di kediaman utama keluarga Seo, tuan."

"Mereka.. Siapa? Dan bagaimana aku berada disini?"

"Anda yang datang dengan sendirinya."

Lynch menjentikkan jarinya hingga dua orang berpakaian pelayan masuk dengan salah satunya membawa troli makanan dan yang lainnya membawa pakaian yang dilipat rapi.

"Anda bisa makan dan berganti pakaian lebih dulu sebelum bertemu dengan tuan muda."

Felix pusing. Badannya yang masih sakit setelah dipukuli penagih utang membuat otaknya semakin tak bisa bekerja dengan benar. Apa maksud semua ini? Ia butuh penjelasan mengapa dirinya bisa sampai disana.

Three Words 7 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang