29. Teguh Pendirian

170 28 5
                                    

Dongwook memasuki rumah, ia mencium bau masakan yang berbeda dan aroma masakan itu menuntun kaki jenjang miliknya menuju ke dapur. Ia mengerjap kala melihat sang menantu, Seohyun, bersama beberapa pelayan sibuk disana. Dongwook terdiam di ambang perbatasan dapur dan ruang makan, sosok Seohyun dalam balutan apron itu mengingatkan Dongwook akan mendiang sang istri yakni Kim Taeyeon. Tanpa sadar seulas senyuman sendu muncul di bibir si tuan besar, ia merindukan Taeyeon dan menyesali perbuatan-nya yang mengakibatkan si nyonya Kim pergi untuk selamanya.

"Oh? Tuan besar"

Salah seorang pelayan menyadari kehadiran Dongwook, serempak semua pelayan membungkuk sopan begitu pun Seohyun.

"Dongwook appa mau aku masakkan sesuatu?" Seohyun bertanya, Dongwook menggeleng, ia mengibaskan tangan.

"No no no, masak apapun yang kau inginkan.. appa hanya tak sengaja lewat dan melihat-mu" jawab si mertua.

"Take care, Seohyunie" Dongwook berujar perhatian sebelum berlalu.

"Nona, apa kandungan nona telah bisa diketahui jenis kelamin-nya?" Pelayan bertanya.

"Apa usia 4 bulan sudah bisa dilihat dia yeoja atau namja?" Seohyun balik bertanya.

"Saya rasa usia 5 bulan atau 6 bulan baru terlihat" pelayan yang lain menyahut.

"Kalau begitu belum, ayo lanjut memasak" Seohyun kembali fokus dan para pelayan mengangguk.

Dongwook kembali keluar dari rumah, ia bersitatap dengan sang putra yang baru pulang di garasi mobil.

"Taehyung" Dongwook bersuara.

"Apa?" Taehyung menyahut, ia menghentikan langkah namun tak berbalik.

"Apa kau sungguh tak mau memaafkan appa?" Dongwook bertanya.

Pertanyaan ini sudah ia lontarkan lebih dari seribu kali, mungkin telah ratusan ribu kali pada si sulung Kim namun tak ada satupun kata yang ia dapatkan atas pertanyaan itu. Taehyung masih diam membuat Dongwook mengulas senyum paksa, putra-nya yang satu ini memang sangat tetap pendirian. Persis seperti dirinya sendiri, susah dibantah dan tak bisa di atur karena ia yakin dengan apa yang ia lakukan.

"Lupakan saja, permintaan maaf itu tak akan membuat eomma-ku bangkit kembali"

Usai berujar dengan nada datar, Taehyung melanjutkan langkah masuk ke dalam mansion meninggalkan Dongwook yang tertegun di tempat. Si tuan besar menghela nafas pelan, iya, Dongwook tahu sebanyak apapun maaf yang ia katakan tak akan bisa membuat Taeyeon hidup kembali namun Dongwook ingin berbaikan dengan Taehyung. Ia rindu dengan putra sulung-nya yang ceria dan selalu mengadu padanya, Dongwook ingin masa-masa itu terulang lagi namun apa daya. Nasi telah menjadi bubur. Taehyung tak akan mau memaafkan Dongwook untuk selamanya.

Didalam mansion, Taehyung menyatukan alis mencium aroma masakan dan segera melangkah ke ruang makan. Ia melihat sang istri dalam balutan apron menghidangkan makanan di atas meja makan, Taehyung tersenyum kecil karena si nyonya Kim terlihat lucu sebab perutnya mulai membuncit. Para pelayan kompak membungkuk dan segera pamit undur diri begitu melihat kehadiran si tuan muda, Seohyun menoleh dan memasang wajah heran.

"Kenapa kau tersenyum seperti orang gila?" Tanya Seohyun, Taehyung berdecak.

"Jaga ucapan-mu, anakku bisa mendengarkan segala hal yang kau katakan" tegur si namja Kim.

"Whatever" Seohyun merotasikan mata.

"Kau yang memasak semua ini? Aku sudah katakan jangan bekerja, kau sedang hamil" Taehyung berujar, sarat akan nada peringatan.

"Aku bosan! Aku dibantu oleh pelayan, tidak semuanya aku yang mengerjakan" sungut Seohyun, bibirnya maju dan pipinya mengembung karena kesal.

"Damn.." Taehyung bergumam, gemas melihat tingkah Seohyun.

Two Side [On Going-Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang