Cello berjalan dengan air mata berurai,meletakan setangkai bunga diatas peti mati gurunya itu. Namun jika ada yang jeli saat ia meletakan bunga itu sudut bibirnya terangkat seolah ia senang dengan apa yang terjadi didepannya ini.
"Semoga tenang di sana Miss"setelah mengatakan itu ia berjalan menghampiri sang ayah lalu memintanya untuk di peluk karena sedih.
" Miss angel sudah tenang sayang. kamu doakan yang baik ya?"Cello mengangguk dan mereka memilih untuk pulang saja kasihan anak kecil jika di bawa di tempat pemakaman, itulah pemikiran Mara saat ini."Papa.."
"Yes baby?"tanya Mara menoleh sebentar pada sang anak karena ia sedang menyetir.
"Cello lapar~"ucap jagoan kecil nya ini dan Mara terkekeh pelan dan mengusak rambut sang anak dengan lembut."Baiklah..sepertinya jagoan papa ini kelaparan hmm? mau makan dimana?"tanya Mara
"Eum...Poppeyes?"Mara terkekeh lagi dia senang dengan anaknya ini jika ditanya apa tidak akan menjawab terserah dan salah satu hal ini mungkin turunan dari Hira karena keduanya sama sama teguh dalam pendirian dan tidak muah plin plan.
"oke terkabul! tapi jangan terlalu sering makan junkfood oke boy?!"Cello mengangguk dan membuat Mara terkekeh dibuatnya. Kenapa anaknya ini menggemaskan sekali sih?"Cello tersenyum tipis dengan mengingat hal apa yang baru saja dia lihat. Bagaimana wajah sang guru yang melepuh membuatnya tekekeh geli. Ternyata cairan asam sulfat itu cukup mujarab juga. Jadi, kematian Miss angel itu karena wanita itu menyangka jika cairan tonner yang sering dipakai wanita itu diusap kan ke wajah dan mata. Tapi yang tak diketahui gurunya itu adalah cairan itu telah tergantikan dengan cairan asam sulfat pekat. Dan yang menukar cairan itu adalah Cello,bocah itu sengaja menggantinya dengan cairan tersebut. Cello senang belajar ilmu sains karena dengan ini dia tau apa apa saja yang berbahaya meski dalam bentuk cairan.
"seharusnya bisa lebih hancur dari itu"gumam cello pelan.
"Apa kamu mengatakan sesuatu boy?"tanya Mara yang sadar jika anaknya bergumam pelan. Bocah itu tersenyum dan menggeleng pelan.
"Cello hanya lapar dad.."Mata bocah 10 tahun itu menatap dingin wanita yang ia benci itu ada disini duduk bersama dengan nya dan juga sang ayah. Sementara sang ayah hanya tersenyum melihat wanita itu ada ditemoat yang sama ini.
"Hallo cello?"tanya Natta dan bocah itu tersenyum manis pada teman ayahnya ini.
"Hai tante"
"Kau disini juga?"tanya Mara dan diangguki oleh wanita itu. Natta sesekali menatap bocah laki laki yang sedang makan itu dengan tatapan menilik dan tentu saja Mara tak suka jika Natta menatap anaknya dengan seperti itu. Seolah anaknya adalah sosok yang harus disembuhkan olehnya. Ya..Natta adlah seorang psikolog."Kita sudah bahas ini!"
"Aku hanya ingin memastikan!"ucap Natta setengah berbisik dan Cello yang sudah tau apa yang ingin dilakukan oleh wanita ini tersenyum tipis,dia akan tunjukan siapa dirinya apalagi ayahnya sangat sangat percaya pada dirinya."Cello,mau main ke klinik nya tante gak?"Cello menatap wanita itu dan tersenyum kemudian.
"Cello kan tidak sakit buat apa ke klinik tante"
"Tante lupa mau kasih hadiah sama cello tapi mumpung cello ada disini dan deket juga sama klinik tante jadi mau ya mampir ambil hadiah nya?"Cello menoleh ke arah sang ayah dan Mara hanya mengendikan bahunya tanda ia hanya akan ikut apa yang anaknya mau."Boleh tante. Tapi kalo hadiahnya cello gak suka,cello balikin lagi ya?"Natta mengangguk dan dari tadi dia tidak lepas dari mata bocah 10 tahun itu. Ia tau jika Cello memiliki darah Hira didalamnya.
"Oke..tante jamin kamu suka sama hadiahnya"jawab Natta dengan senyum lebarnya dan Cello tersenyum girang dihadapan sang ayah lalu berkata jika ia akan mendapat hadiah dari Renatta. padahal jika ingat semalam,Cello tidak menyukai natta."Jika tidak terbukti,jangan menuduh lagi anak ku natta!"tekan Mara dan kali ini Natta yakin jika ia akan mengungkap bocah itu sama seperti Hira.
Cello menatap dingin ruangan bercorak putih dengan banyak mainan dan juga tabel ekspresi di dinding. Ia berkeliling di ruangan itu sementara Mara dan Natta memperhatikan Cello dari balik kaca satu arah itu.
"Sudah kubilang ia berbeda dengan Hira!"ucap Mara masih menyangkal itu.