Sekolah dasar berbasis internasional yang terkenal di Jakarta itu nampak ramai diisi oleh murid murid berusia 7-12 tahun sedang bermain di dalam kelas karena guru pelajaran pertamanya tidak ada guru dan otomatis para bocah itu mengobrol ada juga yang jalan jalan. Namun ada satu anak laki laki yang terdiam sembari tersenyum tenang mengamati semua hal yang ada didepannya.
Hingga tatapannya menjadi dingin saat melihat 2 temannya tengah mengobrol tanpa mengajaknya. Hal yang paling di benci oleh bocah lelaki itu ketika dia tidak mendapat perhatian dari orang orang.
"Kevin,lihat deh Mita buat ini cantik kan?"tanya bocah perempuan dengan rambut kuncir kuda itu menunjukan lukisan yang sangat cantik itu pada Kevin."Wah..Mita lukisannya bagus sekali. Temen temen lihat deh! Bagus banget!"panggil kevin dan kemudian mereka mulai bergerombol untuk melihat lukisan itu meninggalkan seorang bocah dengan tatapan dingin nya itu dari 3 bangku diantara mereka.
"Cello lihat deh sini ini bagus banget!"panggil Kevin dan seketika senyum manis itu terbit diwajah bocah bernama lengkap Marcello Djayadi itu. Tapi bocah bocah itu mungkin tidak menangkap raut wajah aneh dari temannya itu,karena nyatanya Marcello pandai bermain peran dan mengubah dengan cepat mimik wajahnya.
"Cello! Lihat deh lukisan mita bagus kan?!"tabya Mita dengan nada antusias dan bocah lelaki itu terasenyum dan menanggapinya dnegan sangat antusias atau bahkan terlihat sangat berlebihan.
"Iya ini bagus sekali. Apalagi anjing ini lucu sekali mita!"ucapnya sangat antusisas.
"Ini bukan anjing cello ini itu pak petani yang lagi jongkok!"koreksi Mita.
"Astaga kupikir ini anjing soalnya mirip kaya gambar anjing!"entah itu pujian atau hinaan tapi para bocah itu sadar jika apa yang diucapkan oleh Cello itu salah dan kini mereka hanya menatap Cello dengan tatapan aneh. Tapi yang di tatap hanya menunjukan senyum terbaiknya seolah olah dia puas melihat wajah sedih temannya itu.Tidak sampai disitu,entah itu kebetulan atau apapun itu disebutnya gambar yang di lukis oleh Mita dihinggapi tawon hingga para bocah itu panik bukan main. berbeda dengan Cello bocah itu malah tersenyum tipis dan mengambil gelas kosong yg ada di meja guru lalu membawanya untuk menangkap tawon itu. Cello tersenyum tipis melihat teman temannya yang ketakutan namun apa yang bocah lelaki itu lakukan diluar dugaan. ia membawa gelas dengan kertas lukisan itu mendekat kearah jendela. Semua anak yang ada didalam sana terdiam dengan apa yang cello lakukan. dengan senyum setipis mungkin bocah itu melepaskan tawon diatas kertas itu dan secara bersamaan dia membuang lukisan cantik buatan Mita.
Gadis itu menangis tersedu karena lukisan cantiknya kini sudah dibuang oleh Cello.
"Mita maaf ya tadi aku buang lukisannya"ucapnya dengan penuh rasa bersalah namun yang tak bocah lain sadari jika cello kini tersenyum puas didalam hati karena kini semua orang tertuju padanya setelah aksi heroik nya itu.
"hiks..i-iya cel. gpp nanti mita bikin baru lagi sama bunda. hiks..padahal itu buat ayah yang lagi di luar kota"Cello membuat wajah se melas mungkin dan memeluk Mita mengucapkan banyak kata maaf dan lagi dibalik ucapan sedihnya itu Cello tersenyum sinis.Dari balik kaca pintu,sang guru yang memang memperhatikan semuanya dari sana mengernyit bingung dengan apa yang dilakukan oleh Cello. Guru itu merasa jika ada hal aneh dan salah tentang Marcello. Bocah itu menangkap gelagat aneh sang guru dibalik pintu,ia hanya menatap tajam pintu itu walau ia sudah tak menemukan gurunya disana.
" Cello..."
"Yes papa?!"Mara tersenyum sendu melihat anaknya sudah bersiap memakai pakaian sekolahnya.
"Hari ini sekolah diliburkan sayang"ucap sang ayah sembari mengusap rambut madu itu.
"Kenapa pa?"tanya Cello dengan tatapan bulatnya. jika seperti ini ia jadi diingatkan dengan wajah sang isteri."Sebagai gantinya kita harus datang ke rumah duka."
"Eum..rumah duka itu apa?"tanya Cello bingung.
"Miss angel meninggal semalam,ganti pakaiannya ya sayang kita kasih penghormatan terakhir untuk miss Angel?"