Rama masih menangis didalam kamarnya. Setelah pernikahan berlangsung,dia disuruh tinggal bersama Ansella di hotel terlebih dulu. Dia bukannya menangis karena takut malam pertama denga gadis itu. Dia terus merasa bersalah pada sang isteri pertama. Apalagi dia melihat mata shinta memancarkan raut wajah tegar nya tapi Rama yakin betul jika shinta menangis dari dalam hati nya.
"Maafin mas shinta. Maafin mas"lirihnya sembari memandangi dirinya lewat pantulan jendela.
"Mas rama"Sela menepuk bahu suaminya dengan lembut. Dia tak bisa melihat suaminya menangis seperti itu apalagi dimalam pertama mereka menjadi suami isteri.
"maafin mas sela,mas sejujurnya tidak mau pernikahan ini terjadi tapi mas harus melakukan ini karena Shinta"Sakit.. Hati sela sakit rasanya kala sang suami mengatakan jika dia terpaka menerimanya dan itu pun demi sang isteri pertama.
"Maafin Sella mas,bukan bermaksud sella merusak kebahagiaan mas. Tapi sella juga hanya menuruti kedua orang tua sella sendiri"Isakan masih terdengar ditelinga sella. Sedalam itukah cinta suaminya untuk samg isteri pertamanya. Tapi jika di tanya kenapa ia juga mau menerima Rama juga karena dia juga mencintai Rama. Bahkan lebih lama dari pada Shinta.
"Aku akan kasih mas waktu sendiri. Sepertinya mas butuh waktu sendirian untuk saat ini"Sementara itu,di rumah besar yang 2 minggu lalu ia tempati,Shinta merasa hampa karena pemilik rumah dan juga pemilik hatinya tidak ada di rumah ini. Sang suami berada di hotel dan mungkin sedang melakukan ritual malam pertama.
Membayangkan nya saja hati nya merasa sesak dan di ruang tamu yang besar ini Shinta menangis sembari memeluk sang anak yang masih merah.
"Maafin bunda sayang"lirihnya.
"Hati bunda belum siap menerima semua ini. Bunda tidak siap berbagi ayahmu. Maafin bunda sayang" ucaonya tersedu sedu.Tangisan andra malam itu tidak berhenti padahal sudah diberi asi pun anaknya tidak berhenti gelisah dan terus menangis. Mungkin anaknya tau jika sang ibu dalam kondisi yang tidak baik baik saja.
"Andra sayang,tidur ya~ kamu pasti lelah seharian di luar rumah. Maafin bunda ya"
Keesokan harinya,Rama dan Sella datang ke rumah yang ditempati oleh Shinta. Bahkan sang mertua juga ada hadir mengantar kedua suami isteri yang baru saja menikah otu ke rumah itu. Shinta yang mendengar suara ribut di bawah rumahnya melongok dari lantai atas jika sang suami sudah tiba tapi yang palinh menyakitkan adalah dia merasa asing dirumah ini. Apalagi kedua mertuanya seolah tidak menganggap dirinya dan andra ada dirumah ini.
Keduanya begitu antusias menyambut Sella bahkan madunya itu di ajak room tour disana. Hatinya mencelos,dulu ketika ia baru sehari menikah dirinya dan sang suami langsung diusir bahkan tak diberi sepeser pun uang oleh mereka. Dan sekarang mertuanya itu malah sangat bersuka cita sekali menyambut sella.
Dari lantai bawah Rama menatap Shinta yang tengah berdiri di sana. Dan air mata kedua nya turun, seolah hanya dalam pandangan mata saja mereka berkomunikasi jiks mereka tidak baik baik saja didalam hatinya.
"maafin mas" gumamnya dan shinta tersenyum tipis menanggapi suaminya itu."Rama..lihat kamar kalian bagus bukan?"tunjuk sang ibu pada satu ruanga yang baru di buka itu. Shinta yang memeperhatikan dari atas kini tau kenapa mertuanya itu selalu mengunci kamar itu. Karena kamar itu adalah kamar milik Rama dengan Sella.
"Bagus."hanya satu kata saja yang rama berika sebagai tanggapan.
"Ck..jawab yang lain kek?!"dengus ibunya kesal padahal dia effort sekali menata ruangan ini. Sella terkekeh pelan melihat ibu mertuanya merajuk seperti itu."Bagus sekali ibu. Sella dan mas rama suka ko"
"Iyalah selera ibu kan gak ada yang jelek."
"Iyalah sipaling jago interior~"goda Sella dan ibu mertuanya itu terkekeh pelan sembari mengusak rambut sang menantu.