"Hidup Ratu masa depan!!!"
"Hidup Ratu masa depan!!"
"Hidup puteri mahkota Renjina!!"
Sorak sorai itu tidak luput dari pandangan seorang gadis yang ikut bertepuk tangan dengan pelan. Haellen Lilliana,Infanta keluarga kerajaan barat ini nampak kesepian padahal dia berada di tengah keramaian.
"Tegak kan punggung mu! tepuk tanganlah dengan bersemangat Infanta!"titah sang permaisuri atau mungkin kita sebut ibunya ini.
"Ibunda...tubuh saya merasa sakit"lirih Haellen. jujur saja dia sangat kelelahan apalagi dia tak diijinkan istirahat jika tugas kuliah sang putri mahkota belum diselesaikan.
"Tahanlah! jika kamu pergi sekarang kamu akan membuat citra buruk pada putri mahkota!"sergah sang ibu. Sungguh tubuhnya sudah sangat kelelahan sekali.
"Infanta?"bisik Johnatan memanggil sang anak bungsu untuk membantu puteri mahkota turun.
"Ayah-tubuh saya sakit"lirih Haellen lagi semoga saja sang ayah mau mendengar keluhannya ini.
"Tahan sebentar lagi. Kamu bisa istirahat setelah ini"jawab Johnattan bukannya mengijinkan sang anak pergi istirahat malah membuatnya menahan segala kesakitannya itu,
"Sungguh tubuhku kesakitan dan lelah sekali"lirih Haellen. Mau tak mau Haellen menuruti keinginan sang ayah karena bagaimana pun Johnattan adalah rajanya dan dia tak bisa berbuat apapun lagi jika titahnya sudah berkumandang.
"Tahanlah sebentar lagi Haellen!!"lirihnya kembali
Sebentar apanya,kini dia tengah membuntuti ketiga keluarganya ini dari belakang, karena posisinya dibawah ketiganya Haellen tidak diperkenankan untuk berjalan ataupun berdiri disamping raja dan ratu termasuk disamping kembarannya puteri mahkota Renjina. Kepalanya sudah sangat berputar dia ingin sekali merebahkan diri diatas ranjangnya. namun apa daya dia tak boleh pergi jika acara makan malam ini selesai. Ya,karena Haellen harus mencicipi semua makanan yang akan disajikan pada keluarganya itu. Jika makanan itu tidak beracun maka kedua orang tuanya dan juga sang kembaran akan ikut memakannya.
"Haellen kau sakit?"tanya Renjina dia melihat jika sang kembaran benar benar pucat,
"Infanta baik baik saja sayang. sekarang kamu lebih baik cepat habiskan makanannya dan janga lupa temui pangeran Jaemmy"ucap Alice menyuruh Renjina untuk mengabaikan apa yang dirasakan oleh kembarannya itu.
"Ibunda benar puteri, saya tidak apa apa. mungkin hanya merasa kurang enak badan saja"
"Kalau kau tak enak badan sebaiknya kita sudahi pestanya. kamu bisa istirhat jika kita menyudahi pesta ini"ucap Renjina nampak sangat khawatir dengan kembarannya itu. Namun tatapan tajam Johnattan berikan pada Haellen agar anaknya itu bersikap baik baik saja dan jangan membuat sang ratu masa depan khawatir.
"Saya baik baik saja tuan puteri"
"Aku kakakmu Haellen kau bisa menganggapku sebagi kakakmu bukan sebagai pemilik tahta!!"
"Renjina?"tegur Johnattan dan tentu saja gadis berambut pirang itu tak bisa apa apa jika sang raja sudah berbicara.
"Saya baik baik saja kak"akhirnya kata kak yang haellen ucapkan seolah mengatakan jika Renjina harus menurut pada ucapan sang ayah.
Pesta berlanjut kini kerajaan barat didatangi oleh rekan kerjanya dari kerajaan utara. Pangeran Jaemmy sosok yang orang orang katakan akan menjadi pendamping puteri mahkota Renjina itu nampak sangat banyak orang yang mengaguminya terlebih semua rakyat berspekulasi jika keduanya menikah mereka akan sangat serasi sekali.
"Hai Infanta Haellen?"sapa Jaemmy pada haellen terlebih dulu ketimbang menyapa sang putri mahkota yang berada didepannya.
"Senang berjumpa dengan mu pangeran"jawab Haellen dengan sopan. Jaemmy tersenyum dan memberikan seikat bunga matahari pada haellen sementara terakhir dia memberikan seikat bunga mawar yang mahal dan indah untuk Renjina.