Sebulan sudah pernikahan Sella dengan Rama,kedua insan itu tidak pernah tidur satu ranjang karena Rama lebih memilih tidur bersama Shinta dan juga Andra. Bukan Shinta yang melarang sang suami tapi memang pria itu selalu beralasan ingin tidur bersama jagoan kecilnya. Isteri pertamanya itu kadang merasa kasihan pada sang madu,tapi dia tak berani menggugat apa yang di katakan oleh Rama,terlebih ia jadi merasa bersalah dan dosa karena membuat sang suami tidak adil pada salah satu isterinya.
"Sel?"panggil Shinta kala melihat wanita itu termangu di depan kolam renang.
"Ya mba?"
"Boleh mba duduk disini?"tanya nya dan Shinta menggeser duduknya untuk memberi space pada yang lebih tua. Jujur Sella merasa bersalah pada wanita sebaik Shinta tapi kedua orang tua nya dan rama tetap kukuh menikahkan ia denga lelaki itu dengan alasan untuk memperkuat tali silahturahmi dan membesarka sayap perusahaan keduanya. Padahal tidak hanya cara ini saja untuk menjalin sebuah silahturahmi dia bisa membantu di dalam kedua perusahaan tanpa harus seperti ini."Kenapa mba?"tanya Sella sambil tersenyum paksa dia masih merasa canggung dengan isteri tua suaminya ini. Padahal dulu dia sering mengobrol dan bercanda. Tapi itu dulu sebelum ia menikah dengan Rama.
"Sore ini mba mau ke rumahnya Riana mau bantu bantu disana karena lusa dia mau ada syukuran enggagement. Kqmu gak kemana mana kan?"tanya Shinta,Sella menatap raut wajah wanuta itu sang masih tersenyum dengan teduh. Ia akui kenapa Rama begitu mencintai Shinta karena wanita ini benar benar baik dan juga cantik. Tak hanya cantik paras tapi juga hati wanita yang lebih tua darinya itu juga sangat cantik."Engga ada kerjaan aku di kantor mba,mba berangkat sama mas rama kah?"
"Engga..mas Rama tinggal disini. Mba aja sama Andra aja yang berangkat."
"Mba..gak perlu sampai segininya untuk membujuk mas Rama. Mba pasti bohong kan?"Sella tau rencana isteri tua suaminya itu dia pasti sedang coba mendekatkan dirinya dengan sang suami."Sel,mas Rama bukan cuma punya mba aja. Tapi dia juga milik kamu,dia berkewajiban untuk adil dalam rumah tangga ini. Mba ngerasa dosa karna gak mengingatkan mas rama tentang tanggung jawabnya sama kamu"Sella sudah ingin menangis mendengar setiap kata yang di ucapkan oleh Shinta. Dari apa tuhan menciptakan hati wanita ini? Kenapa dia begitu baik dan begitu lapang menerima hubungan ini.
"Mba gak enak juga sama Riana karena sudah kadung janji sama dia. Jadi pergunakan waktu ini untuk lebih dekat sama mas Rama"
"Mba—"Sella bingung harus mengatakan apa lagi dan dia hanya menangis sambil memeluk wanita baik hati ini dengan erat.
"Maafin sella..maafin orang tua sella juga."lirih nya dan Shinta sekuat tenaga menguatkan hatinya untuk tidak menangis dia harus tegar dan juga ikhlas dia percaya tuhan menyiapkan kebahagiaan nya sendiri tanpa harua selalu bersama Rama. Dia memiliki andra......
Shinta benar benar berangkat sore itu. Dia pergi menggunakan taksi online,didalam mobil itu ia mulai menangis. Sekuat apapun hatinya tetap saja ada rasa sajit yang masih tertinggal ketika mengingat suaminya mungkin akan menunaikan tanggung jawabnya pada Sella.
"Hiks..ya allah,kuatkan hati hamba mu ini!"lirih nya dan menatap wajah Andra yang terlelap di gendongnnya.Butuh waktu 1 jam perjalanan ke rumah sang sahabat dan disaat ia turun dideoan rumah sang sahabat, kala mata mereka saling bertatap Riana tau sehancur apa perasaan sang sahabat karena ujian pernikahan nya itu. Dengna menggigit bibirnya dia berlari menghampiri Shinta dan keduanya malah menangis berbagi kesedihan. Sekuat apapun hati Shinta tetap saja dia akan menangis didepan orang yang paling mengerti dirinya.
"Harusnya lo bilang gw! Harusnya lo minta bantuan sama gw!!hiks—kenapa mempertaruhkan pernikahan lo kaya gini ove?!""Aku bisa apa? Aku gak bisa membiarkan mas Rama terua terusan durhaka sama bu awi dan pak usman"
"Lo aja masih manggil mertua lo dengan sebutan seformal itu! Mereka udah jadi mertua lo,udah jadi orang tua lo juga."Shinta terdiam bukannya dia tak mau memanggil ibu mertuanya lebih akrab lyaknya keluarga,karena sampai saat ini keduanya masih enggan menerima dia jadi menantu keluarga Bagaskara. Dan hanya Sella yang diijinkan memanggil ibu mertuanya dengan panggil mamah dan papa.