Ramashinta-3

743 82 21
                                    

Sepulang dari acara pertunangan Riana,Shinta lebih banyak diam. Meski terlibat masih seperti biasa tapi perubahan sikap Shinta ini sangat terasa sekali meski hanya sedikit tetap saja akan berdampak banyak pada orang orang yang ada di sekitarnya termasuk Rama dan juga Sella.
"Sayang... Mas malam ini tidur sama Sella ya? Katanya dia sakit gak apa apa kan?"izin Rama pada Shinta dan Sang isteri hanya tersenyum sambil mengangguk mengijinkan lalu kembali fokus dengan popok sang anak yang sudah penuh dan menggembung

"Sayang?"
"Iya mas..maaf ya aku lagi fokus sama pampers nya Andra."kekeh Shinta dan meminta sang suami untuk mengambilkan handuk kering untuk anaknya ini.
"Mas kira kamu marah sayang karena mas sering tidur sama Sella."
"Ya allah mas,lagian Sella juga isterinya mas. Udah mana handuk nya kasihan ini titit nya Andra kedinginan ih"
"Mas pikir kamu marah sayang"ringis Rama dia takut jika Shinta marah dan meninggalkannya.

"Ada ada aja sih. Andra..lihat ini papa kamu kaya bayi sering ngomel ngomel gak jelas"ucap Shinta mengadu pada anaknya.
"Enak aja di katain bayi"
"Terus apa dong?"
"Tau ah..kamu gak asyik. Huuu~"Shinta hanya terkekeh melihat kelakuan suaminya ini mirp sekali anak kecil dimatanya.

Setelah kepergian Rama,senyum Shinta kini luntur dan digantikan dengan tangisan tanpa suara. Dia sesekali mengusap wajah sang anak dan mengucapkan beribu kata maaf padanya.

Semua orang bahagia mendengar kabar bahagia yang disampaikan oleh Sella. Wanita itu kini tengah hamil muda. Usia kandungan nya baru 2 minggu dan Shinta yakin jika itu adalah hasil dari malam itu. Malam dimana Shinta menangis tersedu sedu di pelukan sang sahabat.

Ada yang berbeda disaat kabar kehamilan ini diumumkan,seluruh keluarga Bagaskara bersorak bahagia dan menangis haru saat mendengar kabar kehamilan ini. Sangat kontras sekali disaat dulu dia tengah hamil,mertuanya tidak menginginkan kehamilan nya ini dan benar benar menutup mata tentang kehamilan andra dulu.

Seluruh kelurarga kini tengah berada di ruang keluarga dan sesekali mereka tertawa seolah membayangkan masa depan cucu mereka. Shinta yang sedang menggendong Andra dipelukannya seolah tidak terlihat. Dia bahkan sesekali mengusap kepla anaknya yang sedikit rewel karena mungkin tidak nyaman ada bayak suara disini.

"Ck!! Buat diem dong si andra ganggu banget tau gak!"gerutu ibu mertuanya dan kembali mengusap usap perut Sella dengan penuh kasih sayang.
"Andra sayang kenapa nangis terus sih? Lihat nenna marah kalau andra nakal kaya gini."lirih Shinta,dia rasanya ingin menangis melihat anaknya diperlajukan seperti ini. Dia merasa jika kehadiran andra memang tak pernah diinginkan oleh mertuanya.
"Sayang..ini susu nya maaf lama"ucap Rama yang baru saja datang dengan sebotol susu ditangannya.
"Makasih mas. Mas gabung aja dulu sama ibu Awu sama pak usman,aku mau nengin dulu Andra dia rewel.banget disini"

"Kamu yakin?"
"Iya mas..temenin dulu Sella ya,kalo kamu disini sama aku nanti gak enak sama ibu sama pak usman juga"
"Ya sudah kalau begitu mas masuk dulu. Nanti kamu gabung lagi kalo andra udah mulai tenang"

Setelah Rama masuk kedalam,tangannya tanpa sadar mengepal seolah menahan segala emosi yang berkecamuk didalam pikirnnya ini.
"Astagfirullahaladzim...astagfirullahaladzim..."lirih Shinta sembari menutup matanya menenangkan emosinya yang tiba tiba saja naik. Bagaimana pun dia tidak boleh emosi dia harus terima apalagi dia hanya wanita yang tak diinginkan oleh keluarga bagaskara. Jika bukan karena Rama mungkin Shinta sudah di usir oleh kedua mertuanya.

"Andra..maafin mama ya,karena mama kamu jadi gak dapat kasih sayang nenna"
"Ya allah..lapangkan lah hati hamba dengab semua ujian ini. Jika memang semua ini akan berlabuh pada kebahagian atas rumah tangga kami. Hamba ikhlas dengan semua rasa sakit ini."gumamnya dan kembali menatap wajah sang anak yang sudah tenang dengan susu di tangannya.
...

"Bu..pa..makanan sudah siap. Mau makan sekarang?"tanya Shinta yang baru saja datang setelah menenangkan Andra ia memilih untuk masak makan siang.
"Kenapa mba gak bilang kalau mau masak? Aku kan bisa bantuin"Shinta hanya tersenyum teduh dan berkata tidak apa apa ia juga tak mungkin mengganggu keluarga yang tengah berbahagia itu kan?

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang