Aku dan Ara melangkah bersamaan menuju rumah. Mobil mahal Ara yang di kendarai sopirnya mengikuti dari belakang.
Tidak ada suara, setelah aku dan Ara turun dari bus dan kemudian berjalan kaki kearah rumahku bibir kita berdua terkatup erat.
Entah apa yang Ara pikirkan saat ini, hanya alisnya saja yang kadang menegang atau helaan nafasnya yang sesekali terdengar.
"Raaa..." Panggilku khawatir.
Ara yang berjalan sambil melamun mengangkat wajahnya.
"Hmm?"
"Kamu kenapa?" Tanyaku.
Ara terdiam dan kemudian menggeleng.
Hari ini dia terlalu banyak menggelengkan kepalanya, kuharap otaknya tidak akan bergeser.
"Kamu mau kemana?" Tanyaku cepat sambil menahan pergelangan tangan Ara.
"Kerumah kamu lah, aku kan mau nganterin kamu balik"
Aku memutar mataku kesal.
"Kita udah nyampe Araaaaa"
Ara menatap sekeliling kemudian kearah rumahku yang sederhana.
"Kamu sebaiknya pulang deh sekarang, hari ini kamu kebanyakan ngelamun"
"Aku haus..." Ara berjalan masuk ke rumah mendahului.
Rumah minimalis ini masih sepi karena mama belum juga pulang. Ini adalah pertama kalinya Ara melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, di masa lalu dia akan langsung pulang setelah aku masuk ke dalam pagar.
"Rumahnya kecil yah?" Tanyaku, takut Ara menjadi tidak nyaman.
Jangan salahkan aku karena berpikir seperti itu, asal kalian tahu kamar mandi Ara lebih besar daripada kamarku...
"Kecil tapi nyaman, mama kamu kemana?"
"Mungkin masih kerja"
Ara ber-OH ria mendengar itu, dia kemudian kembali sibuk menyusuri setiap sudut rumah hingga akhirnya berhenti tepat di depan pintu kamarku.
"Ini kamar kamu kan?"
Aku mengangguk bersamaan dengan tangan kanan Ara yang terangkat memutat knop pintu kamarku.
Ceklek...
Dengan hati-hati Ara melangkah masuk, sedangkan aku berbalik ke arah dapur dan menyiapkan dua gelas minuman.
Ketika berjalan masuk ke dalam kamarku, kulihat Ara sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur. Topi dan masker yang tadi dia pakai sudah berserakan di kasurku, aku menatapnya dari atas hingga bawah.
Saat melihat rok sekolahnya yang pendek tersingkap memperlihatkan pahanya yang putih mulus aku berdehem kecil.
"Minum gak?"
Ara mengangguk, dia kemudian duduk bersila yang semakin memperlihatkan paha bagian dalamnya. Rahangku mengeras menyaksikan itu, jadi aku buru-buru memalingkan wajahku ke tempat lain.
Sedangkan Ara, karena haus dia meraih segelas minuman dingin dan meneguknya dengan sekali tegukan.
"Haus banget...aaaahhhhh"
Ara kembali meletakkan gelas yang kosong ke nampan dan kemudian kembali berbaring.
"Kamu gak pulang?"
"Kamu gak suka aku disini?"
Aku menggeleng kuat, aku suka!
"Tapi udah sore, papa kamu nanti nyariin gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"