PL 17 : Rumah Sakit

2.5K 294 45
                                    

Keren ceritanya jadi no.1 versi #chikara🤣🤣🤣










•••










Tadi malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak. Semalaman aku menangis dengan ucapan Ara yang ingin putus. Mataku sembab dan rasanya berat.

Saat hari sudah menjelang pagi aku dengan cepat bersiap-siap ke sekolah, bahkan Ashel harus memakan sarapannya di mobil. Sepanjang perjalanan dia mengeluarkan banyak protes tapi aku tidak peduli, aku memikirkan Ara.

Dia benar, kenapa harus selalu dia yang memulai?

Kita pasangan, jika dia tidak bisa melakukannya maka aku yang akan melakukannya.

Jadi, saat di sekolah sebelum bel masuk berbunyi aku berlari keatap sekolah tapi Ara tidak ada.

Dia mungkin belum datang, aku menunggunya hingga bel dan dia tetap tidak datang.

Tidak apa-apa masih ada jam istirahat. Aku menghibur diriku sendiri, menyakinkan diriku jika Ara akan ada di atap sekolah saat bel istirahat.

Tapi lagi-lagi semuanya salah, ketika bel berbunyi aku yang bergegas menuju atap sekolah tetap tidak mendapati sosok Ara.

Dia menghindariku...

"Hiks...hiks...hiks..."

Aku terduduk di pembatas tembok dan mulai menangis, perasaan nyeri yang ada di hatiku merambat kemana-mana dan membuat sendi-sendiku lemah. Aku merindukan Ara yang hangat padaku...

Aku terus terisak.

Ceklek!

Tiba-tiba pintu di depanku terbuka, aku menengadah berharap itu adalah Ara yang datang terlambat tapi salah. Davi, sosok ketiga yang menjadi penyebab kekacauanku dengan Ara berdiri tegap dan saat melihatku menangis dia bergegas maju.

"Berhenti di sana!" Teriakku frustasi.

Davi bingung, tapi dia mendengarkanku. Dia menghentikan langkahnya dan menatapku khawatir.

"Chika kamu gakpapa?"

"Ini salah kamu! Hiks..."

"A-aku?"

Aku menghapus airmataku paksa, takut akan ada kesalahpahaman yang lain lagi jika tetap di sini aku berjalan pergi.

"Chika..." Davi dengan cepat meraih pergelangan tanganku, menahanku untuk tetap tinggal.

"Lepas!"

"Kamu ada masalah? Kalau ada kamu bisa cerita ke aku, mungkin aku bisa bantu"

Aku tersenyum sinis mendengarnya, dengan sekali hentakan kutarik pergelangan tanganku.

"Menjauh dari gue..." Aku berbalik dan berjalan menyusuri tangga.

Air mataku sudah mengering, di sepanjang kooridor aku mencari keberadaan Ara tapi dia seolah di telan bumi. Sosoknya menghilang...

Aku mengigit bibir bawahku cemas, hari ini anak-anak tidak ada jadwal cheers jadi harusnya Ara ada di sekitar kelas atau kantin. Aku terus melangkah menuju ke kelas Ara, Ashel dan Adel yang berjalan keluar kelas dan melihatku datang memasang raut wajah bingung.

"Lo ngapain?"

"Chik, lo abis nangis?" Kali ini Ashel yang bertanya.

Aku menggeleng menjawab pertanyaan mereka.

"Ara mana?" Tanyaku pada akhirnya.

"Lo nyari Ara buat apa?"

"Ara mana?"

PLUTO (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang