PL 32 : Ara Pov On

2K 243 21
                                    

.Bandara.

Aku menarik koperku berjalan keluar, hembusan angin yang menerpaku di cuaca yang panas ini membuat wajahku memanas.

Kota ini tidak pernah berubah, selalu sibuk dengan segudang aktifitasnya.

"OEE ARA!"

Aku menatap sekeliling mencari sumber suara yang memanggilku diantara orang-orang yang berlalu-lalang.

Ketika melihat seorang wanita dengan wajahnya yang cantik, senyumku terangkat.

Waktu benar-benar mengubah segalanya...

"Del..."

Adel yang mengenakan pakaian tertutup berjalan kearahku, dia memasang senyum lebar. Saat sudah di depanku tangannya meraih tubuhku dan memelukku erat.

Aku membalas pelukannya tak kalah erat.

"Apa kabar?" Adel bertanya saat kita berdua berjalan kearah parkiran bandara.

"Seperti yang lo liat" Aku memasang senyum tipis.

Adel melirikku dari atas hingga ujung kaki.

"Lo beneran miskin?"

Pletak!

Kenapa dia tidak bisa menjaga mulutnya dan harus membuatku kesal di hari pertama bertemu setelah 7 tahun?

Adel meringis, dia mengusap jidatnya yang memerah karena ulahku.

"Butuh usaha yang banyak buat gue balik ke sini, tolong jangan ngerusak mood" Aku mendelik kearah Adel, dia tertawa canggung.

"Tapi lo seneng kan datang kesini? Dia udah cerai..."

Dia?

Dia yang Adel maksud adalah Chika.

Saat tahu dia akhirnya bercerai dengan suaminya aku meninggalkan segalanya dan langsung memesan tiket pesawat untuk ke sini.

"Del, makasih..." Ucapku tulus.

Aku yang terbiasa bersikap angkuh pada Adel dari kecil sekarang merendahkan diri membuat Adel menggeleng kuat.

"Gue lebih suka Ara yang dulu"

Tawaku terdengar.

Mobil Adel akhirnya meninggalkan bandara menuju sebuah rumah yang sederhana, sangat berbeda dengan rumahku yang dulu.

Bukan, itu rumah papa bukan rumahku.

Rumah sederhana di depanku tampaknya di rawat dengan baik, itu terlihat jelas dengan catnya yang terang dan rumput-rumput yang dipangkas dengan rapi.

"Gue butuh usaha yang banyak buat beli rumah ini dari Chika" Adel menjelaskan padaku.

"Dia gak curiga?"

"Entah, gue bilang mau beli rumahnya buat tempat tinggal pembantu"

"Sialan!" Umpatku kesal.

Adel terkekeh, dia kemudian menarikku masuk ke dalam rumah.

Rumah yang sederhana ini ada milik Chika dan mamanya saat belum bertemu dengan papa Ashel.

Tidak banyak yang berubah dengan isi rumahnya. Kata Adel, Chika sengaja membiarkan perabotan ini tetap disini agar pemilik selanjutnya tidak perlu membeli barang-barang rumah lagi.

Aku terus melangkah menyusuri rumah dan berhenti di depan pintu kamar yang kukenal.

Ini adalah kamar Chika ketika masih tinggal disini.

Ceklek!

Perlahan pintu terbuka, dengan langkah ringan aku masuk kedalam.

Selain ranjang dan lemari tidak ada perabot yang lain. Ini sangat berbeda ketika Chika masih tinggal disini, kamar ini dipenuhi dengan buku-buku dan aromanya berbau jasmine. Sangat wangi...

PLUTO (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang