Pagi hari...
Ara yang masih meringkuk di balik selimutnya tersentak kaget ketika Chika dengan baju tidurnya sudah duduk di pinggir ranjang.
"Kamu ngapain disini!?" Ara duduk dan menatap bingung kearah Chika.
"Michie dia-"
"Hilang lagi?" Potong Ara cepat.
Chika meringis, sebelum akhirnya menggeleng.
"Trus apa?"
Chika menghela nafas sebelum akhirnya bercerita.
Pagi tadi, dia ke kamar tidur Michie ingin membangunkannya tapi putrinya itu entah kenapa menjadi keras kepala. Michie tidak ingin turun dari ranjang, jika di paksa dia akan mulai menangis dan menjatuhkan barang-barang yang disentuhnya.
"Anak kamu kesurupan itu, harusnya panggil orang yang ahli-aw!"
Chika langsung memotong ucapan Ara dengan cubitan di lengan. Mata cokelatnya melotot kesal, membuat Ara terkekeh.
"Trus apa hubungan Michie dan kamu yang ke sini?"
"Dia nulis nama kamu..."
Ara ber-Oh ria mendengarnya.
"Yaudah bentar aku mandi dulu..."
Setelah rapi, Ara ikut bersama Chika menuju ke rumah besar yang semalam di datanginya.
Chika tidak ingin berlama-lama, jadi dia langsung mengajak Ara ke kamar Michie.
Seorang gadis kecil dengan wajah di tekuk sedang duduk di kasur dan menatap kearah Chika, tapi wajahnya yang di tekuk hanya berlangsung selama beberapa detik. Ketika melihat Ara yang berjalan di belakang Chika, matanya berbinar dan dia dengan kakinya yang kecil berlari kearah Ara.
Rahang Chika terjatuh melihat reaksi putrinya. Sedangkan Ara dia langsung menggendong Michie dan mengacak-acak rambutnya yang lebat dengan gemas.
"Kata mama kamu nakal"
Michie menggeleng cepat, dia tidak lupa melihat kearah Chika dengan sorot matanya yang tajam seolah sedang memarahi Chika karena usil.
Ara tertawa, dia segera membawa Michie kembali masuk ke dalam kamar dan duduk di kasur.
"Sayang, sekarang mandi yah abis itu kita sarapan" Ajak Chika, Michie tidak lagi seperti sebelumnya sekarang setelah Ara datang dia dengan patuh mengikuti Chika menuju ke kamar mandi.
Melihat bayangan ibu dan anak yang hilang di balik pintu kamar mandi wajah senyum yang tadi Ara pasang menghilang. Dia menghela nafas panjang.
"Kankernya sudah menyebar, saya khawatir itu tidak akan bisa sembuh lagi"
Ara melamun, kedua alisnya terjalin erat. Sorot matanya kosong menatap ke arah lantai.
Entah berapa lama Ara melamun, pikirannya kembali ketika suara pintu yang dibuka terdengar. Aroma sabun bayi tercium samar-samar, Ara bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Michie meraih handuk kering lainnya dan mulai membantu Michie mengeringkan rambut dan kulit bayinya.
"Raaa, Michie masih gak mau bicara" Keluh Chika setelah Michie selesai berpakaian. Saat ini mereka berdua sedang berada di balkon, meninggalkan Michie ke nenek dan kakeknya.
"Dia mungkin butuh suasana yang baru, gimana kalo kita ajak dia ke pantai" Usul Ara, Chika tampak bimbang. Selama ini Michie tidak pernah bepergian jauh, Chika takut.
"Ada aku..." Ara berkata seperti itu seolah-olah mampu membaca pikiran Chika.
"Oke, kapan?"
"Hari ini..."
"Mendadak banget" Chika terkekeh, beruntung hari ini dia sudah mengambil cuti karena masalah Michie yang semalam.
•••
Ara membawa Chika dan Michie ke pantai di mana dia dulu menembak Chika. Pantai itu tidak banyak berubah, mungkin karena kurang pengunjung jadi tidak banyak yang tersedia.
Hanya ada beberapa gazebo yang saling berjarak. Cuaca hari ini sangat pas, itu tidak mendung tapi tidak panas juga. Michie yang baru pertama kali ke pantai menatap takjub, ketika telapak kakinya yang lembut bersentuhan dengan pasir pantai yang kasar senyumnya terangkat. Sangat manis...
Michie bermain dengan riang, dia menggali pasir dan membangun istana kecil dari pasir. Di belakangnya Chika dan Ara mengawasi dengan ekspresi penuh cinta.
"Kamu beruntung..." Kata Ara, senyumnya semakin lebar.
"Tentang?"
"Michie, dia anak yang manis"
Sudut bibir Chika terangkat, pandangannya beralih menatap wajah samping Ara. Melihat wanita cantik di dekatnya senyumnya semakin lebar. Chika merasa selama dia bersama Ara, maka dia akan selalu punya senyum di wajahnya.
"Raa.."
"Hmm?"
"Ajakan aku belum kamu terima"
Ara terkesiap, dia kembali mengingat ajakan Chika untuk menikah.
"Aku pikir-pikir dulu, sekarang kita nikmatin aja hari-hari kayak gini"
Chika memajukan bibirnya tapi tidak membantah ucapan Ara. Mata cokelatnya segera beralih menatap pantai yang luas. Pandangannya kemudian beralih ke sepasang lansia yang sedang bergandengan tangan di pinggir pantai.
"Raa, aku mau kayak gitu" Chika menunjuk pasanga lansia yang berjarak beberapa meter dari tempatnya dan Ara berdiri.
Alis kanan Ara terangkat, bingung.
"Aku mau kita kayak gitu, bersama sampai kita lupa udah berapa lama kita bersama"
Deg...
Jantung Ara berdetak cepat, dia juga berharap seperti itu. Kepalanya mengangguk cepat menyetujui ucapan Chika.
"Semoga yah..."
"Kok semoga sih, kita pasti kayak gitu Ara"
Chika meraih leher Ara dengan kedua tangannya, ekor matanya diam-diam menatap kearah Michie. Saat melihat putrinya yang sibuk bermain pasir, dia dengan cepat menarik tengkuk Ara mendekat kearahnya.
Keduanya berciuman dengan pelan dan lembut, tidak tergesa-gesa sama sekali. Rasa manis dan asin yang dibawa oleh angin pantai terasa di bibir keduanya.
Bulu mata Chika berkibar ketika bibir Ara bergerak menghisap bibir atasnya, tidak ingin kalah dia juga menghisap bibir bawah Ara.
Suara bibir mereka yang bersentuhan tertelan oleh deburan ombak. Keduanya terus berciuman dan hanya berhenti saat mulai susah untuk bernafas.
Wajah Ara dan Chika memerah, mereka tahu jika sesuatu di dalam diri mereka ingin di lepaskan segera tapi karena ada Michie keduanya hanya bisa menghela nafas panjang dan kemudian berpelukan.
"Bau kamu bikin candu..." Ara menghirup leher jenjang Chika, matanya tertutup menikmati aroma jasmine di leher Chika.
Chika bergerak sedikit, memberi ruang untuk wajah Ara menjelajahi lehernya yang jenjang.
"Raaa, ada Michie..." Chika meremas rambut Ara memperingatkan.
"Leher doang, gakpapa kan?"
Chika mengigit bibir bawahnya tidak menjawab sama sekali, itu karena dia sedang menahan perasaan gatal di bagian bawahnya.
Sayang sekali putrinya yang manis ada di sekitar mereka, jadi Chika hanya bisa mengigit bibir bawahnya. Menunggu waktu untuk bisa berdua dengan Ara.
Ara disisi lain juga memikirkan hal yang sama dengan Chika, wajahnya merah membara karena godaan dari kulit Putih Chika.
"Hufftt..." Ara menghela nafas panjang, tidak ingin berlarut-larut di dalam perasaannya dia segera mendekati Michie dan kemudian ikut bermain pasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"