Aku menerima tantangan Adel, kupikir itu akan memakan waktu yang lama tapi ternyata tidak.
Marsha adalah gadis gemuk yang polos, saat aku mendekatinya dia langsung menatapku penuh rasa kagum yang jelas.
Itu bukan hal yang sulit, setelah beberapa minggu aku dengan perasaan biasa saja menembak Marsha di rumahnya. Dan mulai hari itu Marsha dan aku pacaran.
Selama seminggu menjadi pacarnya aku melakukan banyak hal dengannya.
Berciuman adalah yang selalu kita berdua lakukan.
Tapi sejujurnya aku tidak merasakan apapun setiap bibirku menyentuh bibirnya, rasanya biasa saja. Namun, itu berbeda dengan Marsha. Dia yang baru pertama kali merasakan itu terbawa jauh karena perasaannya.
Hingga suatu hari saat libur kenaikan kelas dia mengajakku untuk menginap di rumahnya.
Di rumah yang sepi itu aku dan Marsha berciuman, kupikir hanya sampai di situ tapi Marsha secara tidak terduga membuka seluruh pakaiannya dan semuanya terjadi begitu cepat.
Kali ini aku menikmatinya, tapi hanya sebatas itu. Perasaanku untuk Marsha tidak ada, aku berpikir dia sangat bodoh alih-alih polos.
Sudah seminggu dan aku mendapatkan semuanya, jadi di minggu berikutnya aku mengajak Marsha ke samping kelasnya saat jam pulang.
Hanya ada aku dan dia, sedangkan temannya yang bernama Ashel menunggu di dalam kelas.
"Raa ada apa?"
Marsha tersenyum kearahku, matanya berbinar dan senyumnya melengkung tinggi.
Aku merasa kasihan karena harus membuat matanya menjadi berkabut dan bibirnya memutih karena perasaan patah hati.
Perasaan kasihan itu hanya menggangguku selama beberapa detik dan detik berikutnya aku mengeluarkan kalimatku yang membuat Marsha sakit hati.
"Sha, ayo putus" Ucapku datar, tidak ada perasaan bersalah sama sekali.
Mungkin karena aku lahir dan besar di tengah-tengah konflik keluargaku, jadi ketika menyakiti Marsha hatiku biasa-biasa saja.
"Tapi...kenapa? Aku gak mau, aku sayang sama kamu Ra"
"Aku nembak kamu karena taruhan dengan Adel bukan karena beneran suka, lagian siapa juga yang mau sama cewek gemuk"
Hari itu aku meninggalkan Marsha tanpa berniat untuk menghiburnya sama sekali. Adel yang menungguku di parkiran berkali-kali menggelengkan kepalanya saat mendengar ceritaku.
"Lo gak takut karma?"
"Mata lo karma!"
Dan yah, hubunganku dengan Marsha berakhir begitu saja.
Setelah hari dimana aku memutuskannya Marsha tidak pernah lagi datang ke sekolah, aku tetap tidak peduli dengan dia yang menghilang.
Hari-hariku di sekolah menengah pertama selesai dengan cepat dan aku akhirnya memakai seragam putih abu-abu.
Sebelum masuk ke sekolah, papa yang biasanya tidak pernah peduli dengan apa yang kulakukan menunggu pulang. Dia duduk dengan menyilangkan kakinya sambil membaca koran hari ini.
"Duduk! Papa mau bicara!"
Papa melipat koran di tangannya dan menaruhnya di meja, sorot matanya tajam menatapku.
"Kamu bukan lagi anak-anak, meskipun kamu bukan anak laki-laki tapi kamu juga anak papa. Jadi papa ingin kamu menjadi anak yang berperilaku baik dan mempunyai banyak bakat. Teman-teman sekolahmu kebanyakan anak dari kenalan papa, di sekolah kamu tidak boleh kalah"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"