Bajuku sudah meninggalkan tubuhku, sekarang hanya ada tubuh telanjangku yang bersembunyi di balik selimut tebal.
"Curang, kamu gak buka baju" Aku menarik-narik pakaian Ara.
Wajahnya yang memerah tersenyum, dia kemudian bangkit dari ranjang dan mulai membuka pakaiannya satu persatu. Ini bukan kali pertama aku melihatnya bertelanjang, tapi setiap mata cokelatku menatap benda kenyal yang menggandung di dadanya dan area sensitifnya wajahku rasanya terbakal karena malu.
Setelah menanggalkan seluruh pakaiannya Ara merangkak naik keatas kasur, dia menarik selimut yang menutupi tubuhku dan membuangnya ke lantai.
"Kamu makin cantik..."
Suara Ara serak, dia naik keatasku dan kembali melumat bibirku intens. Aku kemudian membalas ciumannya.
Bibirku dan bibirnya saling bersentuhan yang menimbulkan bunyi ambigu. Rintik hujan yang semakin deras di luar mengetuk-ngetuk kaca jendela, suasanya begitu romantis dan juga panas.
"Anghhhh..."
Aku melenguh tertahan saat tangan Ara bergerak ke bawahku dan memainkan kelopak intimku.
Kedua tanganku secara refleks mencengkram pinggangnya saat jari tengahnya memaksa masuk.
"Ahhhhh..." Aku mendesah panjang saat jari Ara masuk ke tubuhku.
Aku segera menarik wajahnya dan menciumnya kasar, miliku rasanya berdenyut kuat saat jarinya mulai bergerak.
Wajahku semakin memanas, keringat membasahi tubuhku.
Meskipun di luar hujan deras aku tidak merasa kedinginan sama sekali. Tubuh telanjangku yang bergesekan dengan tubuh telanjang Ara menciptakan panas yang membara.
Gerakan tangan Ara mulai cepat.
"Ahhh...sshhhh...lebihhh cepatttt"
Ini sudah cepat, tapi aku masih ingin lebih cepat lagi.
"Ahhhhh" Aku tersentak kaget saat Ara menambah jarinya yang lain, mata cokelatku menatapnya lemah.
"Kamu suka?" Tanyanya dengan suara serak.
"Ahhh...sukahhh...Raaa"
Mendengar jawabanku Ara mengeram kecil, gerakan jarinya di dalam tubuhku semakin liar dan menimbulkan bunyi peraduan.
Ah, ini sangat nikmat.
Aku terus mendesah setiap kali kedua jari Ara bergerak masuk, milikku semakin berdenyut karenanya.
"Ahhh...ahhhh...sshhhhh...ah ah ah"
Desahanku saling bersahutan dengan hujan, keringat sudah membasahi wajahku dan mengalir turun keleher.
Ara yang melihat keringatku mengalir deras ke bawah menuju leherku membenamkan wajahnya di ceruk leherku dan menjilatinya. Segera kumeremas rambut panjangnya, aku menghirup aroma jasmine yang menempel pada dirinya.
"Ahhh Raaaa ini enakkk" Racauku.
Aku terus mendeskrifsikan rasa nikmat yang kurasakan kepada Ara.
Milikku semakin berdenyut sekarang, sebentar lagi aku akan...
"Ahhhhhhh...akuuu keluarrrr sshhhh"
Sampai....
Tubuhku tersentak beberapa kali bersamaan dengan cairanku yang merembes keluar membasahi kedua jari Ara.
Nafasku naik turun. Aku melenguh pelan saat jari Ara tetap bergerak meskipun tubuhku sudah lemah karena pelepasanku barusan. Mungkin karena gemas, Ara mengigit leherku kuat dan meninggalkan tanda merah yang kuat di sana....
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"