PL 48 : Always

2.3K 273 28
                                    

Chika menatap gusar pintu ruangan UGD di depannya, matanya yang bengkak karena terlalu lama menangis tampak sembab.

Orang-orang yang ikut menunggu bersamanya semuanya diam, mereka tidak tahu harus berkata apa untuk menenangkan Chika.

Chika merasa waktu sangat lambat, Ara sudah ada di dalam ruangan setengah jam yang lalu tapi tidak satupun dokter atau perawat yang keluar untuk memberitahu keadaan Ara. Hatinya semakin gusar...

Ceklek!

Tubuh Chika bergerak cepat melangkah kedepan, orang-orang di dekatnya mengikuti.

"Dok, gimana keadaan Ara?" Chika bertanya gugup ketika seorang dokter wanita dengan wajah manis berjalan keluar.

Dokter tersebut diam, dia menatap semua orang yang menunggu Ara.

"Pasien drop, kita sudah melakukan berbagai upaya agar kondisinya stabil. Untuk sekarang dia baik-baik saja..."

Suara erangan lega terdengar, wajah tegang yang tadi terpasang berganti santai.

"Tapi, karena pasien sudah menderita kanker otak stadium akhir kecil kemungkinan dia akan selamat"

"DOK!" Chika tanpa sadar meremas lengan dokter di depannya, mata cokelatnya berkilat merah tanda tidak suka.

"Chik, lepasin..." Ashel dan mama Chika maju, berusaha melepaskan cengkraman Chika di lengan dokter.

"Maaf dok, putriku hanya shock mendengarnya" Om Zayn meminta maaf dengan tulus.

"Tidak apa-apa pak, ini adalah hal yang biasa terjadi. Kalau begitu saya permisi dulu, pasien akan dipindahkan ke kamar inap tapi tolong hanya satu orang yang bisa tinggal"

"Kami mengerti, terima kasih dok..."

Tubuh Chika bergetar, lututnya goyah dan dia jatuh terduduk di kursi panjang yang tersedia.

"Gak...ma...dokternya salah" Chika menatap mamanya sedih, air matanya terjatuh.

"Sayang, jangan kayak gini. Kalau Ara tau dia bakal ikutan sedih. Sekarang yang harus kita lakuin nguatin Ara biar dia juga semangat"

"Bener kata mama, kalo Ara ngeliat lo kayak gini yang ada dia makin drop dan gak sembuh"

Chika menghapus air matanya paksa. Benar, dia harusnya tidak seperti ini. Jika Ara melihatnya itu hanya akan membuatnya semakin drop.

Chika menghela nafas panjang...

Di tempat yang berbeda, Ara terbaring lemah. Aroma obat yang kuat menusuknya. Kedua matanya yang terpejam bergerak sedikit, merasa terganggu dengan aroma tersebut.

Ara merasa tidak nyaman di dalam tidurnya, tapi aroma jasmine yang datang secara tiba-tiba membuatnya tenang. Ini adalah aroma yang sangat dia sukai.

"Chika..."

Ara tertidur cukup lama dan hanya bangun setelah merasa cukup.

Matanya yang lembut terbuka perlahan tapi yang dilihatnya hanyalah gambar samar-samar, dia mengerjap beberapa kali akan tetapi hasilnya tetap sama.

"Ara udah bangun?" Suara jernih Chika membuat tubuh Ara mematung.

Di depannya seberkas bayangan samar-samar terlihat, dari siluetnya dia yakin itu adalah Chika.

"Kenapa pengelihatan aku burem?" Ara bertanya dengan suara tertahan, bayangan di depannya mendekat. Aroma jasmine yang tadi hadir di tidurnya sekarang tercium jelas, itu membuat tubuh Ara rileks.

Sebuah jari-jari halus bergerak diatas kelopak mata Ara, mengusapnya penuh kasih. Ara memejamkan matanya merasakan sentuhan manis Chika.

"Sekarang gimana?" Chika bertanya. Ara membuka matanya tetapi hasilnya tetap sama suasananya buram dan ada di beberapa tempat yang terlihat gelap.

PLUTO (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang