Wajah murung Chika menatap hamparan bunga di depannya. Ini adalah pertengahan tahun, bunga-bunga yang bermekaran mengeluarkan aroma wangi yang samar. Siapapun yang menghirupnya akan merasakan sensasi tenang dan manis, tapi Chika berbeda meskipun dia sudah berdiri cukup lama di depan hamparan bunga tersebut kedua alisnya masih terjalin erat.
"Chika..."
Suara yang renyah memanggil dari arah samping. Chika menoleh, seorang wanita dengan wajah cantik dan ceria berjalan kearahnya. Pakaian khas dokternya membuatnya terlihat suci.
"Kamu disini"
Christy yang berjalan kearah Chika tersenyum, dia kemudian meraih kedua pinggang Chika dan menarik tubuh semampai di depannya masuk ke dalam pelukan hangatnya.
Chika tidak menolak, tidak juga menerima. Dia diam, kedua tangannya terkepal erat. Aroma mawar dari tubuh Christy bertabrakan dengan aroma jasmine di tubuhnya, itu sangat tidak cocok.
Chika bergerak mundur, melepaskan pelukan Christy.
Bukannya marah atau protes, Christy justru tersenyum simpul. Dia sudah terbiasa dengan penolakan Chika.
"Jangan ngelewatin batas" Desis Chika tidak suka.
"Oke...jadi bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
"Ara gak akan hidup lama, itu kanker otak" Christy berbicara dengan santai, iris matanya yang hitam pekat menatap Chika lekat-lekat.
"Kalau Ara mati aku juga akan mati..."
Christy terkesiap mendengar itu, dia sudah mengenal Chika cukup lama. Empat tahun...
Teman kuliahnya yang energik dan keras kepala di masa lalu hari ini sedikit berbeda, dia...penuh tekad.
"Jangan lupa aku adalah pluto dan Ara adalah charon si satelit alam pluto. Tanpa satelitnya pluto akan hancur" Chika tersenyum lebar, berbeda dengan Christy wajahnya datar. Dia marah dan kesal.
Keduanya diam dengan pikiran masing-masing.
"Aku harus balik, Ara pasti udah bangun..." Chika melangkah pergi.
Itu masih beberapa langkah sebelum suara Christy menghentikannya.
"Kamu sesayang itu sama Ara?"
Chika menoleh ke belakang, melihat Christy dengan wajah tak berdaya dia memiringkan wajahnya sedikit.
"Gak...aku gak sayang"
"Lalu?"
"Aku mencintai Ara" Chika mengangkat kelima jari tangan kanannya memperlihatkan cincin yang berkilau di jari manisnya. Itu adalah cincin lamaran dari Ara, sangat cocok untuknya.
"Lalu aku gimana? Kita udah pernah ngelakuin itu..." Christy masih ingin mencari jawabannya.
"Saat kita ngelakuiin itu, di mataku wajah Ara yang muncul..."
Christy tertawa canggung, dia tidak lagi bersuara saat melihat Chika melangkah.
Chika di sisi lain terus melangkah, mendengar tawa hancur Christy hatinya tidak tergerak sama sekali. Bagaimanapun selalu orang lama pemenangnya, waktu tidak akan bisa mengubah itu.
Ceklek...
Chika membuka pintu kamar di mana Ara berada.
Senyumnya mengembang ketika melihat wajah linglung Ara.
"Kamu darimana?" Kening Ara berkerut, aroma jasmine sekali lagi menusuk indera penciumannya.
"Ketemu temen Ara..."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"