PL 08 : Papa Tiri

2.6K 292 36
                                    

Mobil Ara akhirnya berhenti di parkiran, tepat di pinggir pantai. Sebelum turun dari mobil dia berbalik ke kursi belakang berusaha menjangkau sesuatu.

"Pakai ini, nanti kamu masuk angin" Ara memberiku jaket kulit.

Setelah memakainya aku dan Ara turun dari mobil.

Angin pantai dengan cepat menerpa wajahku, dan membuat rambutku yang tergerai tertiup.

"Kamu harusnya pakai iket rambut" Kata Ara, dia berjalan kearah belakang dan meraih rambutku.

Kupikir dia akan mengikatnya tapi ternyata hanya menggenggam rambutku. Aku ingin berbalik tapi pegangan Ara di rambutku membuat leherku kaku, sedikit sulit untuk menoleh.

"Rambut kamu aman, ayo jalan!"

"Rasanya aneh Ra, biarin aja rambut aku..."

"Kamu bakal repot, gakpapa aku suka kok"

Oke, mulutnya sangat manis!

"Cokelat kamu mana?" Ara bertanya saat aku dan dia sudah berjalan menyusuri pasir pantai.

"Di mobil"

Tiba-tiba genggaman Ara di rambutku melonggar, saat aku berbalik dia sudah berlari kecil menuju mobilnya dan kembali setelah beberapa saat dengan kotak cokelat di tangannya. Tidak lupa dia tersenyum lebar.

Senyum yang cantik...

"Kamu harus makan ini, rasanya enak..."

Ara meraih pergelangan tanganku dan menuntunku untuk duduk langsung di atas pasir pantai.

Sejujurnya aku sedikit geli saat kulitku yang hanya dibatasi pajama tipis harus bersentuhan dengan pasir pantai yang lembab, akan tetapi karena Ara biasa-biasa saja jadi aku tetap diam.

Aku dan Ara duduk berdempetan, lebih tepatnya dia yang menempel di dekatku.

Melihat tatapan protesku Ara tersenyum kuda, matanya menyipit sedikit.

"Dingin pacar, kamu sih enak pakai jaket" Katanya memberi alasan.

"Yaudah, kalau gitu kamu aja yang pakai jaket"

Aku bergerak ingin membuka resleting jaket yang kupakai, tetapi Ara dengan sigap menahan tanganku dan meraihnya untuk di letakka di pahanya.

"Kamu mau sakit?" Ara tampaknya tidak setuju.

"Gak bakal sakit, kulit aku tebal"

Ara memutar matanya gemas, tidak ingin mendengar alasanku lagi dia membuka kotak cokelat didepannya dan menyodorkannya padaku.

"Cobaiin deh, ini enak banget"

Aku meraih sebutir cokelat dan mengunyahnya. Ara tidak berbohong, cokelat ini renyah di luar tapi lembut di dalam dan rasanya juga tidak terlalu manis.

Merasakan cokelat manis di mulutku membuat senyumku merekah, aku memejamkan mata menikmatinya.

"Enak?" Tanya Ara.

Aku mengangguk.

"Mau..."

Aku membuka mataku, kotak cokelat dipangkuanku akhirnya ku letakkan kembali dipangkuan Ara.

"Coba aja, ini enak. Cokelat terenak yang pernah aku makan" Ucapku.

Mendengar itu Ara mengangguk, tangan kanannya terulur meraih sebiji cokelat. Kupikir dia akan memakannya tapi justru mengarahkan cokelat tersebut kearahku.

"Kok aku?"

"Karna kamu suka"

"Tapi katanya kamu mau" Aku menolak.

PLUTO (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang