PLUTO 03 : Menghindar

3.3K 316 38
                                    

Aku tidak tahu jika kecupan 5 detik Ara di bibirku akan begitu terpengaruh terhadapku.

Sepulang sekolah aku langsung bergegas pergi, tidak menunggu Ara sama sekali sepertia yang biasa kita berdua lakukan.

Dan dimalam hari, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak!

Langit-langit kamarku adalah saksi dimana mata cokelatku terjaga sepanjang malam.

Di tengah malam yang sunyi, aku memegangi dadaku sendiri berusaha menekan perasaan berdebar dan gugup yang berlebihan.

Aku menghela nafas panjang dan mulai berpikir keras.

Alasan apa yang membuat Ara melakukan itu?

Pertanyaan itu terus menerus berputar-putar di kepalaku sampai keesokan paginya. Karena aku adalah seseorang yang tidak suka membolos sekolah jika tidak ada sesuatu yang penting, aku bangkit dari tempat tidur dan mulai bersiap.

"Siapa ini?" Keluhku sambil menatap bayanganku di cermin.

Ada lingkaran hitam yang jelas di bawah mataku, aku terlihat seperti panda terlebih dengan tubuhku yang gemuk.

Aku meringis...

Setelah semuanya beres, segera aku melangkah keluar kamar menuju meja makan untuk sarapan.

Mama yang sedang menyantap sarapannya menyapaku dengan senyum khasnya, mata cokelatnya yang mirip denganku terlihat cerah.

"Pagi ma..." Sapaku.

"Pagi sayang...semalam tugas sekolahnya banyak yah?" Mama bertanya sambil melirik ke wajahku, lebih tepatnya ke lingkaran hitam di bawah mataku.

"Dikit doang kok ma"

"Jangan terlalu giat belajar, kalau waktunya tidur yah tidur. Gak usah dipaksaiin"

Aku hanya tersenyum kecil menanggapi wejangan mama.

Setelah sarapanku habis, aku bangkit dan bersiap untuk berangkat tetapi deheman kecil mama menghentikanku.

"Chika, mama mau ngomong sesuatu. Sebentar aja, boleh?"

Aku mengigit bibir bawahku, ini masih terlalu pagi untuk ke sekolah. Tapi aku yang menggunakan transportasi bus setiap harinya sedikit khawatir.

"Penting banget yah ma?"

"Ini soal masa depan kita..."

Oke! Ini penting!

Jadi, aku kembali duduk. Melipat kedua tanganku di atas meja dan menatap mama secara intens.

Mama yang tidak terbiasa di tatap seperti itu olehku terkekeh kecil, dia menggeleng lemah.

"Ma, aku bakal telat kalo mama cuman cengengesan kayak orang ketempelan"

"Kamu!" Mama mulai kesal, dia menghela nafas panjang.

"Mama ingin menikah...."

Ting!

Suasananya berubah hening, ucapan mama yang tiba-tiba sukses membuatku membeku.

"Mama yakin?"

"Itu...mama pikir bakal lebih bagus kalau ada pria di rumah"

Aku mengangguk setuju, selama 10 tahun tinggal berdua dengan mama tanpa papa aku merasa kerepotan.

Hal-hal yang harusnya di lakukan oleh seorang pria di rumah harus aku dan mama yang melakukannya. Andai saja papa tidak meninggal karena kanker....

"Chika?"

Melihatku yang melamun mama meraih kedua telapak tanganku dan mengelusnya sayang, aku merasa hangat.

PLUTO (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang