PL 33 : Papa Mama

2.3K 252 10
                                    

Mata cokelat Chika menatapku nanar, dia pasti sangat membenciku. Aku tersenyum miris dan mundur selangkah.

Ini salahku, harusnya aku tidak datang ke sini. Melihatku mungkin membuat Chika kembali mengingat kejadian yang menyakitkan itu lagi.

"Aku...aku minta maaf"

Aku menunduk, tidak dapat melihat ekspresi wajah Chika yang berdiri di depan.

"Siapa?"

Wajahku terangkat mendengar pertanyaan singkat Chika.

"Siapa yang ngasih kamu ijin buat pergi dan ninggalin aku!?"

Chika menarik kerah bajuku dan meremasnya kuat, mata cokelatnya sudah basah karena air matanya. Aku merasa bersalah sekarang...

Suara isakan Chika terdengar.

"Chik, aku-"

"Diam!" Chika membekap mulutku, jari-jarinya bergetar. Dia menggeleng lirih.

"Hidup aku berantakan semenjak gak ada kamu Ra hiks..."

"Aku bahkan gak bisa ngerasain perasaan apapun selain sepi"

"Kamu bilang, kamu bakal jadi satelit alam aku. Tapi nyatanya kamu hilang...ninggalin pluto sendirian"

Aku terperangah, genggaman tangan Chika di kerah bajuku mengendur. Dia yang masih terisak langsung memelukku, mendorong tubuhku kearah tembok tua di belakang.

Chika memelukku begitu erat, wajahnya yang basah tersembunyi di ceruk leherku. Aku mengangkat kedua tanganku dan membalas pelukannya setelah beberapa saat.

Mataku terpejam, seluruh inderaku bekerja dengan cepat berusaha mengingat-ingat lagi sentuhan Chika.

Aku memeluk Chika tak kalah erat saat indera penciumanku menangkap aroma tubuhnya. Itu adalah jasmine, sama sepertiku.

Tapi aroma jasmine yang keluar dari tubuhnya sangat menenangkan. Aku juga memakai aroma ini tapi itu tidak sebagus saat wanginya melekat di permukaan kulit cerahnya. Aku jadi berpikir jika aroma ini diciptakan khusus untuknya.

Setelah beberapa saat pelukan kita berdua terlepas. Di tengah pencahayaan redup dari ponsel Chika aku dapat melihat matanya yang sembab dan itu membuatku terluka.

Dengan gerakan hati-hati aku mengangkat kedua ibu jariku dan mengelus area di bawah matanya, kedua tanganku menangkup wajahnya yang dingin.

Aku tersenyum tipis yang kemudian diikuti oleh Chika.

Matanya yang sembab menyipit sedikit.

"Aku udah kaya sekarang..."

Aku mengangguk mendengarnya.

"Aku udah punya banyak uang..."

Kepalaku sekali lagi mengangguk paham.

"Raa, ayo nikah"

Gerakan jariku di pipinya berhenti, mataku berulang kali mengerjab.











•••










Aku dan Chika kembali naik keatas atap, waktu tidak awal lagi. Ini sudah tengah malam.

Selama di atas atap, kita berdua terus bertukar cerita.

Chika  duduk di tembok pembatas dengan aku yang ada dibelakang memeluknya erat.

"Lalu sekarang Marsha dimana?"

Aku terdiam dan berpikir, sebelum akhirnya menggeleng.

Setelah hari itu aku tidak pernah bertemu dengan Marsha lagi.

PLUTO (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang