Bang!
Pintu mobil di tutup dengan kencang, Chika yang merupakan dalangnya turun dengan wajah kusut.
Berbeda dengan dua orang yang turun dari kursi penumpang, wajah keduanya berseri-seri. Sesekali Ara akan berbisik lembut ke telinga Michie, tidak tahu apa yang dia ucapkan.
Tapi melihat senyum Michie yang terangkat dan matanya yang menyipir Chika secara jelas menebak putrinya dan wanita yang dia cintai sedang mengobrol dengan seru.
Dan mereka berdua tidak mengajaknya bergabung!
"Sudah malam, Michie masuk ke dalam yah..." Ara meletakkan Michie didepan mobil.
Ini sudah larut malam, dia juga harus pulang. Meskipun wajahnya terlihat santai, tapi pertarungan panasnya dengan Chika saat di pantai membuat lututnya selembut jelly.
Michie menatap Ara dengan mata sipitnya yang berkilau, terlihat enggan untuk berpisah.
"Michie, ayo masuk..." Chika meraih tangan putrinya dan tersenyum lembut, tapi Michie dengan cepat menepisnya dan memasang puppy eyes kearah Ara.
Chika tersedak dengan penolakan putrinya, dia tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa.
Ara di sisi lain juga tertawa, pada akhirnya dia sendiri yang membawa Michie masuk kedalam rumah.
Mungkin karena larut malam, sudah tidak ada siapapun lagi di ruang tamu atau keluarga. Beberapa lampu juga dimatikan.
Meski merasa lelah, Ara tetap dengan tampilan lembutnya membantu Michie bersih-bersih dan membawanya ke tempat tidur.
"Sekarang tidur yah..."
Ara menyentuh pipi tembem Michie dan bersenandung kecil membujuknya agar tidur.
Michie perlahan tenggelam kedalam mimpinya dan tertidur nyenyak, tapi salah-satu tangannya menggenggan ujung baju Ara erat. Tidak ingin membiarkannya pergi.
"Udah tidur?"
Chika yang baru selesai mandi dan masih memakai handuk bertanya, Ara menoleh kearahnya dan mengangguk tanpa daya.
"Michie sayang banget sama kamu" Chika menunjuk ujung baju Ara yang dipegang Michie dengan dagunya.
Sudut bibir Ara terangkat.
"Gimana dengan kamu?" Ara bertanya dengan santai.
"Setelah semua yang terjadi di atap sekolah dan di pantai, kamu masih nanya?"
"Uhuk...uhuk..."
Wajah Ara memanas, dia menekan dadanya sendiri saat tenggorokannya terasa gatal.
Kenapa wanita di depannya sangat blak-blakan?
Chika tersenyum penuh arti, dia membungkuk dan menatap mata Ara dalam. Handuk yang dipakainya melonggar sedikit jadi Chika meraihnya.
Setiap mata cokelat di depannya menatap secara intens jantung Ara akan berpacu dengan cepat, dia dengan susah payah menelan salivanya.
Reaksi Ara yang malu-malu dan bahkan membuat wajahnya memerah membuat Chika terkekeh pelan.
Wajahnya kemudian semakin maju, Ara ingin mundur tapi ada Michie di dekatnya. Dia takut gerakannya membuat tidur Michie terganggu.
"Chik...minggir"
Nafas Ara tercekat, ketika wajah cantik Chika hanya berjarak beberapa centi darinya. Dia sudah sering menghadapi wajah ini, tapi tetap saja tubuhnya akan bereaksi lebih jika dihadapkan dengan situasi yang seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"