Ara menyeka keringat di wajahnya, ketika matanya yang jernih melihat seisi kamar dengan dekorasi indah dan memperlihatkan sisi manis karena keromantisan dia tersenyum tipis.
Adel dan Ashel yang membantunya juga tampak puas. Sedangkan Michie dia sudah tertidur karena lelah membantu Ara.
"Lo mending siap-siap deh, gue udah nyuruh Chika ke sini" Ashel bersuara.
Saat ini mereka semua sedang berada di salah-satu kamar hotel dengan pemandangan indah.
"Michie kayaknya capek banget..." Ara merasa bersalah ketika gadis kecil yang membantunya menghias kue tertidur sambil menghisap jempolnya.
Tubuhnya yang kecil meringkuk di sofa, tapi Ashel yang tidak ingin suasana romantis antara Chika dan Ara terganggu meraih tubuh keponakannya.
"Michie mau dibawa kemana?" Kedua alis Ara terjalin erat.
"Lo lupa, Michie sensi banget kalo ada orang lain yang akrab ke lo...jadi gue bakal bawa dia ke kamar yang Adel pesan, gak usah khawatir kamarnya tepat di depan" Jawab Ashel sambil menjelaskannya.
"Ayok Shel, keburu Chika datang...lo juga Ra harus tampil cantik, gue udah siapin baju"
Sepeninggal Adel dan Ashel, Ara bergegas ke dalam kamar mandi. Di pintu kamar dia melihat gaun berwarna putij gading tergantung, itu sangat indah. Selera Adel benar-benar bagus, tidak salah dia menjadi model dengan penghasilan tinggi.
Ara mandi, tubuhnya yang gerah karena keringat sekarang terasa segar saat air hangat membasahi seluruh permukaan kulitnya.
Setelah selesai dia menyeka tubuhnya dan mulai berdandan.
Hanya butuh waktu sebentar sebelum Ara akhirnya selesai, dan itu bersamaan dengan jam makan malam.
Senyum Ara mengembang, di atas wastafel kamar mandi sebuah kotak cincin beludru tersimpan rapi. Ini adalah kejutan yang Ara siapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Dia tidak sabar memakaikan ini ke jari lentik Chika, memikirkannya saja sudah membuat pipinya memerah.
Jantung Ara berdegup kencang, dia tidak pernah membayangkan tentang hari ini. Hari dimana dia melamar Chika untuk ada di sisinya. Ara sangat bahagia, detak di jantungnya juga semakin kuat dan itu justru menimbulkan riak kecil di kepalanya.
Pikiran Ara yang tadinya tenang kini berantakan karena rasa sakit yang tiba-tiba datang menghantam kepalanya, dia meringis. Kedua tangannya meremas kepalanya sendiri, mata Ara terpejam erat tapi itu terbuka saat merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari hidungnya.
Ara dengan cepat mengusap hidungnya, matanya yang merah karena rasa sakit menyipit ketika melihat darah segar. Dia mimisan lagi.
Chika belum datang dan Ara juga tidak ingin Chika melihatnya seperti ini, jadi dia bergegas menyalakan kran air dan membasuh wajah serta hidungnya berkali-kali. Berharap mimisannya berhenti.
Air jernih yang mengalir dari kran berubah merah setiap kali Ara menyentuh. Aroma darah segar dan air saling bersentuhan...
Ara dengan gugup mencuci hidungnya, matanya sesekali menatap kearah pintu.
Ting! Tong!
Di luar pintu kamar Chika berdiri sambil memandangi dirinya sendiri, kedua alisnya terjalin erat.
Dia tidak tahu apa yang Ara, Ashel, dan Adel rencanakan. Mereka menyuruhnya untuk datang ke kamar hotel ini dan mengenakan gaun berwarna putih dengan leher berbentuk V, dia sangat cantik.
Ting! Tong!
Sekali lagi Chika menekan pintu, tapi masih belum ada gerakan dari dalam. Dia mulai tidak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"