Saat melihatku yang menoleh kebelakang Ara cepat-cepat menarik tangannya kembali, aku melotot kearahnya yang hanya di balas senyum tipis.
"Oke gue ngerti sekarang" Ashel menyenderkan tubuhnya kebelakang dengan santai.
"Lo gimana Ra?"
"Jelasin kayak gini gua gak bakal bisa ngerti, harus dijelasin pelan-pelan sama Chika"
Aku memutar mataku jengah, dia benar-benar tahu menciptakan kesempatan.
Drrrtt....
Tiba-tiba ponsel Ara yang tenang berbunyi, yang membuat kita bertiga melirik kearah ponselnya. Sekilas aku dapat melihat nama Adel di layar.
Ara segera mengangkatnya.
"Mogok? Trus lo dimana?"
"Gak, ogah banget gue jemput. Kejauhan itu"
"Panggil taxi aja"
Aku dan Ashel saling bertatapan, tidak tahu dengan apa yang Ara dan Adel sedang bahas. Tidak berapa lama kemudian Ara mematikan panggilannya secara sepihak.
"Kenapa?" Ashel bertanya.
"Itu si bongsor mobilnya mogok, katanya mau kesini"
"Trus?" Kali ini aku yang bertanya.
"Minta di jemput tapi kejauhan, aku...hemm gue capek, sebelum kesini kan ada latihan dikit di sekolah" Ara berdehem memberi alasan.
"Lo aja Shel" Sambung Ara sambil menyikut Ashel.
"Pake mobil lo tapi..."
Ara tersenyum lebar, dia mengangguk cepat dan meraih kunci mobilnya memberikannya kepada Ashel.
"Ini cuman perasaan gue atau lo emang keliatan seneng kalau gue jalan?" Ashel bertanya dengan tatapan penuh curiga.
Dia menatap Ara tajam.
"Chika bukan cewek sembarangan yang bisa lo mainin yah...dia saudara gue sekarang"
"Apaan dah, orang gue diem daritadi" Ekspresi wajah Ara berubah suram, mendengar itu Ashel menggendikkan bahunya acuh. Dia kemudian pamit dan berjalan keluar rumah.
Beberapa menit berlalu suara mobil Ara terdengar meninggalkan rumah.
Suasana di dalam rumah berubah hening, tapi itu tidak berlangsung lama. Aku yang hanya berjarak beberapa centi dari Ara sudah ditarik untuk duduk di dekatnya.
Sangat dekat, bahkan aroma jasmine dari tubuhnya tercium tajam.
"Kangen pacar...." Ara memelukku posesif dan membenamkan wajahnya di ceruk leherku, suaranya terdengar lelah.
"Kamu makin kurus yahhh" Ara meraba-raba pinggangku yang membuatku menggelinjang geli.
"Ihh Ara, jangan gitu! Geli ahh"
Mendengar itu bukannya berhenti, jari-jari Ara justru dengan sengaja menggelitikku. Aku yang geli berusaha lepas dari dirinya, tapi dia dengan sigap menahanku dan meraih untuk duduk dipangkuannya.
"Liat! Kamu makin kurus" Kata Ara lagi ketika aku sudah berada di pangkuannya. Kedua tanganku melingkar erat di lehernya, takut terjatuh.
"Kamu gak suka aku kurus trus cantik yah?"
"Aku suka...tapi kesel juga, kamu gendut aja banyak yang suka apalagi kurus gini"
Aku terkekeh mendengar rengekan Ara. Setahuku hanya dia satu-satunya orang yang menyukaiku.
"Tapi aku kan sukanya sama kamu doang"
Ara bukannya senang mendengar ucapanku dia justru menggembungkan pipinya, wajah cantiknya berubah menggemaskan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"