Hari-hariku di villa bersama dengan Ara juga Ashel dan Adel sangat menyenangkan.
Kita melakukan banyak hal, dan itu tentu saja diselingi dengan aku dan Ara yang suka menghabiskan waktu panas berdua.
Semuanya berjalan dengan baik dan tentu saja indah. Ini adalah liburan pertamaku yang menyenangkan, aku tidak akan melupakan ini.
Ashel dan Adel meskipun diam tapi aku yakin mereka berdua sudah mengetahui hubunganku dan Ara.
Kamar tidur yang Ara pilih bahkan tidak pernah dia pakai untuk tidur, setiap malam sehabis bermain atau melakukan apapun dia akan mengekoriku dan tidur di kamarku.
Aku tidak keberatan berbagi kasur dengan pacarku yang cantik dan mesum itu. Aku justru menyukainya...
Kita berdua seperti sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.
Dan, malam ini adalah malam lainnya di mana kita berempat duduk di halaman yang luas sambil menatap langit malam.
Mungkin karena ini di sekita hutan dan minim pencahayaan, bintang di atas sana jauh lebih banyak dan lebih terang daripada di kota.
"Cantik banget..." Gumamku saat melihat salah-satu bintang yang bersinar terang. Sinarnya kadang berkelip-kelip.
"Itu namanya bintang capella, aslinya ada dua tapi karena terlalu terang cahayanya yang sampai ke bumi kayak satu bintang aja" Ara menjelaskan nama bintang yang kulihat.
"Kalau yang itu bintang apa?" Ashel yang duduk di depanku bertanya sambil menunjuk bintang lain.
Ara menggendikkan bahunya tanda tidak tahu.
"Lo giliran Chika langsung tau..."
"Ashel, gue beneran gak tau itu bintang apa"
Aku tersenyum.
"Gue pernah baca artikel yang katanya, cahaya bintang yang kita lihat sekarang itu cahaya yang berasal dari masa lalu. Misalnya, sebuah bintang jaraknya 150 tahun cahaya dari bumi. Maka cahaya yang datang dari bintang tersebut membutuhkan sekitar 150 tahun pula untuk mencapai bumi. Jadi, cahaya yang kita lihat di langit malam ini adalah cahaya bintang dari ratusan tahun yang lalu" Ara kembali berbicara.
Aku, Ashel dan Adel menatapnya takjub saat mendengar penjelasannya.
"Kasian banget..." Lirih Adel.
"Kok kasian?" Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Kasian aja, butuh waktu lama buat orang-orang ngeliat cahayanya"
Kita terdiam setelah ucapan itu.
Aku menghela nafas panjang, tidak tahu kenapa tapi tiba-tiba aku merasa sedih. Mataku beralih menatap Ara yang duduk di sampingku.
Selalu ada hal-hal yang menyedihkan di tengah kebahagian.
Selama di villa aku dan Ara sangat bahagia, besok kita akan kembali. Aku hanya berharap tidak ada kesedihan yang datang.
Ara tampaknya menyadari kesedihanku, dia meraih tanganku dan meremasnya lembut.
"Ada bintang jatuh!" Adel menunjuk kearah langit, kita semua mendongak.
"Katanya kalau ada bintang jatuh buat permohonan siapa tau di kabulin" Ashel menautkan kedua tangannya dan mulai memejamkan matanya, Adel yang melihat itu mengikutinya.
Aku juga ingin tapi Ara tidak mau melepasku yang membuat kedua alisku menyatu.
Mulutnya bergerak pelan, tidak ada suara tapi aku tahu.
"Aku dan kamu selamanya, semoga di kabulin"
Hatiku meleleh, aku tersenyum lebar.
"Capella, tolong kabulkan apapun keinginannya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"