PL 11 : Belajar

2.5K 255 10
                                    

Pacaran sembunyi-sembunyi dengan Ara tidak selalu berjalan mulus, kita berdua kadang berdebat untuk beberapa hal. Beruntung Ara adalah orang yang pengertian, ketika moodku sedang jelek dia akan mencari cara untuk membuatku bahagia.

Ohh yaa, tentang mama dan om Zayn yang ingin menikah. Mereka berdua akhirnya menikah, aku dan juga mama pindah ke rumah om Zayn. Tinggal di sana...

Tentang Ashel yang menyuruhku untuk diet dan sejenisnya, aku pikir dia berbohong. Sampai disuatu subuh yang damai dia tiba-tiba menggedor pintu kamarku dan menyeretku untuk olahraga. Makananku bahkan dibatasi!

Aku beberapa kali mengeluh ke Ara tentang ini. Dia yang tahu kalau Ashel mengurangi porsi makananku akan dengan sembunyi-sembunyi membawaku ke atap sekolah dan memberiku makanan yang lezat. Meski begitu, karena aku dan Ara backstreet itu tidak mudah, Ara tidak punya banyak kesempatan menemuiku di sana. Dan juga aku, Ashel saudara tiriku yang baik menugaskan Kathrin untuk diam-diam memata-mataiku.

Selain Ara yang kuberitahu tentang pernikahan mama dan papa Ashel semua siswa di sekolah tidak ada yang tahu. Ashel menyuruhku bungkam sampai aku bisa kurus.

"Lo diam-diam makan di sekolah yah?"

Ashel bertanya padaku saat melihat timbangan di bawah kakiku.

Aku yang kelelahan karena harus berlari beberapa putaran dilapangan sekolah sebelum pulang menekuk wajah.

"Astaga Chikaaaaaa" Ashel tampak frustasi.

"Gue gak ada bakat buat kurus"

"Lo males" Ashel memijit pelipisnya.

Beratku sudah berkurang beberapa kilo, hanya karena jarum di timbangan tidak bergerak mundur bukan berarti itu malas kan?

Beberapa siswa bahkan mulai melirikku. Tapi sejujurnya aku tetap ingin jadi Chika yang dulu, semenjak tubuhku mulai sedikit demi sedikit kurus aku dan Ara selalu bertengkar kecil-kecilan. Ara terlalu posesif, dia akan marah kepadaku jika ada beberapa siswa pria datang dan menyapaku. Bukan aku yang menyapa lebih dulu tapi di mata Ara itu tetap salah...

"Lo kok diem?" Ashel kembali menanyaiku.

"Sebenarnya gue lebih suka gendut, itu ngebuat gue jadi tau siapa aja orang yang tulus dan ngga. Gue juga bisa nemu pasangan yang gak peduli soal penampilan dan hanya peduli tentang hati"

"Chika...saudaraku yang cantik tapi bego, di dunia lo gak akan pernah bisa nemuin pasangan yang baik apalagi tulus! Belajar dari pengalaman bokap gue, dia ganteng tapi mama tetep selingkuh tuh dengan bosnya yang lebih tua. Gak ada orang yang tulus, kalau dia tetap tinggal padahal lo gendut! Jelek! Gak menarik! Hati-hati aja pasti ada yang salah"

Aku terkesiap mendengar penjelasan panjang Ashel. Senyum Ara saat bersamaku tiba-tiba terlintas...

Dengan cepat aku menggeleng, Ara adalah pacar yang baik dan tulus. Ashel belum pernah bertemu seseorang yang seperti itu jadi dia tidak tahu.

"Bentar lagi ulangan semester, gue mau belajar yang giat tapi bukan berarti gak meriksa hasil diet lo. Awas aja kalo naik lagi"

Setelah mengancamku dengan kalimat panjang Ashel berjalan ke kamarnya meninggalkanku sendirian. Aku yang lelah karena berlari sebelum pulang juga kembali ke kamarku.

Saat tiba di dalam kamar aku melemparkan tasku ke sembarang arah dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Pakaianku satu persatu jatuh ke lantai dan membuatku telanjang bulat. Di dalan kamar mandi asa bathup yang cukup untuk satu orang, jadi aku mengisinya dengan air hangat dan kemudian berendam.

Rasa hangat dari air membuat tubuhku rileks, karena lelah berlari mataku dengan cepat menjadi berat dan tertutup.

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur, saat bangun air di bathup sudah berubah dingin. Kulitku bahkan berkeriput. Cepat-cepat aku bangun dan membilas tubuhku sendiri.

Ceklek...

"Lo mandi atau latihan tenggelam?"

Aku berhenti bergerak saat Ashel sudah berada di kamarku, tepatnya di atas kasurku.

"Lo ngapain disini?" Alis kananku terangkat.

Bukannya merasa bersalah karena sudah menerobos Ashel justru terlihat santai sambil mengangkat buku paket di tangannya.

"Buruan keluar, kita belajar bareng"

Ashel bangkit dari duduknya dan kemudian keluar, tetapi sebelum menutup pintu dia justru menatap tubuhku yang hanya tertutupi handuk putih.

"Usaha gue gak sia-sia, lo cantik sekarang" Senyum Ashel mengembang, setelahnya dia menutup pintu kamar agar memberiku ruang untuk berpakaian...

Apa aku secantik itu? Karena penasaran aku berjalan kearah cermin panjang di sudut kamar.

Kali ini saat menatap bayanganku, aku tidak lagi merasa minder atau sedih. Tubuhku tidak segemuk dulu, pinggangku sedikit lebih kecil. Diet ketat dan olahraga yang Ashel berikan memberi perubahan yang besar pada tubuhku, hanya payudaraku yang tetap besar. Dan itu bukan karena pekerjaan Ashel tapi jari-jari lentik Ara.

Pacarku itu akan mencari kesempatan untuk bisa menciumku dan memainkan dadaku. Hanya itu...dia tidak akan berani melakukan yang jauh lebih berani.

"Haaachimmm"

Lamunan terhenti saat rasa gatal dan sumbat dari hidungku terasa. Aku tersenyum masam.

"Kayaknya pilek..."

Sepanjang berpakaian aku akan bersin beberapa kali, hidungku bahkan mulai memerah dan rasanya sangat tidak nyaman. Aku ingin tidur saja di kasur....

Tapi Ashel pasti akan menyeretku ke ruang tengah jika aku melakukan itu, jadi pada akhirnya aku melangkah keluar dan menuju ruang tengah di mana Ashel berada.

"SHEL, LO DIMANA?" Aku berteriak kencang sambil berjalan keruang tengah.

Ketika tiba di ruang tengah langkahku terhenti dan menatap bingung ke arah sofa.

"Halo Chika, maaf yah numpang belajar"

Ara yang tiba-tiba sudah berada di ruang tengah dan duduk dengan santainya tersenyum lebar ke arahku. Itu membuatku kikuk, karena ada Ashel juga. Bagaimana jika Ashel menyadari tatapan Ara yang hanya untukku dan terlihat lembut?

Takut Ashel curiga aku tetap cuek, ada ruang kosong di dekat Ashel jadi aku memilih untuk duduk di sana. Sekarang Ashel diapit antara kita berdua.

"Chik, lo pernah belajar ini juga kan di kelas?" Ashel bertanya padaku sambil menunjuk kearah buku, aku mengikuti arah pandangnya.

Itu adalah soal fisika yang rumit, tapi sedikit banyaknya aku tahu. Jadi dengan penjelasan yang terbata-bata aku memberitahu Ashel. Wajah kita bertiga maju kedepan.

Aku terus fokus menjelaskan sampai akhirnya sebuah elusan lembut di punggungku terasa. Karena penasaran aku menoleh kebelakang.

"Araaaaaaaa"

PLUTO (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang