Aku dan Ara kembali ke dalam villa setelah berbaikan, wajah kita berdua dihiasi oleh senyum lebar berbeda dengan Adel wajahnya sudah di tekuk.
"Ashel mana?" Tanyaku saat tidak mendapati Ashel dimanapun.
"Kekamarnya ngambil bantal"
"Buat apaan?" Kali ini Ara yang bertanya.
"Abis nonton setan dia takut tidur sendiri jadi ngajak kita semua tidur di sini"
Aku melotot mendengar itu, berbeda dengan Ara wajahnya terlihat biasa-biasa saja.
Beberapa menit kemudian Ashel berjalan keluar dari kamarnya dengan membawa bantalnya.
"Chik ke kamar lo gih ngambil bantal, kita semua tidur di sini!" Ashel memasang pose serius.
"Lagian lo ada-ada aja pake tidur sini" Adel masih tidak terima.
"Lantainya keras Shel, Chik-kita semua gak bakal tidur nyenyak" Ara menambahkan, mendengarnya yang hampir keceplosan menyebut namaku sudut bibirku terangkat.
"Duhhh semalam doang, lagian kalo tidur berempat di kasur gak bakal muat. Atau lo mau tidur di lantai bareng Adel?"
"Kok gue lagi yang kena!?" Adel bersuara keras.
"Yahh gak mungkin kan gue ama Chika yang tidur di lantai? Villa, villa siapa coba?"
Aku dan Ara terkekeh, berbeda dengan Adel dia mengeram frustasi.
"Badan bongsor gitu gak bakal sakit tidur di lantai" Ejek Ara.
"Gue aja yang cantik-cantik gini mau kok" Tambahnya.
Pacarku lucu sekali.
Akhirnya, kita berempat tidak jadi tidur di depan televisi melainkan di kamar Ashel dengan aku dan dia yang tidur di atas ranjang sedangkan Ara dan Adel tidur dibawah.
"Chik, lo deket jendela yahh" Ashel melompat naik dan menuju kesisi kasur yang berdekatan dengan kamar mandi, menyisakan ruang disisi lain untukku tidur.
Sedangkan Ara dan Adel mereka berdua tidur di depan ranjang beralaskan selimut tebal.
Kita berempat berbaring dan sama-sama menatap langit-langit kamar. Suara nafas yang beraturan saling bersahutan di dalam kamar.
"Raa, kak Angkasa ngirim chat ke gue!" Adel tiba-tiba berseru sambil mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, aku yang hampir tertidur kembali segar mendengar itu.
"Ngomong apa?" Ashel bertanya, dia bangun dari tidurnya dan turun mendekat kearah Adel. Sedangkan aku tetap berbaring, tapi keningnya sudah berkerut tanda tidak suka.
"Lo kepo banget, naik sono sempit nih!" Adel yang masih jengkel dengan Ashel bersuara keras.
"Gue penasaran. Kak Angkasa kayaknya suka banget sama lo Ra, ini dia nanyaiin lo mulu"
Ara mengeram kasar, dia bangkit dari tidurnya dan melemparkan bantal yang dipakainya ke Ashel.
"Lo aja deh yang tidur bareng Adel, gue diatas" Ara berjalan kearahku sambil mengedipkan sebelah matanya. Dasar genit...
"Dihh gitu aja ngambek" Ledek Adel, andai dia tau isi kepala Ara.
"Udah gak usah dipeduliin, mending kita kerjain kak Angkasa"
Adel dan Ashel akhirnya fokus dengan benda persegi di tangan mereka. Sedangkan Ara dia merebahkan tubuhnya di dekatku lalu menarik selimut yang kupakai untuk dipakai berdua.
"Dingin pacar..." Bisiknya
Aku melirik kearah Ashel dan Adel yang berbaring di depan ranjang, melihat mereka yang sibuk segera kusingkap selimutku memudahkan Ara untuk masuk.
Di balik selimut yang tebal, Ara menarikku agar berbaring lebih dekat dengannya. Tubuh hangat kita berdua saling bersentuhan.
Cup...
Mataku membulat sempurna saat Ara dengan sengaja menciumku selama beberapa detik, aku menepuk lengannya dan sekali lagi melirik kearah Ashel dan Adel.
"Mereka gak akan tau..." Ara memajukan wajahnya dan kembali menciumku.
Ciumannya kali ini lebih lama dan lembut, takut Ashel atau Adel melihat kutarik selimut hingga menutupi tubuh kita berdua.
Di dalam selimut aku meraih dagu Ara agar ciuman kita berdua semakin rapat. Suara ciumanku dan Ara terdengar lembut dari balik selimut, aku hanya berharap jika Adel maupun Ashel tidak akan mendengarnya.
Tes...
Tes...
Tes...
Keinginanku terkabul.
Hujan lebat yang tiba-tiba jatuh membuatku dan Ara saling berpandangan di tengah kegelapan.
"ARAAA"
"CHIKAAA"
Tubuhku menegang, aku panik mendengar teriakan Ashel. Tapi Ara menyapu wajahku dengan telapak tangannya dan berbisik untuk menyuruhku berpura-pura tidur. Aku melakukannya...
Lima detik kemudian selimut ditarik, aku tidak tahu siapa yang menariknya tapi itu pasti antara Adel dan Ashel.
"Mereka udah tidur..." Itu suara Ashel.
"Yaudah gak usah dibangunin" Dan itu suara Adel.
"Tapi gue gak mau tidur di lantai"
"Pindah ke kamar gue aja kalo gitu..."
"Emang gakpapa kita ninggalin mereka berdua?"
"Ashel mereka itu bukan bayi yang butuh disusui setiap dua jam sekali, yaa gakpapa lah. Ayok ahh! Gue gak mau tidur di lantai"
Setelahnya aku tidak lagi mendengar percakapan antara Adel dan Ashel, hingga akhirnya suara pintu yang ditutup membuatku membuka mata.
Di depan wajahku, mata Ara yang juga tertutup ikut terbuka.
"Pinter kan aku?" Ara menaik turunkan alisnya bangga yang membuatku terkekeh.
Suara hujan di luar semakin kuat.
"Bentar aku kunci pintu dulu"
Ara bangkit dari tidurnya dan berjalan kearah pintu, menguncinya dan memastikan jika pintu tersebut benar-benar terkunci. Setelah yakin dia berlari kearahku dan melompat naik kekasur.
"Sayang dingin..." Ara memasang wajah sedih yang dibuat-buat.
"Sini...sini...kasian banget sih pacarku" Aku merentangkan kedua tanganku dan meraih tubuh Ara untuk memelukku.
Ara yang berada di atas tubuhku tersenyum lebar.
"Hujannya deres banget"
"Iya, kayaknya bakal lama deh" Balasku.
Ara mendaratkan ciumannya yang tiba-tiba ke keningku, aku tersenyum kearahnya.
"Chika..."
"Iya?"
"Pacar..."
"Kenapa Ara?"
"Kamu cantik..."
Aku tidak tahu apakah harus senang mendengar pujiannya itu atau tidak, karena setelahnya. Ara sudah memasukkan kedua tangannya kebalik bajuku.
"Araahhhh"
Tubuhku menegang saat merasakan telapak tangan Ara yang halus menangkup kedua payudaraku.
"Kamu makin cantik sayang..."
Aku mengigit bibir bawahku saat ibu jari dan jari telunjuk Ara dengan sengaja memilin putingku. Bulu kudukku berdiri merasakan sentuhannya.
"Ahhh...Arahhhh"
Di tengah derasnya hujan, desahanku memenuhi seisi kamar.
"Baju kamu aku buka yah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"