Pandangan Ara mengabur selama beberapa detik karena jari-jari lentik Chika. Tubuhnya yang berbaring telentang tampak kelelahan, dadanya naik turun menarik nafasnya.
Chika yang duduk dengan tubuh telanjangnya, tersenyum tipis melihat wajah lemah Ara.
Dia tahu Ara keluar cukup banyak, senyumnya terangkat.
Setelah beberapa saat Ara akhirnya bangun dan duduk, matanya yang berkilau menatap wajah cantik Chika.
"Kenapa?"
Chika yang merasa jika tatapan Ara terlalu intens, pipinya memanas.
"Sekarang giliran aku..."
Ara mendorong tubuh telanjang Chika untuk berbaring di lantai, jantungnya berpacu cepat ketika tubuh putih Chika yang selembut kulit bayi bersentuhan dengan lantai tua yang kasar.
Chika menelan salivanya gugup ketika pandangan Ara menyapu permukaan tubuhnya, dia dengan cepat menutup mata Ara agar berhenti menatapnya.
Ara terkekeh, dia meraih tangan Chika dan mengecupnya. Wajahnya yang berkeringat sangat cerah.
Dengan gerakan hati-hati Ara merangkak naik ke atas tubuh Chika, matanya menyipit.
"Araaa..."
Cuppp...
Ara tanpa basa-basi langsung melumat bibir merah Chika, dihisapnya dengan kuat dan dalam membuat bibir Chika bengkak dan semakin merah.
Tubuh Chika memanas, dia meraih pundak telanjang Ara dan meremasnya kuat meninggalkan tanda kuku yang tertancap.
Setelah puas dengan bibir ranum Chika, ciuman Ara bergerak ke samping menjilati daun telinga Chika dengan gerakan menggoda.
"Arahhhh..."
Chika merasa geli dan nikmat disaat yang bersamaan, dia memejamkan matanya dan mengigit bibir bawahnya sendiri. Terlihat begitu menggoda.
Mendengar desahan Chika yang menyebut namanya hormon di dalam diri Ara meledak-ledak, dia mengigit daun telinga Chika lembut sebelum kembali menggerakan ciumannya menuju ke leher jenjang Chika yang putih.
Ara menghisap dan mencium dengan rakus, meninggalkan tanda kiss mark yang merah keunguan di sana.
"Ahhh...Araahhhh...udshhhhhh"
Chika mendongak, suaranya yang lemah karena disiksa kenikmatan memohon kepada Ara untuk berhenti.
Tubuhnya terasa berat dan perasaan gatal yang kuat muncul di pangkal pahanya, dia ingin menggerakan salah-satu tangannya kearea tersebut tapi Ara dengan cepat menahan tangannya.
Ara mengangkat wajahnya dan menatap Chika serius.
"Itu tugas aku...tahan yahhh"
Chika mengigit bibir bawahnya dan mengangguk, dia menghela nafas panjang dan kembali menikmati perlakuan panas Ara di tubuhnya.
Ara kembali menjilati lidah Chika, beberapa menit kemudian lidahnya yang basah bergerak kearah payudara Chika yang sedikit lebih besar darinya.
Karena gemas Ara meremas kedua gundukan kenyal tersebut dan sesekali menarik putingnya.
"Ahhhhhh..."
Chika mendesah panjang, dia merasa frustasi karena Ara hanya terus menerus memainkan payudaranya tanpa melirik kearah pangkal pahanya yang basah dan berbahaya .
"Raaa...ahhhh..."
Puting Chika menegak ketika lidah Ara menyapunya, membuat pemiliknya mengeram penuh nikmat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romance"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"